Negara yang maju adalah negara yang mampu meningkatkan perekonomiannya. Berbagai negara berupaya untuk meningkatkan berbagai perputaran ekonomi, melalui berbagai kebijakan, cara dan metode untuk menyejahterakan masyarakatnya.
Perekonomian Indonesia mengarah menuju masa pasca pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari peningkatan berbagai sektor, termasuk di bidang pariwisata. Sebagai negara dengan potensi wisata yang tinggi di kawasan Asia Tenggara, Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan pemasukan dari sektor pariwisata, salah satunya adalah dengan meningkatkan tingkat okupansi pada tempat penginapan di tanah air.
Indonesia tercatat memiliki tempat penginapan yang cukup banyak. Dalam hal ini, tempat-tempat penginapan yang ada terbagi atas hotel yang tidak berbintang maupun berbintang.
Angka nasional alami peningkatan dari bulan ke bulan
Dalam sebuah data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dijelaskan bahwa secara umum, tingkat hunian kamar pada hotel bintang di Indonesia meningkat. Hal ini dapat terlihat dari data Januari 2023 dimana tingkat penghunian berada di angka 44,86%. Data terkini pada Oktober 2023 menunjukkan bawa tingkat okupansi hotel berbintang tanah air telah berada di angka 53,02%.
Dalam perjalanan yang lebih mendetail, setelah berada di angka 44,86% pada Januari 2023, okupansinya mengalami peningkatan pada Februari 2023 di angka 47,83%, kemudian mengalami penurunan beruntun selama dua bulan, seperti pada pada Maret 2023 di angka 46,26%, dan pada April 2023 di angka 41,37%.
Kemudian, keadaan berbalik menuju ke arah peningkatan di Mei 2023, dimana okupansi hotel berbintang berada di angka 49,03%, serta di Juni 2023 yang berada di angka 53,67%. Kenaikan tipis juga terjadi di Juli 2023 menjadi 54,63%.
Melewati masa liburan sekolah, okupansi hotel berbintang mengalami penurunan tipis di Agustus 2023 menjadi 52,46%. Selanjutnya, peningkatan kembali terjadi hingga pada Oktober 2023 berada di angka 53,02%.
Tingkat hunian tertinggi berada di luar Pulau Jawa
Melirik ke dalam data di Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat penghunian kamar hotel bintang di berbagai provinsi menunjukkan variasi yang menarik. Hal ini dikarenakan lima besar data ternyata berasal dari luar Pulau Jawa. Kalimantan Timur memimpin dengan okupansi hotel berbintang sebesar 62,39%, diikuti oleh Jambi dengan 60,63%, dan Sulawesi Tengah dengan 60,46%.
Selanjutnya, Kalimantan Selatan mencatat okupansi hotel berbintang sebesar 60,21%, sementara Kalimantan Utara dan Papua Barat masing-masing mencapai 58,75% dan 57,93%.
DI Yogyakarta, dengan okupansi hotel berbintang sebesar 57,74%, menegaskan posisinya sebagai salah satu destinasi unggulan di Indonesia, yang secara mengejutkan berada di atas Bali. Sementara itu, Banten, Bali, dan Sumatera Selatan juga mencatat okupansi hotel berbintang yang masing-masing di angka 57,57%, 57,43%, dan 57,15%.
Diprediksi akan terus mengalami peningkatan positif
Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto menyatakan bahwa ia memprediksi tingkat okupansi hotel berbintang di Indonesia akan terus mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Menurutnya, hal ini dikarenakan semakin masifnya kegiatan dalam bentuk event internasional yang jadi sering diadakan di tanah air.
Dengan adanya event internasional yang banyak, diharapkan kualitas hotel akan ditingkatkan dan semakin berkontribusi pada tingkat hunian hotel berbintang di tanah air.
"Ini secara tidak langsung menunjukkan keberlanjutan dan ekspansi aktivitas yang melayani kedua segmen pasar tersebut. Peningkatan kolektif ini juga memberikan kontribusi besar pada peningkatan keseluruhan kinerja hotel," kata Ferry dalam pemberitaan di NusaBali.
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Editor