Uang Cepat Habis? Ini Dia Proporsi Pengeluaran Bulanan Gen Z

Terkenal akan gaya hidupnya yang boros dan impulsif, nyatanya mayoritas pengeluaran Gen Z dihabiskan untuk keperluan makan.

Uang Cepat Habis? Ini Dia Proporsi Pengeluaran Bulanan Gen Z Ilustrasi Gen Z dan Keuangannya | drobotdean/Freepik

Salah satu karakteristik yang melekat pada Gen Z adalah mengenai perilakunya terhadap uang. Sudah bukan lagi rahasia umum bahwa Gen Z dikenal sebagai generasi yang boros dan hedon, tidak suka menabung dan lebih memilih menghabiskan uangnya untuk jajan. Gaya hidup konsumtif dan jauh dari kata sederhana, tujuan utamanya untuk dipamerkan (flexing). Media sosial kini menjadi ajang pembuktian, semakin banyak yang dipamerkan maka semakin baik.

Perkembangan teknologi turut memainkan peran dalam mendorong gaya hidup konsumtif di kalangan Gen Z. Kehidupan kini semakin mudah, semua serba instan, mengejar kepuasan menjadi sulit untuk dilakukan. Tidak punya uang tinggal pinjam, bosan tinggal scroll media sosial. Kenyamanan dan inovasi teknologi inilah yang membuat Gen Z semakin nyaman dengan gaya hidupnya yang cenderung boros dan malah minim literasi keuangan.

Lantas, apa saja yang biasa dibeli Gen Z dengan pendapatannya?

Mayoritas pengeluaran Gen Z dihabiskan untuk keperluan makanan.
Mayoritas pengeluaran Gen Z dihabiskan untuk keperluan makanan.

Survei Populix menyebutkan bahwa mayoritas Gen Z (69%) menghabiskan uangnya untuk membeli makanan. Selain itu, 14% responden menyebutkan pengeluarannya dipakai untuk produk kecantikan, 9% untuk transportasi, 5% untuk hiburan, dan 3% untuk keperluan berlibur.

Adapun survei tersebut dilakukan terhadap 875 responden Gen Z Indonesia secara online pada tanggal 19 hingga 30 April 2024.

Gen Z Kena Virus FOMO

Salah satu faktor yang mendorong perilaku boros Gen Z terhadap keuangan adalah adanya rasa FOMO (fear of missing out). Pengaruh tinggi dari media sosial membuat FOMO di kalangan Gen Z menjadi cenderung tinggi.

Head of Research Populix Indah Tanip juga menyatakan hal yang serupa. "Sikap FOMO pada akhirnya menjadikan pola belanja lebih impulsif," ujar Indah mengutip Kompas

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa tingkat literasi keuangan Gen Z adalah sebesar 44,04% di tahun 2024, lebih rendah  3,94% dibandingkan Generasi Milenial. OJK menegaskan bahwa literasi keuangand i bawah 44,04% termasuk kategori rendah. Semakin tinggi tingkat literasi keuangan, maka makin baik pula pengelolaan keuangan seseorang.

Jadi, Harus Bagaimana?

Lantas, apa yang bisa dilakukan oleh Gen Z untuk meningkatkan literasi keuangannya? Melansir laman Media Keuangan dari Kementerian Keuangan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Gen Z.

Pertama, mulai mengakses literasi keuangan secara digital. Teknologi tidak melulu berpengaruh buruk, selama dapat dimanfaatkan dengan baik. Sudah banyak layanan keuangan berbasis digital yang dapat digunakan oleh Gen Z, bahkan dikeluarkan langsung oleh lembaga keuangan., seperti aplikasi e-wallet, investasi online, dan lain-lain. Memanfaatkan teknologi seperti ini dapat meningkatkan kedewasaan terhadap penggunaan uang.

Kedua, mulai menerapkan gaya hidup hemat. Biasakan diri selalu merasa cukup dan banyak menabung, jangan mudah terpengaruh dengan yang dilihat di media sosial dan tidak jatuh dalam tren yang saat ini ada.

Ketiga, terus belajar untuk meningkatkan skill guna mendapatkan penghasilan baru. Banyak tersedia kursus online dengan harga terjangkau yang bisa diikuti, seperti kursus desain, menulis, dan lain sebagainya. Kini, sumber pendapatan tidak lagi diperoleh dari pekerjaan formal, namun pekerjaan informal juga. Dengan perkembangan teknologi, banyak lapangan kerja baru tersedia. Meningkatkan penghasilan bisa membantu Gen Z lebih kuat secara finansial.

Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor

Konten Terkait

Apa Saja Keterampilan yang Dicari Perusahaan Indonesia?

Setiap perusahaan menginginkan calon pekerja dengan skill yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menjadikan proses rekrutmen semakin dinamis dan menantang.

Penduduk Kelas Menengah Indonesia Turun Kelas

Jumlah penduduk kelas menengah Indonesia terus menurun, dari 57,33 juta pada 2019 menjadi 47,85 juta pada 2024.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook