Umat Muslim di seluruh dunia saat ini sedang menyambut bulan suci Ramadan 1446 H. Bulan ini menjadi waktu di mana umat Muslim menjalankan ibadah puasa dan berlomba mempererat hubungan dengaan Tuhan dan sesama.
Di Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Ramadan selalu menghadirkan nuansa yang khas dan penuh semarak mulai dari hari pertama hingga datangnya Lebaran Idulfitri.
GoodStats, di tahun ini kembali melakukan survei Pola Perilaku Masyarakat saat Ramadan dan Idulfitri 2025, untuk mengetahui bagaimana kebiasaan dan preferensi publik dalam menyambut Ramadan dan Idulfitri tahun ini.
Anggaran Publik di Ramadan & Idulfitri 2025
Publik biasanya menyiapkan anggaran tambahan untuk menyambut Ramadan. Hal ini bisa terjadi karena ada peningkatan kebutuhan dan pengeluaran dibanding bulan biasanya.
Sebut saja misalnya kebutuhan takjil dan berbuka, buka puasa bersama (bukber), hingga sedekah dan zakat. Belum lagi menyinggung soal potensi kenaikan harga bahan-bahan pokok.
Terkait itu, sebagian besar (46,9%) responden mengaku menyiapkan anggaran tambahan pada tingkat minimum, di kisaran Rp500 ribu-Rp1 juta pada Ramadan tahun ini.
“Publik mulai melakukan penghematan, efisiensi anggaran lah, karena kondisi ekonomi juga sedang sulit. Makanya pengeluaran tambahan untuk Ramadan ada di kisaran Rp500 ribu sampai Rp1 juta, cuma sedikit yang lebih dari Rp5 juta,” jelas Managing Editor GoodStats Iip M. Aditya, Rabu (19/3).
Lebih lanjut, anggaran tambahan tersebut paling banyak dialokasikan untuk keperluan buka bersama/makan (50,7%) maupun infaq/sedekah (25,8%).
Tak hanya saat Ramadan, publik juga menyiapkan anggaran khusus untuk berbagai macam keperluan menyambut hari raya Idulfitri. Dalam hal ini mayoritas responden (79%) mengaku menyiapkan anggaran di atas Rp1 juta. Hanya 1 dari 5 responden (20,4%) yang menyiapkan di bawah Rp1 juta.
Keperluan THR/hadiah parsel (36,6%), zakat/infaq (18,1%), hingga ongkos mudik (16,4%) jadi 3 alokasi utama anggaran khusus Lebaran ini.
Ragam Hidangan Favorit Ramadan & Lebaran 2025
Di Indonesia, terdapat beragam santapan khas yang menjadi favorit untuk berbuka puasa. Keragaman ini menjadi semakin berwarna mengingat setiap daerah punya variasi khasnya tersendiri.
Secara umum, gorengan (29,2%) masih jadi makanan terfavorit publik saat berbuka, diikuti nasi dan aneka lauk pauk (28,2%) di urutan kedua.
“Gorengan (terfavorit) tentu karena penjualnya menjamur ya, apalagi di bulan puasa. Dia opsi takjil paling simpel dan harganya juga relatif terjangkau kan,” terang Iip.
Sementara untuk minuman, aneka minuman manis mendominasi daftar terfavorit mulai dari sop buah (35,3%) hingga kolak (10,9%). Terdapat pula segelintir responden yang memilih minuman kemasan (9,6%) sebagai favorit.
Untuk minuman kemasan, Le Minerale (48%) masih kokoh di puncak sebagai brand air mineral terfavorit saat buka puasa.
Ini melanjutkan capaian brand tersebut yang juga menempati posisi teratas dengan perolehan 46,5% pada survei GoodStats tahun lalu.
“Le Minerale 2 tahun beruntun di peringkat teratas, artinya brand ini memang punya posisi cukup kuat di industri air mineral nasional,” jelas Iip.
“Ini bisa jadi inspirasi juga bagi merek-merek nasional dan lokal lainnya untuk terus berinovasi demi memenuhi ekspektasi pasar,” tambahnya.
Keragaman menu tak hanya ditemui pada waktu berbuka puasa, tapi juga saat Lebaran tiba. Beragam santapan kaya rempah dan bernuansa tradisional lazim tersaji di meja-meja makan saat hari raya.
Di antara sederet kudapan, ketupat (31,8%) dan opor ayam (30,7%) menjadi yang terfavorit menurut survei.
“Menu khas dari Idulfitri sebelumnya seperti ketupat dan opor ayam masih jadi kegemaran. Selain itu, rendang, sambal goreng kentang dan ati, gulai, hingga sate juga rencananya banyak disantap pada Idulfitri tahun ini,” ujar Iip.
Di luar menu utama, hidangan pelengkap seperti kue dan produk minuman juga tak bisa dilewatkan saat Lebaran.
Untuk kue pabrikan, brand klasik Khong Guan (46%) masih menjadi pilihan utama publik. Sama halnya untuk produk minuman, brand sirup klasik Marjan (42,2%) juga jadi menempati posisi teratas.
54,2% Publik Rencanakan Mudik
Mudik jadi tradisi mobilitas yang tak bisa dipisahkan dari perayaan Idulfitri di Indonesia.
Tiap tahunnya jelang akhir Ramadan, jutaan penduduk melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga.
Menurut survei, sebanyak 54,2% responden merencanakan mudik pada Lebaran tahun ini. Angka ini melonjak dari 46,7% pada survei GoodStats tahun lalu.
Dari mereka yang akan mudik, sebagian besar berencana untuk berangkat pada H-4-7 (22,2%) dan H-3 (20,5%) Lebaran. Terdapat pula sebagian kecil yang baru akan berangkat pada hari H (9,4%) maupun H+ (14,9%) Lebaran.
“Jadi banyak responden yang berencana mudik jauh-jauh hari dari sebelum Lebaran, sekitar 3-7 hari sebelumnya, tujuannya buat menghindari macet. Ada juga yang mudik pas Lebaran dan setelahnya, tapi gak begitu banyak,” lanjut Iip.
Untuk pilihan moda transportasi, motor (31,4%) dan mobil (22,3%) pribadi jadi opsi yang paling banyak dipilih publik yang akan melakukan mudik tahun ini.
Metodologi Survei
Survei GoodStats bertajuk Pola Perilaku Masyarakat Saat Ramadan dan Idulfitri 2025 dilakukan secara daring melalui survei online terhadap 1.000 responden pada 17-28 Februari 2025. Cakupan responden Nasional yang didominasi oleh Gen Z (55,6%), kemudian diikuti Milenial (35,2%) dan Gen X (9,2%).
Mayoritas responden berdomisili di Jawa (selain Jakarta), yang mencapai 42,9%, diikuti 17% responden dari Sumatra, 16,1% responden asal Jakarta, 8,1% responden dari Bali/Nusa Tenggara, 6,8% dari Kalimantan, 3,1% responden dari Sulawesi, 2% dari Papua, dan 2% sisanya dari wilayah lain.
Unduh laporan hasil survei Pola Perilaku Masyarakat saat Ramadan dan Idulfitri 2025.
Penulis: Raka B. Lubis
Editor: Editor