Generasi milenial dan gen Z di Indonesia menjadi penggerak utama dalam perubahan sosial, khususnya dalam isu kesetaraan gender. Berdasarkan survei IDN Research Institute terhadap 750 responden yang dilakukan pada 17–29 Mei 2024, 82% dari kedua generasi tersebut tercatat mendukung kesetaraan gender, asalkan perubahan tersebut tidak melanggar tradisi yang ada.
Namun, dukungan ini diwarnai pendekatan yang berbeda dalam memaknai dan menerapkan perubahan, mencerminkan kompleksitas keseimbangan antara tradisi dan modernitas.
Tingkat Dukungan dan Keterlibatan dalam Inisiatif Kesetaraan Gender
Milenial dan gen Z sama-sama menunjukkan dukungan besar terhadap kesetaraan gender, meski cara mereka melibatkan diri sangat bervariasi. Mayoritas dari mereka mendukung prinsip kesetaraan gender, tetapi keterlibatan aktif masih terbatas.
Menurut hasil survei, sebanyak 38% menyatakan sering berdiskusi dengan keluarga dan teman mengenai pentingnya kesetaraan gender, menjadikannya bentuk dukungan yang paling banyak dilakukan. Selain itu, 36% menyatakan mendukung kesetaraan gender tanpa terlibat dalam advokasi atau organisasi terkait secara langsung.
Meskipun hanya 20% dari mereka yang secara aktif terlibat dalam organisasi atau gerakan advokasi kesetaraan gender, gen Z menunjukkan kecenderungan yang lebih proaktif dibandingkan milenial. Gen Z juga lebih terbuka untuk menantang stereotip gender dalam kehidupan sehari-hari, sebuah langkah yang dianggap signifikan dalam mendorong perubahan sosial.
Hanya sedikit dari kedua generasi ini yang benar-benar menentang kesetaraan gender, yakni sebesar 18%, yang menegaskan bahwa mayoritas milenial dan gen Z mendukung langkah-langkah menuju keadilan gender, meski sebagian besar belum mengambil tindakan nyata.
Baca Juga: Memahami Daya Tarik Gaya Hidup Minimalis di Mata Generasi Muda 2024
Respon Milenial dan Gen Z terhadap Perubahan Peran Gender dalam Keluarga
Dalam konteks keluarga, milenial dan gen Z menampilkan pendekatan yang berbeda terhadap evolusi peran gender. Milenial cenderung lebih berhati-hati, dengan 48% dari mereka mengindikasikan bahwa mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan perubahan ini. Di sisi lain, gen Z lebih antusias menerima perubahan dengan 48% secara penuh percaya bahwa pergeseran peran gender dapat membawa keseimbangan dan kebahagiaan dalam keluarga.
Namun, kedua generasi ini tetap menunjukkan penghormatan yang mendalam terhadap nilai-nilai tradisional. Hal ini tercermin dari hasil survei yang menemukan bahwa meskipun mereka mendukung perubahan peran gender, hal tersebut hanya dapat diterima selama tidak mengganggu nilai-nilai budaya yang telah lama mengakar. Generasi milenial, dengan komitmennya terhadap stabilitas, menunjukkan preferensi terhadap perubahan bertahap. Sementara itu, gen Z, yang lebih terbuka terhadap gagasan global, memandang perubahan peran gender sebagai peluang untuk menciptakan dinamika keluarga yang lebih setara.
Aktivis seperti Kalis Mardiasih menekankan pentingnya membangun komunitas dan ruang aman yang dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan nyata terhadap kesetaraan gender. Ia menyoroti bahwa kesadaran hanyalah langkah awal. Progres yang nyata membutuhkan keberanian untuk berbicara dan bertindak, termasuk menciptakan lingkungan yang mendukung perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka tanpa dibatasi oleh peran tradisional.
Sebagai contoh, survei yang sama menemukan bahwa 40% perempuan meninggalkan pekerjaan mereka setelah menikah dan memiliki anak, dengan tanggung jawab keluarga sebagai alasan utama. Kurangnya dukungan seperti layanan penitipan anak yang terjangkau menjadi penghalang signifikan. Namun, investasi dalam fasilitas semacam ini tidak hanya akan mendukung perempuan untuk terus bekerja tetapi juga dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi Indonesia.
Dalam konteks keluarga, data di atas menunjukkan bahwa milenial dan gen Z merespons perubahan peran gender dengan cara yang berbeda. Ketika gen Z cenderung lebih progresif, milenial tetap menampilkan pola adaptasi yang mengakomodasi nilai-nilai tradisional.
Menyeimbangkan Tradisi dan Modernitas
Meskipun ada perbedaan dalam cara kedua generasi menerima perubahan, baik milenial maupun gen Z tetap mengedepankan keseimbangan antara nilai tradisional dan harapan modern. Generasi ini tidak hanya ingin mendobrak batasan-batasan tradisional tetapi juga menghormati warisan budaya mereka. Dengan dukungan dari pemerintah, organisasi, dan komunitas, generasi muda Indonesia memiliki potensi untuk mendorong perubahan yang signifikan menuju masyarakat yang lebih setara tanpa mengorbankan akar budaya yang penting.
Dengan semangat untuk menjaga tradisi sambil mengadopsi nilai-nilai modern, milenial dan gen Z membuktikan bahwa perubahan tidak berarti harus meninggalkan apa yang telah menjadi identitas budaya, melainkan menjadikannya fondasi untuk masa depan yang lebih adil dan inklusif.
Baca Juga: Tata Finansial dengan Baik, Ini Perbedaan Tujuan Menabung Gen Z dan Millenial
Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor