Anomali Suhu di Indonesia Hingga Juni 2024

Berdasarkan pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata bulan Juni 2024 di Indonesia tercatat sebesar 27,02 °C, menunjukan adanya anomali suhu bulanan.

Anomali Suhu di Indonesia Hingga Juni 2024 Illustrasi Suhu | Canva

Berdasarkan analisis dari 113 stasiun pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu udara rata-rata bulan Juni 2024 di Indonesia tercatat sebesar 27,02 °C. Angka ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan suhu udara klimatologis normal untuk periode yang sama (1991-2020), yang berada pada angka 26,53 °C.

Dengan demikian, terjadi anomali positif sebesar 0,49 °C. Anomali ini menandakan bahwa suhu udara pada bulan Juni 2024 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan suhu rata-rata historis untuk periode yang sama.

Terjadi anomali positif sebesar 0,49 °C pada Juni 2024.
Terjadi anomali positif sebesar 0,49 °C pada Juni 2024 | GoodStats

Lebih lanjut, anomali sebesar 0,49 °C ini merupakan yang tertinggi sepanjang periode pengamatan yang dimulai sejak tahun 1981, menunjukkan tren peningkatan suhu yang signifikan di Indonesia. Anomali suhu ini dapat memberikan indikasi awal dari perubahan iklim yang lebih luas dan menekankan pentingnya pemantauan dan mitigasi terhadap dampak lingkungan yang mungkin terjadi.

Secara keseluruhan, wilayah Indonesia menunjukkan nilai anomali suhu udara rata-rata per stasiun yang positif pada bulan Juni 2024. Hal ini berarti, suhu yang tercatat pada bulan ini lebih tinggi dari rata-rata klimatologisnya.

Anomali suhu udara tertinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Maimun Saleh - Sabang dengan nilai 1,4 °C. Sebaliknya, anomali terendah tercatat di Stasiun Meteorologi Karel Sadsuitubun - Maluku Tenggara dengan nilai -0,5 °C.

Perbedaan anomali ini menunjukkan adanya variasi regional yang signifikan dalam pola pemanasan yang disebabkan oleh berbagai faktor lokal seperti urbanisasi, deforestasi, dan perubahan pola penggunaan lahan.

Meskipun terjadi peningkatan suhu di beberapa daerah, suhu udara rata-rata bulan Juni 2024 secara umum lebih rendah ketimbang suhu di bulan sebelumnya (Mei 2024).

Dari 160 stasiun pengamatan BMKG, sebagian besar mencatat adanya penurunan suhu dari Mei ke Juni 2024. Peningkatan suhu terbesar terjadi di Stasiun Meteorologi Yogyakarta - Kab. Kulon Progo dengan nilai 0,7 °C, sementara penurunan suhu terbesar tercatat di Stasiun Meteorologi Eltari - Kupang dengan nilai -1,7 °C.

Penurunan suhu ini diakibatkan oleh faktor-faktor musiman seperti curah hujan, angin monsun, dan aktivitas atmosfer lainnya yang mempengaruhi kondisi cuaca lokal.

Anomali Suhu Tertinggi di Sabang

Sabang menjadi daerah dengan anomali suhu tertinggi, menunjukkan perbedaan suhu yang signifikan ketimbang periode yang sama sebelumnya.
Sabang menjadi daerah dengan anomali suhu tertinggi, menunjukkan perbedaan suhu yang signifikan ketimbang periode yang sama sebelumnya (1991-2020) | GoodStats

Anomali suhu udara yang terus naik menandakan suhu semakin panas. Peningkatan suhu ini dapat memengaruhi kondisi lingkungan, pertanian, kesehatan, dan kenyamanan masyarakat.

Misalnya, peningkatan suhu dapat menyebabkan stres panas pada tanaman, mengurangi produktivitas pertanian, dan meningkatkan risiko penyakit terkait panas pada manusia. Stres panas pada tanaman dapat mengakibatkan penurunan hasil panen, yang pada gilirannya akan memengaruhi ketahanan pangan dan ekonomi lokal.

Selain itu, suhu yang lebih tinggi dapat memperburuk kualitas udara dengan meningkatkan konsentrasi polutan dan memperpanjang musim kebakaran hutan.

Dalam konteks kesehatan, kenaikan suhu dapat meningkatkan risiko dehidrasi, heatstroke, dan penyakit kardiovaskular, terutama di kalangan kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis.

Tidak hanya itu, suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan prevalensi penyakit menular seperti demam berdarah dan malaria, karena kondisi panas dan lembab merupakan lingkungan yang ideal bagi perkembangan nyamuk.

Dari sisi kenyamanan masyarakat, suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan konsumsi energi untuk pendinginan, yang pada akhirnya membebani jaringan listrik dan meningkatkan emisi gas rumah kaca jika energi yang digunakan berasal dari sumber fosil.

Dampak-dampak di atas menekankan pentingnya transisi ke sumber energi yang lebih bersih dan efisien, serta perlunya adaptasi dalam desain perkotaan dan infrastruktur untuk mengatasi fenomena kenaikan suhu ini.

Baca Juga: Rata-rata Suhu Negara di Asia Tenggara, Indonesia Terpanas?

Penulis: Willy Yashilva
Editor: Editor

Konten Terkait

AI dan Masa Depan Dunia Kerja: Meningkatkan Efisiensi atau Menggantikan Pekerja?

AI dalam dunia kerja dinilai memiliki dampak signifikan. Apakah AI dapat meningkatkan produktivitas atau malah “menyingkirkan” pekerja?

Buku Sastra Sering Dipinjam di Perpustakaan Umum, Apakah Koleksinya Memadai?

Laporan Perpusnas 2023 menunjukkan adanya perbedaan porsi koleksi buku di perpustakaan umum dengan minat peminjam, terutama pada kategori Sastra dan Komputer.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook