Bahasa Inggris merupakan bahasa dengan penutur terbanyak di dunia, menjadikannya penghubung utama masyarakat global. Meski begitu, hal ini tidak serta merta menunjukkan bahwa kemampuan Bahasa Inggris warga global bisa disamaratakan.
Saat ini, pemahaman dasar Bahasa Inggris masyarakat dunia jauh lebih baik dibanding tiga dekade lalu. Hal ini mencerminkan perluasan kehadiran bahasa ini dalam pendidikan, media, dan komunikasi internasional.
Kemampuan Bahasa Inggris secara tidak langsung dapat dikaitkan dengan status ekonomi, pendidikan, inovasi, dan kesejahteraan. Hal ini juga berhubungan dengan daya saing yang lebih besar dan hubungan yang lebih kuat dengan komunitas global.
EF English Proficiency Index 2024 mengukur kemampuan berbahasa Inggris negara-negara dunia berdasarkan hasil ujian EF SET English pada 2023 terhadap 2,1 juta orang dewasa.
Hasilnya, Singapura menjadi negara paling jago berbahasa Inggris di Asia berdasarkan pengukuran EF English Proficiency Index dengan skor 609. Hal ini mencerminkan pendekatan pendidikan bilingual yang efektif dan pandangan global yang kuat.
Kebijakan pemerintah Singapura yang menjadikan Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa resminya telah memainkan peran penting dalam pencapaian bisnis globalnya. Hal ini juga membantu mendukung komunikasi yang jelas di antara berbagai komunitas budayanya.
Filipina menyusul dengan skor 570, sementara Malaysia mencatat 566 poin. Hasil ini menyoroti meningkatnya kekuatan kemampuan Bahasa Inggris di Asia Tenggara.
Di Filipina, Bahasa Inggris digunakan secara luas di sekolah, lembaga pemerintah, dan media massa. Hasilnya, banyak warga Filipina yang dapat berbahasa Inggris dengan mahir.
Malaysia sendiri memiliki sejarah panjang dalam penggunaan Bahasa Inggris di universitas dan dunia bisnis. Praktik berkelanjutan ini meningkatkan kemampuan negara ini untuk bersaing di pasar global.
Singapura, Filipina, dan Malaysia memimpin Asia Tenggara dalam kecakapan Bahasa Inggris. Kinerja mereka melampaui pusat kekuatan ekonomi Asia yang lebih besar, seperti China dan Jepang.
Hong Kong dan Korea Selatan melengkapi lima teratas dengan skor masing-masing sebesar 549 dan 523. Kemampuan Bahasa Inggris Hong Kong yang kuat berasal dari hubungan sejarah dan bisnisnya, sementara keterampilan berbahasa Inggris Korea Selatan meningkat karena investasi pendidikan yang besar.
Adapun Nepal (512), Bangladesh (500), Vietnam (498), Pakistan (493), dan India (490) melengkapi daftar sepuluh teratas ini.
Kesepuluh negara Asia di atas menunjukkan kemajuan penting dalam kemampuan Bahasa Inggris, dipengaruhi oleh latar belakang sejarah, pendidikan, dan budaya mereka yang berbeda. Peningkatan kemampuan Bahasa Inggris mereka menciptakan lebih banyak peluang dalam kolaborasi global, pertukaran akademis, dan perdagangan.
Meskipun tingkat keterampilan berbeda-beda di setiap negara, benua Asia menunjukkan harapan besar untuk pertumbuhan berkelanjutan. Dengan semakin diakuinya nilai komunikasi global, perkembangan ini membantu memperkuat peran Asia dalam dinamika global.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia meraih skor 468 poin dalam kecakapan Bahasa Inggris, menempati peringkat ke-80 dari 116 negara. Meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, Indonesia terus menunjukkan potensi peningkatan di masa mendatang.
Pulau Jawa memimpin dalam kecakapan Bahasa Inggris dengan 492 poin, diikuti oleh Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Sumatra. Skor lebih rendah di Papua, Kalimantan, dan Maluku menunjukkan rendahnya kecakapan di pulau yang lebih jauh dari Jawa.
Baca Juga: Kota RI yang Warganya Paling Jago Bahasa Inggris
Sumber:
https://www.ef.com/assetscdn/WIBIwq6RdJvcD9bc8RMd/cefcom-epi-site/reports/2024/ef-epi-2024-english.pdf
https://www.ef.com/assetscdn/WIBIwq6RdJvcD9bc8RMd/cefcom-epi-site/fact-sheets/2024/ef-epi-fact-sheet-indonesia-indonesian.pdf
Penulis: Raynor Argaditya
Editor: Editor