Akibat konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina, Rusia memperoleh sanksi berupa pemblokiran bank Rusia dari sistem Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT). Pemblokiran ini tentunya berimbas menghambat laju ekspor Rusia ke negara lain.
Terhambatnya roda perekonomian dalam hal laju ekspor dari Rusia ke dunia dapat menimbulkan gangguan rantai pasokan secara global. Alasannya, Rusia merupakan salah satu eksportir komoditas strategis di dunia.
Rusia tercatat mengirimkan barang senilai 491,6 miliar dolar AS ke seluruh dunia sepanjang tahun 2021. Angka ini merefleksikan peningkatan sebesar 37,7 persen bila dibandingkan sejak tahun 2017. Selain itu, nilai ekspor Rusia pada 2021 mengalami akselerasi sebesar 45,8 persen bila dibandingkan dengan tahun 2020.
Produk minyak sumbang nilai ekspor tertinggi di Rusia
Berdasarkan data dari Worldstopexports.com, komoditas ekspor utama Rusia di antaranya ialah minyak mentah, minyak olahan, batubara, emas, dan barang-barang yang terbuat dari besi setengah jadi atau baja yang bukan campuran. Secara agregat, komoditas utama tersebut menyumbang 45,6 persen keseluruhan penjualan ekspor dari Rusia.
Minyak mentah menjadi komoditas dengan nilai ekspor tertinggi tahun 2021 yang mencapai angka 110,1 miliar dolar AS. Bila dibandingkan secara year-on-year (YoY), nilai ekspor minyak mentah Rusia meningkat 51,8 persen dari tahun sebelumnya.
Minyak olahan menempati posisi ke-2 dengan total nilai ekspor sebesar 69,9 miliar dolar AS dan mencatatkan pertumbuhan sebesar 54,2 persen secara YoY. Berikutnya batubara menempati posisi ke-3 dengan total nilai ekspor sebesar 17,6 miliar serta pertumbuhan sebesar 41,7 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Posisi ke-4 diraih oleh emas dengan total 17,4 miliar dolar AS pada tahun 2021. Namun, pertumbuhannya secara YoY justru mengalami penurunan sebesar 6,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Berikutnya, besi dan baja berada di posisi ke-5 dengan total nilai ekspor sebesar 9,2 miliar dolar AS dengan pertumbuhan nilai sebesar 89 persen secara YoY.
Secara berurutan dari posisi ke-6 hingga ke-10 ialah gas minyak bumi dengan total 8,8 miliar dolar AS (+12,4 persen), kemudian platinum sebesar 8,5 miliar dolar AS (+7,8 persen), gandum sebesar 7,3 miliar dolar AS (-8,2 persen), aluminium sebesar 7,1 miliar dolar AS (+67,8 persen), dan terakhir kayu gergajian sebesar 6 miliar dolar AS (+43,6 persen).
Sepuluh ekspor teratas Rusia menyumbang lebih dari dua pertiga atau 68,8 persen dari total keseluruhan nilai pengiriman global Rusia. Besi dan baja menjadi kategori komoditas dengan pertumbuhan tercepat di antara jajaran 10 komoditas ekspor utama Rusia untuk dunia.
Sebagian besar ekspor Rusia ditujukan ke Benua Eropa
Adapun sekitar 50,8 persen ekspor Rusia ditujukan untuk negara-negara di Eropa. Kemudian sebesar 39,8 persen dilabuhkan ke wilayah Asia, 3 persen ke Amerika Utara, sisanya didistribusikan ke Afrika, Amerika Latin, serta Oceania dengan mayoritas ke negara Selandia Baru dan Australia.
Bila dirinci per negara, dari 63,3 persen komoditas yang diekspor dari Rusia, sebesar 13,8 persen produk ekspor Rusia justru diimpor oleh China. China memegang persentase importir tertinggi mengalahkan negara-negara dari Benua Eropa. Sementara itu, Belanda menyusul di posisi ke-2 dengan persentase sebesar 8,6 persen.
Jerman berada di posisi ke-3 dengan persentase impor sebesar 6 persen. Turki di posisi ke-4 dengan total impor sebesar 5,4 persen. Kemudian, posisi ke-5 ditempati oleh Belarus dengan persentase sebesar 4,6 persen.
Di samping itu, negara-negara lainnya yang menerima ekspor dari Rusia di antaranya Inggris (4,5 persen), Italia (3,9 persen), Kazakhstan (3,8 persen), Amerika Serikat (3,6 persen), Korea Selatan (3,44 persen), Polandia (3,4 persen), dan Jepang (2,2 persen).
Secara umum, Rusia memperoleh surplus perdagangan sebesar 198,2 miliar dolar AS sepanjang 2021. Raihan pada tahun 2021 ini berekspansi sebesar 87,9 persen dari total 105,4 miliar dolar AS surplus perdagangan Rusia pada 1 tahun sebelumnya.
Kemudian, salah satu indikator utama lainnya dari kinerja ekonomi suatu negara adalah tingkat penganggurannya. Negara dengan luas area terbesar di dunia ini berhasil menurunkan tingkat pengangguran penduduknya ke 4,88 persen pada November 2021 dari yang sebelumnya mencapai 5,78 persen pada tahun 2020 dilansir dari International Monetary Fund (IMF).
Penulis: Diva Angelia
Editor: Editor