Di tengah derasnya arus informasi dan kehidupan digital yang serba cepat, membaca perlahan menjadi aktivitas yang terlupakan. Bagi sebagian siswa, buku bukan lagi sahabat akrab, hanya benda yang dibuka terutama mendekati saat ujian. Padahal, membaca buku seharusnya tidak dipandang sebagai kewajiban sekolah, melainkan dijadikan aktivitas sehari-hari untuk membuka cara pandang, memperkaya kosa kata, dan memperluas cara berpikir.
Buku perlahan-lahan digantikan oleh layar, aktivitas membaca kini kalah saing dengan hiburan digital yang mengandalkan kecepatan dan visual. Membaca kini mulai beralih sebagai kewajiban akademis semata.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa kunjungan peserta didik ke perpustakaan dan taman bacaan masyarakat (TBM) pada 2024 masih rendah, yang secara tidak langsung menunjukkan minat baca siswa Indonesia yang masih harus didorong.
Baru 44,56% peserta didik yang mengunjungi perpustakaan dan/atau memanfaatkan TBM pada 2024, lebih rendah ketimbang mereka yang tidak pernah. Perpustakaan dan TBM menjadi sarana penting dalam mendukung upaya meningkatkan literasi peserta didik.
“Keberadaan perpustakaan dan TBM tersebut bukan hanya untuk melengkapi fungsi institusi pendidikan formal, namun juga memperluas akses terhadap informasi, pengetahuan, serta keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman,” tulis BPS dalam laporannya.
Berdasarkan jenjang pendidikan, hanya 37,31% peserta didik jenjang SD yang pernah mengunjungi perpustakaan dan/atau memanfaatkan TBM pada 2024, jauh lebih rendah ketimbang SMP sederajat (52,01%), SMA/SMK/sederajat (55,32%), dan pendidikan tinggi (41,59%). Proporsi yang rendah di kalangan mahasiswa menunjukkan tantangan dalam pemanfaatan perpustakaan dan TBM secara optimal.
Sejalan dengan itu, menurut survei GoodStats, baru 1 dari 5 responden yang rutin membaca buku setiap hari. Sisanya ada 22,3% yang membaca setidaknya seminggu sekali, dan 24,6% yang membaca sebulan sekali. Sementara itu, 17% responden hanya membaca buku sesekali, dan 15,4% lainnya bahkan jarang menyentuh buku.
“Hanya 20,7% yang rutin membaca buku setiap hari, 22,3% responden rutin setiap minggu, dan 24,6% rutin tiap bulan. Angka ini masih harus ditingkatkan, lewat kerja sama berbagai pihak, karena membaca buku itu penting buat menambah wawasan,” tutur Managing Editor GoodStats, Iip M. Aditya pada Senin (3/3/2025).
Kurangnya motivasi untuk membaca, minimnya akses terhadap buku-buku berkualitas, hingga pengaruh budaya yang kurang menekankan pentingnya membaca, menjadi hal-hal yang dapat mengurangi minat baca warga Indonesia.
Survei ini sendiri dilakukan pada 20 Januari–10 Februari 2025 dengan melibatkan 1.000 responden secara online.
Baca Juga: Survei GoodStats: Baru 1 dari 5 Orang yang Rutin Baca Buku Setiap Hari
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/05/28/1d3b07ea55c4e8d8ce5d5859/statistik-penunjang-pendidikan-2024.html
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor