Cacar monyet, atau monkeypox di Indonesia yang terkonfirmasi per Agustus 2024 berjumlah 88 kasus.
Cacar monyet adalah penyakit virus yang sebelumnya jarang terdengar di luar wilayah Afrika Tengah dan Barat. Namun dalam beberapa tahun terakhir, penyakit ini telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Virus ini menimbulkan kekhawatiran global karena penyebarannya yang cepat dan potensinya untuk menyebabkan komplikasi serius pada penderitanya.
Penyakit ini disebabkan oleh virus monkeypox, yang termasuk dalam keluarga virus yang sama dengan virus cacar, yakni Orthopoxvirus. Meski tingkat keparahannya lebih rendah dibandingkan dengan cacar, monkeypox tetap berbahaya jika tidak ditangani dengan baik.
Gejalanya mencakup demam tinggi, ruam yang menyebar di seluruh tubuh, dan nyeri otot. Dalam beberapa kasus, cacar monyet dapat menyebabkan infeksi sekunder yang berpotensi fatal, terutama pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah.
Indonesia, seperti banyak negara lain, kini menghadapi tantangan baru dengan ditemukannya kasus cacar monyet pada 2022 lalu. Penyakit ini bisa menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, lesi kulit, atau droplet pernapasan dari orang yang terinfeksi.
Kasus cacar monyet telah menyebar di berbagai wilayah di Indonesia dengan distribusi yang cukup mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyebutkan adanya 88 kasus cacar monyet yang terkonfirmasi di Indonesia.
Sebaran kasus cacar monyet di Indonesia
Di DKI Jakarta, tercatat 59 kasus terkonfirmasi, menjadikannya sebagai daerah dengan jumlah kasus cacar monyet tertinggi. Sementara itu, Jawa Barat mencatat 13 kasus konfirmasi, diikuti oleh Banten dengan 9 kasus, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta masing-masing 3 kasus, serta Kepulauan Riau dengan 1 kasus konfirmasi.
Dari total kasus yang ada, sebanyak 87 orang telah dinyatakan sembuh, menunjukkan adanya kemajuan dalam penanganan penyakit ini, meskipun ancamannya belum sepenuhnya hilang.
Cegah Penularan Cacar Monyet
Sebagai penyakit yang terutama menyerang kulit, cacar monyet memerlukan penanganan khusus terhadap lesi yang muncul pada kulit penderitanya. Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, SPKK(K) dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) menekankan pentingnya untuk tidak memanipulasi lesi yang ada.
Manipulasi seperti memencet atau menggaruk lesi tersebut dapat meningkatkan risiko penularan, baik lesi yang masih basah maupun yang sudah mengering. Ia juga mengingatkan agar pasien tidak berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian, karena barang-barang ini dapat menjadi medium penularan virus.
“Pasien juga tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Apabila terdapat benjolan atau bintil dan mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diberi obat,” ungkap Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Yudhi Pramono, mengutip laman resmi Kemenkes.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa masyarakat perlu memahami cara penularan cacar monyet, salah satunya yang berkaitan dengan kontak langsung dengan ruam bernanah di kulit, termasuk melalui aktivitas seksual.
Orang yang sering berganti-ganti pasangan seksual memiliki risiko tinggi tertular cacar monyet, terutama di kalangan laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis.
"Orang yang berhubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti berisiko tinggi tertular Mpox. Kelompok risiko utama adalah laki-laki yang melakukan seks dengan sejenis,” tutur dr. Yudhi.
Oleh karena itu, kewaspadaan dalam berinteraksi dan menjaga kebersihan diri menjadi langkah penting dalam mencegah penyebaran lebih lanjut.
Baca Juga: Jumlah Kasus Cacar Monyet di Indonesia 2024
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor