Bagi sebagian besar umat muslim tak terkecuali di Indonesia, Ramadan dan Lebaran merupakan salah satu momen yang ditunggu serta dirayakan dengan sukacita. Sebab, selain dianggap spesial sebagai momen ibadah, momen ini juga menjadi ajang mempererat hubungan antarmanusia melalui ragam tradisi yang telah tercipta.
Namun, pandemi covid-19 secara tidak langsung turut mengubah kebiasaan masyarakat dalam melewati bulan Ramadan dan hari Lebaran. Utamanya kini para masyarakat lebih condong melakukan ragam aktivitas secara digital.
Beberapa tahun pandemi berlangsung, pada tahun 2023 ini masyarakat telah berangsur-angsur bisa berjalan berdampingan dengan pandemi. Bahkan, pada tahun ini pandemi juga makin mereda dan tidak mengkhawatirkan.
Melihat fenomena ini, lembaga survei Jakpat membuat laporan survei terbarunya yang bertajuk "Welcoming 2023 Ramadan & Eid" yang dirilis pada Rabu (15/3) lalu. Dalam laporan ini, Jakpat berusaha mencari tahu dan mendeskripsikan perilaku masyarakat muslim Indonesia dalam menghadapi momen Ramadan dan Lebaran 2023 lewat ragam instrumen, dari bujeting keuangan hingga tradisi-tradisi lain seperti mudik dan mengirim hamper.
"Sebelumnya, kita bisa mengamati tren umum selama Ramadan adalah konsumen cenderung membelanjakan lebih banyak untuk makanan, pakaian, dan oleh-oleh. Tapi sekarang, dengan isu inflasi mungkin akan memengaruhi anggaran atau pengeluaran masyarakat saat ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami perilaku dan rencana konsumen selama musim Ramadan dan Lebaran ini," tulis Jakpat dalam pengantar laporannya.
Survei ini digarap Jakpat pada 25 dan 26 Februari 2023 lalu dengan mengambil sampel sebanyak 1.034 masyarakat muslim Indonesia secara proporsional menurut populasi warganet Indonesia. Jakpat mengeklaim, margin of error pada laporan survei kali ini berada pada persentase di bawah 5%.
Mayoritas masyarakat siapkan bujet lebih banyak dari Ramadan 2022
Dalam salah satu bagian surveinya, Jakpat turut membahas mengenai bujeting masyarakat muslim Indonesia pada bulan Ramadan 2023. Hasilnya, mayoritas responden telah menyiapkan bujet harian Ramadan lebih besar dibanding bujet Ramadan 2022 lalu, persentasenya berada pada angka 43%.
Sementara itu, sekitar 25% responden mengakui telah menyiapkan bujet yang sama dengan Ramadan 2022. Ada 15% responden yang menyiapkan bujet lebih sedikit dari Ramadan 2022 lalu dan 17% responden sisanya belum memutuskan bujetingnya.
"Tahun 2023 diawali dengan isu resesi ekonomi. Meski demikian, beberapa responden berniat mengalokasikan dana lebih banyak untuk Ramadan dan Idulfitri tahun ini dibandingkan tahun 2022," tulis Jakpat dalam deskripsi laporannya.
"Kecuali Gen X yang menunjukkan rencana serupa antara mereka yang akan mengalokasikan lebih banyak, dan mereka yang akan mengalokasikan jumlah yang sama seperti tahun lalu. Dari perspektif SES (status sosial ekonomi), lebih dari 40% segmen atas dan menengah akan mengalokasikan lebih banyak juga," lanjut Jakpat.
Pengeluaran terbesar dialokasikan untuk zakat, infak, dan sedekah
Selain dalam hal bujeting, Jakpat juga turut membahas mengenai potensi pengeluaran utama masyarakat muslim Indonesia pada bulan Ramadan. Hasilnya, sebagian besar pengeluaran diperuntukkan untuk zakat, infak, dan sedekah sebesar 88%.
Pengeluaran terbesar kedua dialokasikan untuk kegiatan buka bersama dengan persentase 80%, disusul belanja makanan dengan persentase 79%. Anggaran belanja, baik untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran atau kebutuhan lainnya masuk ke dalam posisi lima besar dengan persentase masing-masing 69% dan 53%.
Pengeluaran lain yang masuk ke dalam posisi 10 besar lebih banyak dialokasikan untuk aktivitas-aktivitas pemberian. Beberapa di antaranya adalah untuk mudik (43%), bepergian dan liburan (42%), uang tunai untuk hadiah lebaran (42%), dan hamper (36%).
"Pengeluaran yang paling banyak dilakukan setelah zakat adalah untuk berbuka puasa, terutama di kalangan Gen Z. Generasi tua juga lebih cenderung menyiapkan anggaran untuk Lebaan, hadiah uang tunai pada hari raya Idulfitri terutama diberikan kepada anak-anak," tulis Jakpat.
"Dilihat dari alokasi anggaran responden, masyarakat yang mengalokasikan lebih banyak anggaran cenderung menyiapkan dana untuk kebutuhan perjalanan dan liburan," sambung Jakpat.
Penulis: Raihan Hasya
Editor: Iip M Aditiya