Ada beragam faktor yang membuat puluhan juta orang bermigrasi tiap tahunnya, mulai dari faktor ekonomi, sosial, politik, hingga keamanan. Menurut teori ekonomi neoklasik (Todaro, 1969), faktor utama migrasi terutama disebabkan karena perbedaan upah.
Berdasarkan teori tersebut, masyarakat yang tinggal di negara berpenghasilan rendah biasanya memutuskan untuk bermigrasi ke negar berpenghasilan tinggi untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Maka, tak heran bila negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, hingga Inggris menjadi sederet negara yang menampung migran internasional terbanyak di dunia. Merujuk pada laporan UN DESA (United Nations Department of Economic and Social Affairs), Amerika Serikat bahkan telah menampung sebanyak 51 juta migran internasional atau sekitar 18% dari total global.
Adapun, India merupakan negara dengan diaspora terbanyak di dunia pada tahun 2020 menurut data UN DESA. Tercatat, ada sebanyak 17,79 juta penduduk India yang memutuskan untuk bermigrasi ke luar negeri pada tahun itu.
“Ada sejumlah negara tujuan migrasi utama India, yaitu Uni Emirat Arab (3,5 juta), Amerika Serikat (2,7 juta), dan Arab Saudi (2,5 juta). Diikuti oleh beberapa negara lainnya, seperti Australia, Kanada, Kuwait, Oman, Pakistan, Qatar, dan Inggris,” tulis UN DESA dalam laporannya.
Menyusul India, Meksiko menempati posisi kedua dalam daftar dengan jumlah diaspora mencapai 11,07 juta orang di tahun yang sama. Posisinya diikuti oleh Rusia dan China dengan jumlah penduduk yang berimigrasi masing-masing sebanyak 10,65 juta dan 9,8 juta.
Lalu, ada juga sejumlah negara lainnya, yakni Bangladesh dengan jumlah diaspora 7,34 juta orang, Pakistan 6,14 juta orang, Ukraina 6,05 juta orang, dan Filipina dengan 6,01 juta orang pada 2020.
Dalam laporannya, UN DESA menyebut bahwa diaspora ternyata memiliki peran penting dalam pengembangan negara asal mereka. Diaspora banyak berkontribusi dengan mempromosikan investasi asing, perdagangan, inovasi, hingga teknologi dan inklusi keuangan.
Selain membawa pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari luar negeri, kebanyakan migran yang memutuskan kembali ke negara asalnya juga ikut berkontribusi dalam perekonomian negara dengan menciptakan lapangan kerja.
Lebih lanjut, sebanyak 73% dari total migran internasional pada tahun 2020 dilaporkan berkisar antara usia 20 hingga 64 tahun. UN DESA mencatat bahwa proporsi migran internasional pada usia angkatan kerja sering kali lebih besar dibandingkan dengan populasi nasional.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya