Profesi influencer kian digandrungi saat ini. Peluang dan kesempatan untuk menjadi influencer semakin terbuka lebar didorong oleh tingginya penetrasi internet dan peningkatan jumlah pengguna media sosial dari waktu ke waktu. Selama memiliki jaringan internet dan akun media sosial, siapa pun punya kesempatan yang sama untuk jadi pemengaruh.
Bidang influencer yang bisa digeluti juga kian beragam. Publik bisa memilih yang sesuai dengan minat dan keahlian, mulai dari keuangan, teknologi, komedi, dan lain sebagainya.
Namun, di balik tingginya antusiasme ini, faktor apa yang membuat publik tertarik menjadi Influencer?
Tirto bersama Jakpat menyelenggarakan survei terhadap 831 responden berusia 16-45 tahun dari 34 provinsi di Indonesia pada 1 Juli 2025 menggunakan metode non probability sampling dengan instrumen kuesioner daring dan margin of error di bawah 3%.
Jam Kerja Fleksibel Jadi Alasan Utama
Hasilnya menunjukkan bahwa jam kerja yang fleksibel jadi alasan 62,33% responden tertarik menjadi influencer. Seperti yang diketahui, profesi ini termasuk dalam sektor nonformal sehingga jam kerjanya cenderung bebas atau fleksibel. Influencer bisa menentukan sendiri kapan akan memproduksi suatu konten.
Alasan ini sejalan dengan prinsip work life balance yang belakangan ramai dipegang teguh oleh generasi muda. Jam kerja yang fleksibel memungkinkan publik untuk bisa lebih seimbang dalam menjalani pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Kemudian alasan terbanyak kedua adalah ingin mendapatkan uang endorsement dari merek atau produk terkemuka dengan perolehan 56,68%. Kembali lagi, influencer bukan lagi sekadar hobi melainkan profesi. Setelah konsisten memproduksi konten, tentunya publik berharap bisa menjalin hubungan kerja sama berupa endorsement dengan sejumlah merek ternama.
Lalu 52,23% lainnya merasa tertarik karena profesi ini menjanjikan secara finansial. Sumber pemasukan seorang influencer sangatlah beragam, pendapatan bisa diperoleh dari endorsement, afiliasi pemasaran, acara dan kolaborasi, serta lainnya. Variasi sumber pendapatan inilah yang membuka peluang finansial menjadi lebih besar.
Lebih lanjut, alasan lain publik tertarik menjadi influencer adalah ingin berbagi hobi atau minat (45,13%), terinspirasi dari influencer yang sudah terkenal (38,75%), ingin membagikan pendapat terkait isu tertentu (35,86%), lapangan pekerjaan formal terbatas (33,69%), ingin dapat produk gratis dari brand atau produk terkemuka (32,49%), dan ingin terkenal (18,53%).
Platform apa yang Dianggap Potensial?
Tiktok jadi platform yang dianggap paling potensial oleh 75,09% responden, jauh mengungguli platform lainnya. Hal ini terjadi karena jumlah penggunanya yang relatif besar dan fitur khas for you page yang mampu meningkatkan jangkauan audiens menjadi lebih luas.
Selain itu, saat ini masyarakat cenderung menyukai format video pendek karena terbatasnya waktu yang dimiliki akibat kesibukan. Kondisi inilah yang membuat Tiktok memiliki potensi besar.
Media sosial lain mulai dari Instagram (11,67%), Youtube (9,87%), Facebook (2,65%), dan X (0,48%) juga masuk pertimbangan. Sementara itu, 0,24% lainnya menjawab tidak tahu.
Baca Juga: 44% Publik Lebih Percaya Pakar Sebelum Beli Barang
Sumber:
https://tirto.id/survei-tunjukkan-66-masyarakat-ingin-jadi-influencer-kenapa-hdL5
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor