Jadi Penyebab Kematian Akibat Kanker Tertinggi Ke-3, Penderita Kanker Payudara Tembus 66 Ribu

Sebanyak 66,2 ribu wanita di Indonesia mengidap kanker payudara. Jenis kanker ini bahkan menjadi jenis kanker paling mematikan ke-3 di Indonesia.

Jadi Penyebab Kematian Akibat Kanker Tertinggi Ke-3, Penderita Kanker Payudara Tembus 66 Ribu Logo Kanker Payudara | Freepik

Indonesia masuk ke dalam negara dengan penderita kanker tertinggi. Per tahun 2022, setidaknya tercatat lebih dari 408 ribu penderita kanker di Indonesia. Pada tahun yang sama pula ditemukan hampir 242 ribu kasus kematian akibat kanker.

Data tersebut dihimpun dari Global Cancer Observatory yang merupakan bagian dari World Health Organization (WHO). Angka kematian akibat kanker semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini membuat Indonesia harus waspada akan bahaya yang akan menyerang.

Kanker payudara dominasi jenis kanker di Indonesia | GoodStats
Kanker payudara dominasi jenis kanker di Indonesia | GoodStats

WHO juga mencatat jenis kanker yang paling banyak diderita adalah kanker payudara. Jenis kanker ini mendominasi sebesar 16,2% atau sebanyak 66,2 ribu kasus, disusul dengan kanker paru-paru sebanyak 9,5% atau sebanyak 38,9 ribu kasus.

Sementara itu, jenis kanker terbanyak lainnya yang diderita masyarakat Indonesia adalah kanker saluran rahim. Kanker ini dialami oleh 36 ribu (9%) masyarakat Indonesia. Selanjutnya ada kanker usus besar dan kanker hati dengan angka penderita mencapai masing-masing 35,6 ribu (8,7%) dan 23,8 ribu jiwa (5,8%).

Jenis kanker lainnya yang dijumpai sebanyak 207 ribu kasus (50,7%). Beberapa jenis kanker lainnya adalah kanker ovarium, tiroid, saluran kemih, laring, pankreas, dan kanker prostat. 

Kanker payudara jadi jenis kanker yang dengan penderita wanita terbanyak | GoodStats
Kanker payudara jadi jenis kanker yang dengan penderita wanita terbanyak | GoodStats

Pada wanita, jenis kanker dengan paling banyak penderita adalah kanker payudara. Kanker ini dialami oleh 66,2 ribu wanita di Indonesia atau sekitar 30,1% dari total kasus pada 2022. Selain itu, kanker saluran rahim atau biasa disebut kanker serviks menjadi kasus kanker terbanyak kedua dengan jumlah penderita sebanyak 36,9 ribu jiwa (16,8%).

Masih berkaitan dengan daerah kewanitaan, kanker ovarium juga mendominasi di angka 15,1 ribu jiwa penderita atau sebanyak 6,9% diikuti oleh kanker usus besar dan kanker paru yang masing-masing berada di angka 13,7 ribu dan 9,7 ribu kasus (6,3% dan 4,4%).

Terdapat banyak jenis kanker lainnya yang diderita wanita Indonesia, seperti kanker nasofaring, kanker darah, vagina, saluran kemih, dan kanker vulva. 

Dari 280 juta penduduk di Indonesia, 408 ribu di antaranya adalah penderita kanker dan 220 ribu penderita tersebut adalah wanita. Hal ini merupakan masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. Sangat memungkinkan ada banyak sekali kasus kanker yang tidak terdeteksi di luar sana.

Beberapa jenis kanker pada wanita seringkali disertai dengan gejala yang ringan bahkan banyak yang tidak menyadarinya. Akibatnya banyak kasus kanker yang telah memasuki masa kritis. Jika seperti ini, kemungkinan untuk pulih menjadi sangat rendah.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk deteksi dini beberapa jenis kanker. Misalnya kanker payudara yang dapat dideteksi dengan gerakan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Gerakan ini hanya memerlukan waktu kurang lebih 10 menit untuk mendeteksi ada tidaknya benjolan yang diduga sebagai kanker.

Selain dengan deteksi dini, kanker juga dapat dicegah dengan pemeriksaan lab dan vaksin, salah satunya vaksin Human Papilloma Virus (HPV). Vaksin ini bahkan telah masuk ke dalam program imunisasi dasar lengkap atas rekomendasi WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Nantinya vaksin HPV akan dilakukan di tiap sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama di Indonesia. 

"Strategi utama menurunkan angka kematian akibat kanker adalah dengan deteksi dini, tingkat kesembuhannya lebih besar, dan biayanya juga lebih murah," ucap Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan RI yang ditemui saat menghadiri acara Hari Peringatan Kanker Sedunia, Jakarta (16/2).

Kementerian Kesehatan terus berupaya untuk memfasilitasi puskesmas dan rumah sakit di seluruh Indonesia dengan alat deteksi dini penyakit kanker. Layanan deteksi dini tersebut dikhususkan untuk kanker payudara dan serviks, serta kanker paru-paru dan usus. 

"Kami akan ikut serta melatih dokter-dokter umum di puskesmas untuk bisa melakukan USG dan layanan deteksi dini kanker lainnya dengan turut bekerja sama dengan organisasi profesi dan kolegium supaya pelatihan secara masif dapat dilakukan dalam waktu cepat," lanjut Budi.

Baca Juga: Bakal Penuhi Standar WHO, Jumlah Dokter di Indonesia Masih Tidak Merata

Penulis: Nadhifa Aurellia Wirawan
Editor: Editor

Konten Terkait

Survei GoodStats: Benarkah Kesadaran Masyarakat Akan Isu Sampah Masih Rendah?

Survei GoodStats mengungkapkan bahwa 48,9% responden tercatat selalu buang sampah di tempatnya, 67,6% responden juga sudah inisiatif mengelola sampah mandiri.

Dukungan Presiden di Battle Ground Pilkada Jawa Tengah

Bagaimana elektabilitas kedua paslon di Jawa Tengah hingga membutuhkan dorongan besar Presiden RI?

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook