Bank Dunia menyebut resesi ekonomi global sudah di depan mata. Bahkan, diperkirakan bahwa ancaman kemunduran roda ekonomi ini tidak dapat dihindari. Dalam laporan bertajuk “Global Economic Prospect (GEP) June 2022”, tercatat bahwa tekanan inflasi yang tinggi di sejumlah negara tak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 pun dipangkas menjadi 2,9 persen setelah sebelumnya diprediksi mencapai 4,1 persen. Kondisi ini terjadi lantaran adanya invasi Rusia ke Ukraina yang memperparah perlambatan ekonomi dunia, di mana kondisi perekonomian global masih belum sepenuhnya pulih dari pandemi Covid-19.
Mengutip CNNIndonesia.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani buka suara soal kemungkinan Indonesia terjerat resesi. Menurutnya, perekonomian Indonesia masih cukup tangguh jika dibandingkan dengan negara lainnya. Ini tercermin dari kinerja perekonomian seperti PMI manufaktur dan ekspor impor yang stabil.
“Indonesia masih cukup baik dibandingkan negara lain yang kenaikan utangnya melonjak,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat membaik. Bahkan, pada kuartal I-2022 perekonomian tumbuh 5,01 persen di tengah gelombang Omicron. Pertumbuhan yang positif ini juga didukung oleh laporan dari Bank Dunia. Adapun, perekonomian Indonesia diprediksi akan tumbuh 5,1 persen pada 2022 dan naik menjadi 5,3 persen di tahun 2023.
Proyeksi Bank Dunia ini didasarkan pada beberapa faktor pendukung, seperti kepercayaan konsumen yang meningkat, nilai tukar perdagangan (terms of trade) yang lebih baik, serta lonjakan permintaan yang tertahan (pent-up demand).
“Proyeksi ini masih sejalan dengan rentang outlook pertumbuhan ekonomi pemerintah. Ini membuktikan bahwa resiliensi Indonesia masih terjaga di tengah peningkatan risiko global,” tutur Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu melalui rilisnya pada Rabu, (22/6) lalu.
Namun, masih ada kekhawatiran akan inflasi. Inflasi pada Juni 2022 tercatat 0,61 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Adapun secara tahunan, (year-on-year/yoy), inflasi Juni ada di level 4,35 persen yoy dan menjadi yang tertinggi sejak 2017.
Inflasi Indonesia di tahun 2022 diproyeksi oleh Bank Dunia akan mencapai 3,6 persen. Proyeksi ini dikatakan masih berada di dalam rentang target inflasi Bank Indonesia dan asumsi makro dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sebesar 2-4 persen berkat bauran kebijakan yang baik.
Sementara, Sri Mulyani menyebut angka inflasi Indonesia cenderung rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Pemerintah mampu menahan kenaikan harga energi lewat subsidi sebesar Rp520 triliun. Ini membuat masyarakat tidak merasakan beban berat seperti negara lain.
“Presiden sering sampaikan di berbagai kesempatan, dibandingkan harga di berbagai negara setiap negara harga beda dengan harga internasional, pasti mesti kasih subsidi,” katanya.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya