Amerika Latin merupakan salah satu wilayah yang hingga kini memiliki PR tak terselesaikan dalam pemberantasan kartel narkoba. Amerika Latin terutama Meksiko dan El Salvador bahkan banyak dikenal dengan narkoba sebagai komoditas unggulan.
Perdagangan obat-obatan terlarang di Amerika Latin terutama menyangkut produksi dan penjualan kokain dan ganja, termasuk ekspor zat-zat terlarang ini ke Amerika Serikat dan Eropa. Budidaya kokain terkonsentrasi di Andes Amerika Selatan, terutama di Kolombia, Peru, dan Bolivia, yang merupakan satu-satunya tempat di dunia di mana kokain dapat diperoleh.
Perkembangan pesat kartel narkoba ini ternyata banyak memengaruhi kehidupan sosial masyarakat Amerika Latin termasuk dalam human security. Nyatanya kartel narkoba menjadi salah satu pemicu tingginya angka femisida atau femicidio di Meksiko dan El Salvador. Ini semakin didukung dengan adanya budaya machismo dalam masyarakat.
Apa Itu Machismo?
Machismo adalah rasa kejantanan yang kuat atau berlebihan; keyakinan bahwa keberanian, kekuatan, keberanian, dan hak untuk mendominasi adalah ciri atau konsekuensi dari maskulinitas. "Macho" adalah kata dari bahasa Spanyol.
Dikutip dari Verywell Mind, dalam budaya Amerika Latin dan Spanyol, machismo adalah konstruksi sosial dari maskulinitas yang menggambarkan bagaimana pria seharusnya berinteraksi dengan gender mereka berdasarkan virilitas, keberanian, kekuatan, dan kekuasaan. Pria Latin secara tradisional memiliki sifat asumtif dari machismo yang memengaruhi bagaimana mereka berperilaku, berbicara, dan berinteraksi dengan orang lain, serta peran mereka dalam rumah tangga dan masyarakat.
Sikap machismo sebenarnya memiliki dua sisi, positif dan negatif. Seseorang yang menganut sikap macho akan cenderung menjadi seseorang yang pemberani, memiliki rasa hormat, dan keahlian dalam seksual. Sedangkan sisi negatif yang dimiliki oleh laki-laki dengan sikap machismo adalah tidak ekspresif, seksis, suka mendominasi dan cenderung agresif.
Sementara itu, marianismo atau standar perilaku perempuan dipercaya muncul saat penjajahan Amerika Latin yang kemudian memicu lahirnya machismo. Inilah sifat laki-laki dalam machismo yang kemudian dibawa dalam kejahatan terorganisasi yaitu dalam kartel narkoba. Tentu dengan adanya sikap ini yang dipertahankan, maka pihak yang paling dirugikan adalah perempuan.
Jumlah Korban Femicidio di Meksiko dan El Salvador
Femicidio adalah istilah kejahatan kebencian berbasis jenis kelamin, yang banyak didefinisikan sebagai "pembunuhan intensional pada kaum perempuan karena mereka adalah perempuan".
Dalam konteks ini, banyak perempuan yang dibunuh karena adanya praktik kriminal yang salah satunya adalah kartel narkoba. Femicidio dapat dikategorikan dalam jenis femicidio sexual sistemico atau femisida seksual sistemik.
Pembunuhan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap anak perempuan atau perempuan dikenal sebagai femisida seksual sistemik, di mana seluruh komponen hubungan yang tidak setara antara kedua jenis kelamin ditemukan: superioritas generik laki-laki dibandingkan dengan subordinasi generik perempuan, misogini, kontrol, dan seksisme. Bukan hanya tubuh biologis perempuan yang dibunuh, tetapi juga konstruksi budayanya, yang dibunuh oleh negara maskulin yang pasif dan toleran.
Kawasan Amerika Latin dianggap menjadi kawasan paling berbahaya bagi perempuan. Dikutip dari International Relations Review, dari 25 negara dengan angka femisida tertinggi, 14 di antaranya adalah negara dari kawasan Amerika Latin dan Karibia.
Diambil dari Indice de Paz Mexico, Meksiko menjadi salah satu negara dengan angka femisida yang tinggi. Terpantau hingga 2023 Meksiko masih memiliki kasus femisida sebesar 848 kasus dari total 3.429 korban dan paling tinggi pada tahun 2021 dengan angka 1.017 kasus dari total pembunuhan terhadap perempuan sebanyak 3.766 korban.
Sedangkan di El Salvador, diambil dari Observatorio de Violencia Contra Las Mujeres, angka femisida pada tahun 2024 (hingga bulan November) mencapai 36 kasus. Dikutip dari Observatorio de Violencia Contra Las Mujeres, ini artinya di El Salvador terdapat rata-rata kasus femisida sebanyak 3 kasus per bulan, kecuali Agustus di mana terjadi 8 kasus.
Dikutip dari Wilson Center, El Salvador juga menjadi negara dengan tingkat pembunuhan perempuan paling tinggi di Amerika Latin pada tahun 2018 dengan angka 6,8. Angka ini termasuk tinggi walaupun telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Tren Femicidio dalam Kartel Narkoba
Dalam praktiknya, perempuan kerap kali dibunuh karena ikut terlibat dalam bisnis kartel. Perempuan sering kali dijadikan kurir narkoba (disebabkan karena kondisi perekonomian mereka yang rendah) yang membuat perempuan terjerat dalam lingkaran setan kartel.
Selain itu, kartel narkoba juga menjadikan pelecehan seksual terhadap perempuan sebagai senjata untuk menguasai sebuah wilayah. Tak hanya itu, pelecehan seksual juga dilakukan untuk bentuk balas dendam terhadap pesaing.
Selain menjadi korban pelecehan, perempuan juga kerap dijadikan sebagai objek untuk mengancam pesaing. Perempuan sering kali menjadi target untuk diculik dan disandera demi melemahkan pesaing kartel narkoba lainnya. Akibatnya perempuan banyak ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan.
Perempuan dalam hal ini dijadikan objektivitas kekuasaan dari kartel narkoba. Terlebih karena adanya sifat machismo yang mengakar dalam pelaku di dalam kartel tersebut, maka objektivitas perempuan lumrah bagi mereka.
International Drug Policy Consortium juga menyampaikan bahwa karena adanya dominasi laki-laki dalam kartel narkoba dan budaya machismo yang melekat, perempuan sering kali dipandang rendah dan menempati posisi rendah sehingga sering menjadi target diskriminasi. Bahkan dalam menjalankan tugasnya dalam jaringan tersebut, perempuan tak mendapatkan perlindungan dari kartel dan menjadi korban ganda karena juga selain beresiko menjadi tersangka pengedar narkoba tetapi juga korban pelecehan dan kekerasan seksual.
Maka dari itu, isu femisida memiliki korelasi yang kuat dengan kartel narkoba. Dalam menghadapi isu ini maka pemerintah terkait perlu juga menyelesaikan permasalahan mengenai kartel narkoba untuk menghindari lebih banyak korban yang berjatuhan.
Dikutip dari Journal of Feminism and Gender Studies, pemerintah negara yang menjadi rumah bagi kartel narkoba sebagai tanggapan untuk menekan angka femisida seperti Meksiko sebenarnya juga telah mengupayakan usaha untuk menekan kartel narkoba. Usaha pemerintah Meksiko adalah dalam bentuk program La alerta de Violencia de Genero contra las Mujeres (AVGM), tetapi program ini tetap dinilai gagal.
Lebih dari itu, budaya machismo yang mengakar pada masyarakat perlu menjadi perhatian bagi pemerintah karena telah memakan korban. Pada dasarnya, akar permasalahannya juga terletak pada budaya yang sudah melekat pada masyarakat. Pemerintah harus bisa hadir sebagai pelindung baik bagi perempuan dan laki-laki dan menghapus bias terhadap laki-laki dan perempuan di depan hukum.
Baca Juga: Lebih dari 15 Ribu Perempuan Jadi Korban Kekerasan di 2024
Penulis: Aurellia Angelie
Editor: Editor