Citayam Fashion Week dan Pro Kontra Dibaliknya

Tren CFW akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat seiring penyebaran konten-konten tersebut di media sosial. Bagaimana tanggapan anak muda terkait hal ini?

Citayam Fashion Week dan Pro Kontra Dibaliknya Ilustrasi model di jalanan | Getty Images

Belakangan ini, Citayam Fashion Week (CFW) ramai menjadi perbincangan dan objek perhatian masyarakat luas. Awal mula terjadinya fenomena CFW ini berasal dari para remaja yang berkumpul di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Mereka berkumpul hanya untuk sekadar menyalurkan hobi dan mencari hiburan dengan mengenakan outfit atau busana yang unik nan nyentrik.

Layaknya Paris Fashion Week yang mendunia, para partisipan CFW ini juga bergaya dan berlenggak-lenggok mengenakan fesyen khas mereka sambil menyebrangi jalanan. Para partisipan ini biasanya adalah remaja yang berasal dari Depok, Citayam, dan Bojonggede yang merupakan daerah penyangga ibu kota Indonesia, Jakarta.

Sehubungan dengan ramainya fenomena ini di media sosial, Goodstats merilis riset teranyar dan telah menyurvei sebanyak 261 responden pada periode 5-16 Agustus 2022. Adapun, survei tersebut dilakukan secara daring dengan sebaran isian pada Google Form. Mayoritas responden adalah laki-laki sebanyak 52,1 persen, sedangkan perempuan sekitar 47,9 persen. Kebanyakan responden berusia pada kisaran umur 18-24 tahun.

Berdasarkan hasil riset, sebagian besar responden survei atau 73,9 persen mengaku bahwa mereka mengetahui fenomena CFW namun tidak tertarik. Sedangkan, ada sejumlah responden dengan persentase 24,9 persen yang tertarik mengikuti fenomena ini. Sementara, sisanya sebanyak 1,2 persen tidak atau belum mengetahui fenomena ini.

Lebih lanjut, berikut adalah uraian lengkap hasil riset Goodstats terkait fenomena CFW dan respon anak muda Indonesia terhadap hal tersebut.

Tanggapan generasi muda mengenai viralnya CFW

Merebaknya fenomena ini dari media sosial membuat banyak remaja dari luar Jakarta penasaran dan tertarik untuk mengikuti tren ini. Sebagian menyebut, transportasi multimoda ikut menyumbang andil besar dalam maraknya fenomena ini. Manajemen yang baik dan harga tiket yang terjangkau menjadikan motivasi para remaja tersebut semakin tinggi, di mana biasanya mereka hanya bisa melihat spot mewah di Jakarta hanya melalui layar ponsel.

Platform penyebaran konten CFW menurut responden | Goodstats

Menurut survei, mayoritas atau 50,2 persen responden yang mengetahui tren CFW menjawab bahwa platform Instagram berperan besar terhadap pemviralan fenomena ini. Kemudian, sebagian responden atau sekitar 27 persen juga menjawab TikTok sebagai sumber mereka untuk mengetahui tren tersebut.

Sementara, sebanyak 12,4 persen mengaku mengetahui fenomena viral tersebut dari Twitter. Lalu, sebagian kecil responden atau 8,5 persen menjawab bahwa portal berita memiliki andil besar terhadap penyebaran tren CFW. Sisanya, 1,9 persen responden mengaku mengetahui tren ini dari platform media sosial lain.

Semakin maraknya fenomena CFW dapat memberikan wadah atau ruang baru bagi para remaja agar bisa bebas mengekspresikan diri sesuai fesyen ataupun karakteristik mereka. Sayangnya, di samping itu, mereka yang mengikuti tren ini seringkali abai terhadap lingkungan.

Berdasarkan data survei, 49,4 persen responden memilih netral terhadap narasi jika tren CFW diadakan di kota tempat tinggal mereka. Sementara, ada pula responden yang memilih untuk menyetujui dan tidak menyetujui narasi ini. Sebagian atau 26,1 persen responden tidak menyetujui narasi tersebut. Sedangkan sisanya sebanyak 24,5 persen memilih untuk menyetujui hal ini.

Banyak sampah berserakan di sekitar lokasi CFW menjadi salah satu kuat yang membuat sebagian responden tidak ingin jika narasi CFW diadakan di kota mereka. Sementara, responden yang memilih untuk menyetujui narasi tersebut boleh jadi beranggapan bahwa tren ini bisa menjadi ajang dan hobi baru untuk melepas penat dari gadget dan dapat bersosialisasi dengan orang baru. Terlebih, jika lokasinya berada di dekat daerah dimana mereka tinggal.

Dampak positif dan negatif dibalik fenomena CFW

Bersumber pada data survei, 69,7 persen responden atau sebagian besar mengaku bahwa gaya fesyen para partisipan CFW yang beragam menjadi daya tarik utama dari tren ini. Sementara, ada pula sejumlah responden atau 13,4 persen yang memilih jawaban lokasi strategis. Adapun, sebagian responden atau sekitar 9,6 persen mengaku bahwa banyaknya public figure yang turut meramaikan tren ini menjadi daya tarik para remaja untuk mengikuti fenomena tersebut.

Sementara, sisanya sebanyak 7,3 persen menjawab tanggapan yang beragam. Ada responden yang menganggap bahwa kebebasan berekspresi yang ditawarkan oleh tren ini merupakan daya tarik utama. Selain itu, ada yang menjawab tingginya animo publik terhadap tren ini menjadi alasan pemikat para remaja.

Daya tarik yang ditawarkan oleh fenomena CFW | Goodstats

Masyarakat banyak yang beranggapan bahwa kemudahan dalam membeli pakaian di marketplace menjadi dorongan utama maraknya tren CFW. Banyaknya toko online yang menjual pakaian murah serta akses internet yang cepat membuat gaya fesyen para partisipan menjadi unik.

CFW juga menghasilkan beberapa dampak positif. Berdasarkan hasil survei, mayoritas responden (57,1 persen) menyatakan bahwa dampak positif dari maraknya fenomena ini adalah ditawarkannya wadah baru untuk menyalurkan hobi dan kebebasan ekspresi bagi para remaja. Sedangkan, ada pula responden (11,9 persen) yang menybut bahwa terbentuknya banyak komunitas baru merupakan dampak positif dari tren ini.

Sementara, sebagian lainnya (24,9 persen) menjawab dengan adanya tren ini, pedagang di sekitar lokasi CFW bisa terbantu dan menghasilkan pendapatan yang besar tiap harinya. Sedangkan, sisanya (6,1 persen) responden menjawab bahwa pengguna transportasi publik bertambah dan produk fesyen lokal bisa semakin terekspos.

Namun, di samping dampak positif, ada juga beberapa dampak negatif yang disebabkan oleh tren ini. Sebagian besar responden (39,5 persen) menjawab, generasi muda rata-rata lebih fokus untuk mengurusi tren ini dibandingkan hal lain, misalnya pendidikan. Sementara, ada pula responden (26,1 persen) yang menanggapi bahwa dampak negatif dari maraknya tren CFW ialah makin menambah kemacetan di daerah lokasi.

Adapun, sejumlah responden (21,8 persen) memilih tanggapan bahwa sampah yang berserakan di sekitar lokasi semakin banyak. Kerusakan fasilitas umum yang tersedia juga menjadi salah satu dampak negatif yang dipilih oleh sejumlah responden (6,1 persen). Sisanya (6,5 persen) memilih tanggapan yang beragam. Mulai dari terganggunya arus lalu lintas, pakaian yang tidak sesuai, hingga kekhawatiran terhadap para remaja yang masih dibawah umur jika terjerumus ke arah yang tidak benar.

Sehubungan dengan hal ini, Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) mengakui bahwa fenomena CFW dapat memberikan dampak ekonomi positif bagi UMKM yang menjamur di sekitar lokasi Sudirman. Namun, fenomena ini juga menghambat lalu lintas para pengendara dan semakin menambah kemacetan di daerah tersebut.

“Kami mengapresiasi kreasi anak muda ini dalam bihgkai Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok yang sekarang katanya mulai menghinggapi destinasi-destinasi lainnya. Namun, ada baiknya dibuat atau disediakan lagi ruang-ruang kreativitas lainnya agar tidak menumpuk di satu tempat publik," ujarnya seperti dikutip dari Instagram pribadinya pada Selasa, (26/7) silam.

Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Bagaimana Tingkat Partisipasi Warga Indonesia dalam Kegiatan RT/RW?

Survei menunjukan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan RT/RW cenderung rendah, hanya 8,1% responden yang tercatat rutin mengikutinya.

Bangga Buatan Indonesia: Media Sosial Dorong Anak Muda Pilih Produk Lokal

Sebanyak 69,3% anak muda Indonesia mengaku mengikuti influencer yang sering mempromosikan produk lokal di media sosial.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook