Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium tuberculosis), yang paling umum menyerang paru-paru. Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TB menjadi penyebab kematian terbesar ke-13 di dunia dan penyakit menular penyebab kematian terbesar setelah virus Covid-19, bahkan lebih tinggi dari HIV/AIDS.
Guna mencapai sasaran global yang sudah disepakati pada pertemuan tingkat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang TB pada 2018 lalu, dunia membutuhkan setidaknya US$13 miliar untuk melakukan pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pelayanan terkait penyakit ini tiap tahunnya. Sayangnya, pendanaan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah masih jauh lebih rendah dari target pendanaan.
"Pengeluaran sepanjang tahun 2020 hanya mencapai US$5,3 miliar, kurang dari setengah (41%) target global," ungkap WHO dalam laporannya.
Adapun November lalu, WHO merilis Global TB (Tuberculosis) Report 2023. Hasilnya, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi di dunia. Capaian tersebut tak mengherankan, pasalnya Indonesia dari tahun ke tahun memang selalu menempati daftar teratas.
"Sejak tahun lalu sampai sekarang, Indonesia masih juga menduduki peringkat kedua terbesar jumlah kasus TBC di dunia. Kita masih harus kerja keras dalam pengendalian tuberkulosis," kata eks Direktur WHO Asia Tenggara Profesor Tjandra Yoga Aditama dilansir dari Antara.
WHO menemukan, jumlah penderita TBC di seluruh dunia mencapai 10,6 juta orang pada tahun 2022. Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 10,3 juta orang di tahun 2021. Sementara jika diurutkan, posisi teratas dalam daftar jumlah kasus TBC tertinggi di dunia ditempati oleh India, yang menyumbang sebanyak 27% dari total kasus global pada 2022.
Disusul oleh Indonesia yang mencakup 10% dari total global. Selanjutnya, ada China dengan capaian 7,1%, Filipina menyumbang 7%, Pakistan dengan proporsi 5,7%, Nigeria dengan cakupan 4,5%, Bangladesh mencapai 3,6%, dan Republik Demokratik Kongo dengan rekor 3% di tahun 2022.
Lebih lanjut, WHO dalam laporannya juga mengungkapkan bahwa sebanyak 83 negara di dunia tercatat mengalami penurunan jumlah kasus TBC dengan rata-rata sekitar 20%. Namun sayangnya, Indonesia justru masuk ke dalam jajaran negara yang mengalami kenaikan jumlah kasus TBC. Di sisi lain, angka kematian akibat TBC global cenderung menurun, meski belum sesuai target.
"Targetnya turun 75% antara data kematian 2015 dengan data 2022. Tapi kenyataannya, penurunan antara 2015-2019 adalah 19%, dan antara 2010-2019 adalah 33%," jelas Tjandra dikutip dari CNN Indonesia.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya