Pandemi Covid-19 memang telah berlalu. Namun, wabah yang menjangkit seluruh dunia tersebut memberikan banyak perubahan pada kehidupan manusia saat ini.
Salah satu perubahan yang diakibatkan oleh Pandemi Covid-19 adalah menjadi masifnya aktivitas yang dilakukan secara daring atau online.
Sebelum adanya pandemi, sistem daring memang sudah ada tetapi penggunaannya cukup jarang dilakukan, bahkan dianggap asing bagi sebagian orang.
Seiring berjalannya waktu, keadaan pandemi yang memaksa semua orang harus menjaga jarak membuat sistem online menjadi semakin terbiasa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari, salah satunya dalam pekerjaan.
Pekerjaan yang dilakukan secara online tersebut kini justru menjadi life style bagi sebagian orang, baik bekerja dari rumah alias Work From Home (WFH) maupun bekerja dari mana saja atau Work From Anywhere (WFA). Kelompok pekerja yang menyukai pekerjaan secara daring tersebut di antaranya adalah Gen Z.
Berdasarkan laporan survei Jakpat yang berjudul “Understanding Gen Z: Preference in the Workplace”, diketahui bahwa sebanyak 34% Gen Z di Indonesia lebih memilih untuk bekerja dengan sistem WFA.
Dilansir dari Narasi Tv, WFA memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana sistem kerja lainnya. Beberapa kelebihan bekerja dari mana saja tersebut antara lain:
- Hemat biaya pribadi dan perusahaan
Pekerjaan yang dilakukan dari mana saja membuat para karyawan tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk pergi ke kantor, baik untuk membeli bensin bagi kendaraannya maupun untuk membayar ongkos transportasi umum.
Tidak hanya itu, beban biaya perusahaan seperti biaya listrik dan air juga berkurang sehingga pengeluaran perusahaan menjadi lebih hemat. - Meningkatkan produktivitas
Bekerja secara WFA membuat karyawan mampu memaksimalkan pekerjaan mereka karena memiliki lebih banyak waktu yang bisa dialokasikan untuk bekerja dibandingkan waktu tersebut digunakan untuk bermobilisasi ke kantor. - Jam kerja lebih fleksibel
Sebelum adanya kebijakan WFH atau WFA, karyawan diwajibkan untuk bekerja di kantor dan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Namun, dengan adanya sistem WFA, jam kerja dapat diatur secara lebih fleksibel sesuai dengan preferensi dan kesibukan masing-masing.
Selain kelebihan, WFA juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
- Mengganggu work-life-balance
Sesuai namanya, WFA bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Namun, sistem kerja ini menjadi tantangan bagi para pekerja untuk membagi waktu dengan baik.
Hal ini penting dilakukan karena bagi karyawan yang terbiasa dengan jam kerja teratur mungkin akan kesulitan dalam memisahkan waktu antara bekerja dan beristirahat sehingga work-life balance menjadi terganggu. - Harus terhubung dengan internet
Internet adalah hal terpenting dalam pekerjaan yang dilakukan secara daring karena karyawan dituntut untuk mengupdate pekerjaan atau menghadiri meeting secara online. Oleh karena itu, WFA membutuhkan koneksi internet yang cepat dan berkualitas agar pekerjaan tidak terhambat. - Potensi isolasi sosial
Bekerja secara WFA membuat para karyawan tidak perlu lagi berinteraksi secara langsung dengan rekan kerjanya. Selain itu, karyawan juga tidak punya kewajiban untuk keluar dari tempat tinggalnya. Hal ini dapat meningkatkan potensi terjadinya isolasi dari kehidupan sosial karena minimnya interaksi mereka dengan orang lain.
Meski menyukai bekerja secara WFA, 63% Gen Z dalam survei Jakpat yang dilakukan pada 9-12 Februari 2024 ini mengaku bahwa pertemuan secara tatap muka (face to face) tetap menjadi cara komunikasi yang paling baik untuk dilakukan.
Selain tatap muka, pilihan komunikasi lain yang disukai Gen Z adalah melalui aplikasi obrolan (50%), melalui telepon (33%), online meeting (16%), dan E-mail (15%).
Adapun, ketika berbicara tentang aplikasi obrolan, 93% dari responden memilih WhatsApp sebagai platform pilihan mereka.
Penulis: Wiena Amalia Salsabilla
Editor: Iip M Aditiya