Anak muda didorong untuk menjadi motor penggerak, pemegang peran penting dalam membangun perubahan bangsa. Oleh karena itu, tingkat optimisme anak muda saat ini dinilai esensial karena memiliki potensi besar terhadap kemajuan bangsa di masa depan.
Baru-baru ini, Good News From Indonesia (GNFI) berkolaborasi dengan platform survei Populix meluncurkan hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023. Survei indeks ini bertujuan untuk mengukur tingkat optimisme anak muda terhadap masa depan Indonesia dalam berbagai aspek, termasuk Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, serta Politik dan Hukum.
Berdasarkan hasil survei, terdapat pertumbuhan tingkat optimisme pada anak muda tahun ini, di mana skor indeks 2023 mencatat nilai 7,77 poin dari skala 10. Selain itu, indeks ini juga mengungkap bahwa pendidikan dan kebudayaan merupakan aspek dengan skor optimisme tertinggi. Di sisi lain, aspek politik dan hukum menjadi sektor dengan tingkat optimisme yang paling rendah.
“Kita menemukan secara average dari angka 1-10, ternyata skor indeks optimisme 2023 itu 7,77 optimis, tertinggi di sektor pendidikan dan kebudayaan. Kalau kita track pergerakan dari tahun-tahun sebelumnya, walaupun politik dan hukum naik dari tahun lalu, tapi masih jadi yang terendah,” papar CEO & Co-Founder Populix Timothy Astandu dalam acara diskusi hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia pada Selasa, (14/11/2023).
Terungkap, persepsi bahwa praktik korupsi yang masih tinggi di tanah air menjadi alasan utama anak muda pesimis terhadap sektor politik dan hukum. Sehubungan dengan ini, Rinaldi Nur Ibrahim selaku Founder Youth Ranger Indonesia justru berpendapat bahwa tingkat pesimistis anak muda yang tinggi terhadap permasalahan di Indonesia menjadikan anak muda lebih kritis dalam memilih pemimpin di masa depan.
“Banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia, khususnya korupsi, sangat tinggi datanya di Indonesia dan ini semakin membuat anak muda kritis. Impact-nya menarik, ada yang peduli dan mencoba membuat perubahan, ada yang suka komentar-komentar negatif di sosial media, dan (ada) juga yang malah pesimis dan apatis,” tutur Rinaldi.
Lebih lanjut, anak muda juga masih merasa pesimistis terhadap penegakan hukum di Indonesia. Mereka merasa khawatir bahwa isu korupsi dan penegakan hukum yang tidak transparan malah akan semakin banyak di masa depan.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2017-2022 Ilham Saputra berpendapat bahwa ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mendorong anak muda agar bisa membangun kesadaran politik. Misalnya, dengan mengajak anak muda untuk mengecek latar belakang para calon legislatif maupun eksekutif.
“Sebetulnya, anak muda harus tahu mengapa mereka memilih calon pemimpin, karena kebijakan-kebijakan yang dihasilkan nanti berpengaruh pada kita. Penting untuk dipelajari calon-calon mana yang paling baik, bagaimana track mereka, bagaimana partai politiknya,” jelasnya.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya