Kain tenun merupakan kain tradisional yang pembuatannya dilakukan dengan cara menganyam benang lusi (memanjang) dan benang pakan (melintang) menggunakan alat tenun. Umumnya bahan utama kain tenun berasal dari sutra, serat kapas, dan kayu. Beberapa jenis tertentu bahkan menggunakan benang emas atau perak.
Setiap daerah di Indonesia memiliki motif atau corak kain tenun yang unik dan berbeda. Beberapa macam kain tenun yang tesebar di nusantara di antaranya adalah songket Palembang, ulos Batak, tenun ikat Sumatra Barat, tenun endek Bali, tenun troso Jepara, dan masih banyak lagi.
Dalam setiap coraknya tersimpan makna filosofis, kepercayaan, dan nilai–nilai luhur yang diwariskan turun temurun. Paduan warna dan motif cantik inilah yang memikat banyak orang sehingga membuat kain tenun semakin diminati.
Tidak hanya di dalam negeri, kain tenunan Indonesia juga sudah dikenal luas hingga ke mancanegara, terbukti dari nilai ekspornya yang cukup tinggi. Tercatat pada Semester I 2025, nilai ekspor kain tenunan Indonesia mencapai US$316,98 juta.
Adapun grafik di atas menunjukkan sepuluh negara utama tujuan ekspor kain tenunan Indonesia dengan nilai tertinggi pada periode Januari–Juni 2025. Uni Emirat Arab menempati posisi pertama dengan nilai ekspor sebesar US$60,59 juta, disusul Jepang di posisi kedua dengan US$50,74 juta.
Sementara itu, India (US$23,98 juta) dan Malaysia (US$23,43 juta) juga menjadi pasar penting dengan nilai ekspor yang hampir seimbang, dilanjut Arab Saudi mencatatkan nilai ekspor sebesar US$17,15 juta.
Beberapa negara lain juga tercatat sebagai tujuan ekspor dengan nilai cukup besar, meskipun lebih rendah dibandingkan kelompok teratas. Amerika Serikat (US$14,48 juta) dan Vietnam (US$14,4 juta) berada di peringkat menengah. Sementara Filipina (US$9,97 juta), China (US$9,3 juta), dan Thailand (US$7,56 juta) melengkapi daftar sepuluh besar.
Data ini menggambarkan bahwa pasar ekspor kain tenunan Indonesia cukup beragam, dengan jangkauan ke Asia, Timur Tengah, hingga Amerika. Melihat potensi kain tenun Indonesia yang sudah bersaing di pasar global, pemerintah perlu memfasilitasi pengrajin kain tenun supaya daya jualnya dapat terus meningkat. Dukungan tersebut bisa berupa sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan program pelatihan UMKM yang dapat meningkatkan kualitas produk juga membuka dan memperluas akses pasar internasional.
Salah satunya seperti yang telah dilakukan oleh Indonesia Eximbank melalui program Desa Devisa kepada para penenun di Nusa Tenggara Timur (NTT). Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi, memperluas akses pasar, dan mendorong terbukanya akses ekspor produk tenun khas NTT. Program ini merangkul 31 desa yang tersebar di Kabupaten Alor, Belu, Ende, Sikka, dan Sumba Timur, dengan total 522 penenun penerima manfaat yang mana 98,5% di antaranya adalah perempuan.
“Program ini tidak hanya mendorong ekspor, tetapi juga memberikan dampak sosial yang signifikan, terutama dalam pemberdayaan perempuan, pelestarian budaya lokal, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tenun NTT kini tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga komoditas ekspor yang berdaya saing tinggi,” ungkap Plt. Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis Indonesia Eximbank, Maqin Norhadi di Puncak Waringin Labuan Bajo, pada Jumat (10/7/2025), melansir Kompas.
Baca Juga: Impor Tekstil Indonesia Kembali Naik pada 2024
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/08/29/aa76d78842eb6478c04ab6e6/statistik-perdagangan-luar-negeri-bulanan-ekspor--juni-2025.html
https://blog.exporthub.id/kain-tenun-indonesia-jenis-asal-daerah-dan-pesonanya/
https://kumparan.com/kumparanbisnis/indonesia-eximbank-dorong-tenun-ntt-mendunia-lewat-program-desa-devisa-25R43ve4HAE/1
Penulis: Silmi Hakiki
Editor: Editor