AI dan Masa Depan Dunia Kerja: Meningkatkan Efisiensi atau Menggantikan Pekerja?

AI dalam dunia kerja dinilai memiliki dampak signifikan. Apakah AI dapat meningkatkan produktivitas atau malah “menyingkirkan” pekerja?

AI dan Masa Depan Dunia Kerja: Meningkatkan Efisiensi atau Menggantikan Pekerja? Ilustrasi AI dalam Tempat Kerja | iStock

Artificial Intelligence (AI) merupakan salah satu bentuk perkembangan teknologi yang kian masif di era modern ini. AI tak lagi sekedar melakukan identifikasi pola otak manusia dan membantu mengarahkan sesuatu dengan sederhana. Kini, AI telah berhasil membuat elaborasi sesuatu yang rumit jadi lebih mudah, termasuk dalam pekerjaan.

Generative Artificial Intelligence (GenAI) merupakan salah satu perkembangan baru dari AI yang telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu mengerjakan tugas sekolah hingga melaksanakan pekerjaan.

PwC melakukan survei dengan tajuk Global Workforce Hopes and Fears 2024. Survei tersebut telah diikuti lebih dari 56.000 pekerja yang berasal dari 50 negara yang berbeda. Tak hanya itu, ada pula PwC's 27th Annual Global CEO Survey dengan responden terdiri dari 4.702 CEO dengan 105 negara yang berbeda.

Terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan faktor atau perubahan apa yang paling berdampak pada pekerjaan dan perusahaan secara keseluruhan dalam tiga tahun ke depan.

Perubahan teknologi paling diantisipasi oleh pekerja dan CEO | GoodStats
Perubahan teknologi paling diantisipasi oleh pekerja dan CEO | GoodStats

Sebanyak 46% pekerja kompak setuju bahwa perubahan teknologi—termasuk AI, GenAI, dan robotik—dapat memberikan dampak yang signifikan pada pekerjaannya. Sama halnya dengan pekerja, 56% CEO juga mulai mengantisipasi perubahan teknologi dalam perusahaannya di berbagai lini.

Selanjutnya, 45% pekerja dan 49% CEO merasa perubahan preferensi konsumen tak luput dari perhatian. Kemudian, pada posisi ketiga sebanyak 43% pekerja dan 47% CEO mewanti-wanti perubahan regulasi pemerintah berpengaruh pada sistem kerja dan perusahaan.

Disusul dengan 41% pekerja dan 38% CEO menjawab tindakan yang diambil oleh rekan kerja dan pesaing menjadi atensi yang perlu diantisipasi ke depannya. Terakhir, isu perubahan iklim juga menjadi sorotan 37% pekerja dan 30% CEO yang bisa berdampak pada keberlangsungan pekerjaan dan perusahaan itu sendiri.

Dampak GenAI dalam Pekerjaan di Masa Depan

Berdasarkan data sebelumnya, teknologi dinilai memiliki dampak signifikan dalam dunia kerja. Para ekonom mengatakan, dampak AI dalam ketenagakerjaan bergantung pada apakah AI bisa menaikan produktivitas tiap pekerja, melengkapi tugas yang dikerjakan secara komprehensif, atau malah menggantikan pekerja melalui otomatisasi yang dilakukan AI.

GenAI terbukti meningkatkan efisiensi waktu dalam bekerja | GoodStats
GenAI terbukti meningkatkan efisiensi waktu dalam bekerja | GoodStats

Pada survei yang sama, para responden menjawab dalam satu tahun ke depan, apakah AI—terutama GenAI—bisa meningkatkan atau malah menurunkan efisiensi waktu di tempat kerja. Pada survei untuk pekerja, sebanyak 63% mengatakan GenAI mampu meningkatkan efisiensi waktu sehingga memberikan kinerja yang baik dalam melakukan pekerjaan.

Kemudian, 21% menjawab GenAI sedikit atau tidak ada perubahan dalam pengelolaan waktu kerja sementara 15% responden merasa GenAI malah menurunkan efisiensi dalam bekerja.

Di sisi lain, 67% CEO menilai kehadiran GenAI dapat meningkatkan efisiensi karyawannya dalam bekerja. Selanjutnya, 29% menjawab sedikit atau tidak ada perubahan sehingga kinerja para karyawannya cenderung stagnan. Terakhir, sedikit dari para CEO atau sebesar 4% menjawab GenAI mengurangi efisiensi para karyawannya dalam melakukan pekerjaan.

Dengan demikian, jika AI atau GenAI dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam bekerja yang mengarah pada produktivitas, maka banyak manajer atau jajaran atas akan lebih banyak mempekerjakan orang. Hal tersebut dapat mengarah dalam meningkatkan pendapatan serta menambah profit perusahaan.

“Teknologi secara mendasar mengubah cara pekerjaan dilakukan dan jenis keterampilan yang dicari oleh pemberi kerja. Oleh karena itu, karyawan semakin mengutamakan organisasi yang berinvestasi dalam pengembangan keterampilan mereka agar tetap relevan dan berkembang di dunia digital. Bisnis pada gilirannya harus proaktif dalam program peningkatan keterampilan mereka - memprioritaskan pengalaman karyawan dan bersikap transparan. Karena ketika Anda melibatkan tenaga kerja Anda secara bermakna, mereka menjadi akselerator bagi transformasi yang sukses,” ujar Pemimpin Global Workforce di PwC UK, Pete Brown, pada Selasa, (25/6), mengutip PwC.

Beda Persepsi Antar Generasi

Salah satu topik yang dibahas dalam survei yang dihelat ADP Research Institute dengan judul People at Work, adalah bagaimana teknologi AI memiliki pengaruh pada pekerjaan yang dilakukan.

Persepsi AI dalam dunia kerja berdasarkan kelompok usia | GoodStats
Persepsi AI dalam dunia kerja berdasarkan kelompok usia | GoodStats

Survei tersebut berhasil mengumpulkan 34.612 pekerja dari 18 negara berbeda yang terletak di beragam benua. Pada data berikut telah tertera jawaban responden yang mengatakan AI berdampak pada pekerjaannya.

Untuk rentang usia termuda, 18-24, meski lebih sering terpapar internet dan teknologi, 51% responden justru merasa “skeptis” dan berpendapat bahwa AI dapat mengikis secara perlahan peran sebagai pekerja. Sedangkan 49% lainnya menjawab AI dapat membantu kegiatan keseharian atau tugas-tugas tertentu.

Selanjutnya, kelompok usia 25-34 memiliki porsi yang seimbang. Sebanyak 50% responden menjawab AI dapat menggantikan, baik itu sebagian atau mayoritas peran sebagai pekerja dan 50% lainnya menjawab AI bermanfaat dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Rentang usia 35-44 tidak ada perbedaan jauh di antara keduanya. Sebanyak 49% menjawab AI dapat mengganti perannya sebagai pekerja, baik itu hanya sebagian atau mayoritas. Sementara 51% responden menjawab AI memiliki dampak yang bagus bagi keberlangsungan pekerja.

Kelompok usia yang termasuk pada generasi X (45-54 tahun) dan baby boomer (55 tahun ke atas), berkebalikan dengan rentang usia muda. Kedua kelompok tersebut justru merasakan keuntungan dan manfaat dari AI untuk pekerjaan.

Hanya 46% dari kelompok usia 45-45 yang merasakan AI bisa menggantikan peran individu dalam pekerjaan.  Lalu, 54% responden merasakan manfaat AI untuk kehidupan sehari-hari ataupun dalam bekerja.

Terakhir, 39% responden yang tergolong dalam usia 55+ menganggap AI bisa menjadi tantangan dalam menggantikan perannya sebagai pekerja sedangkan sisanya atau 61% merasa AI membantu melakukan kegiatan pribadi dan pekerjaan yang dilakukan.

Berdasarkan data-data tersebut, teknologi yang tak luput dari kehidupan sehari-hari nyatanya memiliki dampak besar terhadap dunia kerja pada saat ini dan di masa depan. Meski terdapat perdebatan AI yang diprediksi akan mendatangkan efek negatif untuk keberlangsungan pekerjaan, justru AI yang menjadi salah satu alternatif meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Generasi muda yang selalu dikaitkan dengan internet serta perkembangannya, perlu menimbang kembali “benefit” yang disuguhkan dari AI. Sementara generasi di atasnya, sudah percaya dan mengandalkan AI sebagai companion dalam kehidupan pribadi hingga profesional.

Baca Juga: Pekerja Dunia Lebih Optimis Terhadap Teknologi AI Sejak Lima Tahun Terakhir

Penulis: Aisyah Fitriani Arief
Editor: Editor

Konten Terkait

Indonesia Targetkan Punya PLTN 2032 Mendatang!

Sejauh ini, Indonesia baru memiliki reaktor nuklir yang dimanfaatkan untuk penelitian, pendidikan, kesehatan, hingga industri.

Buku Sastra Sering Dipinjam di Perpustakaan Umum, Apakah Koleksinya Memadai?

Laporan Perpusnas 2023 menunjukkan adanya perbedaan porsi koleksi buku di perpustakaan umum dengan minat peminjam, terutama pada kategori Sastra dan Komputer.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook