Tingkat Pengangguran 2025 Jadi yang Terendah dalam 10 Tahun Terakhir

Pengembangan sumber daya manusia, pelatihan keterampilan, dan peningkatan kualitas pendidikan menjadi bagian penting dalam upaya menekan angka pengangguran.

Tingkat Pengangguran 2025 Jadi yang Terendah dalam 10 Tahun Terakhir Ilustrasi Mendapat Pekerjaan | Populix
Ukuran Fon:

Pengangguran masih menjadi salah satu tantangan besar dalam pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia. Meskipun pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja, nyatanya tidak semua penduduk usia kerja dapat terserap di pasar tenaga kerja.

Setiap tahun, jumlah pengangguran di Indonesia cenderung fluktuatif, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi global, kebijakan pemerintah, tingkat pendidikan, serta perkembangan sektor industri dan teknologi.

Selain itu, tingkat pengangguran juga menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok antar daerah di Indonesia. Beberapa wilayah dengan pusat ekonomi dan industri besar, cenderung memiliki angka pengangguran yang lebih tinggi karena arus urbanisasi dan kompetisi yang ketat di pasar kerja.

Sementara itu, daerah dengan dominasi sektor pertanian atau wilayah dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit bisa saja mencatatkan tingkat pengangguran yang lebih rendah, meskipun tantangan ketenagakerjaan tetap ada dalam bentuk pekerjaan informal atau setengah menganggur.

Tren Tingkat Pengangguran di Indonesia

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mengalami fluktuasi selama satu dekade terakhir, dengan tren yang cukup dinamis dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2015, tingkat pengangguran berada di angka 5,81%, yang kemudian menurun secara bertahap dalam beberapa tahun berikutnya. Pada 2016, angka tersebut turun menjadi 5,5%, lalu kembali turun menjadi 5,33% di tahun 2017. Penurunan ini mengindikasikan adanya perbaikan di sektor ketenagakerjaan, meskipun belum terlalu signifikan.

Tren penurunan terus berlanjut pada 2018 dan 2019, masing-masing berada di angka 5,10% dan 4,98%. Bahkan, pada tahun 2020, pengangguran sempat menyentuh angka terendah dalam periode tersebut yaitu 4,94%.

Penurunan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh stabilitas ekonomi dan kebijakan pembangunan yang mendorong penciptaan lapangan kerja. Namun, situasi ini tidak bertahan lama karena pada tahun 2021, tingkat pengangguran melonjak tajam menjadi 6,26%.

Lonjakan ini erat kaitannya dengan dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak sektor usaha terhenti, dan jutaan pekerja kehilangan pekerjaan.

Pada tahun 2022, tingkat pengangguran mulai menurun ke angka 5,83%, yang menandai proses pemulihan ekonomi pasca pandemi. Tren ini terus berlanjut di tahun 2023 dan 2024, dengan masing-masing berada di angka 5,45% dan 4,82%.

Penurunan ini menunjukkan bahwa berbagai upaya pemulihan ekonomi, termasuk program padat karya dan insentif usaha kecil, mulai menunjukkan hasil. Puncaknya, pada tahun 2025, tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 4,76%, menjadi yang terendah dalam sepuluh tahun terakhir.

Provinsi dengan Tingkat Pengangguran Terendah

Data BPS per Februari 2025 menunjukkan bahwa Bali menempati peringkat pertama sebagai provinsi dengan tingkat pengangguran terbuka terendah di Indonesia, yakni sebesar 1,58%.

Rendahnya angka ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh mulai pulihnya sektor pariwisata pasca pandemi, yang menjadi sektor andalan provinsi ini. Dengan banyaknya lapangan kerja di bidang jasa, perhotelan, dan industri kreatif, masyarakat Bali memiliki lebih banyak peluang untuk bekerja, baik secara formal maupun informal.

Peringkat kedua diisi oleh Papua Pegunungan (Papeg) dengan tingkat pengangguran sebesar 1,68%. Wilayah ini didominasi oleh sektor pertanian subsisten dan kegiatan ekonomi berbasis komunitas, yang membuat penduduknya cenderung terlibat dalam kegiatan produktif meski tidak selalu tercatat dalam sektor formal.

Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) berada di urutan ketiga dengan tingkat pengangguran sebesar 3,02%. Di posisi keempat dan kelima ada Gorontalo dan Sulawesi Barat (Sulbar), masing-masing dengan tingkat pengangguran 3,12% dan 3,17%.

Kedua provinsi ini memiliki karakteristik ekonomi daerah yang serupa, yakni bergantung pada sektor pertanian, peternakan, dan usaha mikro. Karena lapangan kerja banyak diserap oleh sektor informal, angka pengangguran cenderung rendah.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati posisi keenam dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,18%. Selain dikenal sebagai kota pelajar dengan banyak lulusan baru tiap tahunnya, DIY juga memiliki banyak usaha kecil dan menengah (UMKM) serta sektor jasa pendidikan dan pariwisata yang banyak menyerap tenaga kerja.

Selanjutnya, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) masing-masing memiliki tingkat pengangguran sebesar 3,22% dan 3,23%. Kedua provinsi ini banyak mengandalkan sektor agrikultur dan perikanan.

Provinsi Bengkulu menyusul di urutan kesembilan dengan angka pengangguran 3,24%. Di posisi kesepuluh terdapat Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan tingkat pengangguran 3,27%.

Sektor tambang dan industri pengolahan nikel menjadi motor penggerak utama ekonomi provinsi ini. Meskipun demikian, peran sektor informal dan kegiatan pertanian di pedesaan tetap penting dalam menekan angka pengangguran.

Baca Juga: Jumlah Pengangguran RI Naik 1% pada Februari 2025

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Daftar 10 Orang Terkaya di Dunia per Mei 2025, Elon Musk berada di Posisi Puncak, Kekayaannya Tembus US$342 Miliar

Elon Musk kembali menempati posisi puncak orang terkaya di dunia versi Forbes per 1 Mei 2025 dengan total kekayaan mencapai $342 miliar.

10 Wanita Tercantik di Dunia Tahun 2024 Versi TC Candler: Muda, Berbakat, dan Inspiratif!

Deretan 10 wanita paling memikat di dunia tahun 2024 versi TC Candler, mulai dari idol K-Pop hingga aktris Hollywood.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook