World Health Organization (WHO) menerima laporan mengenai 10 kasus hepatitis akut dari Inggris Raya yang tidak diketahui etiologinya. Hepatitis akut ini berawal ketika penyakit ini menyerang anak-anak berusia 11 bulan hingga 5 tahun di Skotlandia Tengah, pada Januari hingga Maret 2022. Kasus ini kemudian menyebar di beberapa negara termasuk Indonesia yang kini telah menelan 3 korban jiwa.
Di antara 17 pasien anak yang melalui pemeriksaan, 10 di antaranya memerlukan transplantasi hati dan 1 anak meninggal dunia. Gejala yang dapat teridentifikasi dari kasus hepatitis akut ini ialah mual, muntah, diare berat, demam, tubuh berwarna kuning, kejang-kejang, dan penurunan kesadaran.
Mengutip surat edaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyebut, kasus hepatitis misterius ini diidentifikasikan sebagai varian baru, yakni F type 41. Wabah ini menyerang anak-anak berusia antara 1 bulan hingga 16 tahun.
Dalam surat edaran tersebut, disematkan imbauan pemerintah kepada seluruh pihak dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dini terkait kemungkinan penyebaran hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya.
Papua jadi provinsi dengan kasus hepatitis tertinggi di Indonesia
Berdasarkan data dari Kemkes RI pada tahun 2018, rata-rata prevalensi atau total kasus hepatitis nasional ialah sebesar 0,39 persen. Papua menduduki peringkat pertama provinsi dengan tingkat prevalensi hepatitis tertinggi sebesar 0,66 persen.
Kemudian Sulawesi Tengah berada di posisi ke-2 dengan tingkat prevalensi sebesar 0,62 persen dan Sulawesi Barat di posisi ke-3 dengan persentase sebesar 0,57 persen. Sementara itu, Nusa Tenggara Barat (NTB) berselisih tipis di posisi ke-4 dengan tingkat prevalensi hepatitis sebesar 0,56 persen.
Secara berurutan, Gorontalo, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara menempati posisi ke-5 hingga ke-7 provinsi dengan tingkat prevalensi kasus hepatitis tertinggi di Indonesia. Kemenkes RI mencatat, sebanyak 14 provinsi di Indonesia memiliki tingkat prevalensi hepatitis di atas rata-rata nasional.
Di sisi lain, Lampung merupakan provinsi dengan tingkat prevalensi hepatitis terendah di Indonesia. Adapun persentase tingkat prevalensi hepatitis di Lampung sebesar 0,18 persen pada tahun 2018.
Sementara itu, kasus hepatitis akut misterius muncul di Jakarta dan telah merenggut nyawa 3 anak dalam kurun waktu 2 minggu terakhir hingga 30 April 2022 di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Hal ini kemudian memerlukan perhatian khusus sebab kasus-kasus serupa di negara lain minim korban meninggal dunia.
Kasus global didominasi negara-negara Benua Eropa
Merilis data WHO per 21 April 2022, tercatat ada 169 kasus hepatitis akut dari 11 negara di wilayah Eropa dan Amerika. Kemudian per 3 Mei 2022, juru bicara WHO mengungkapkan angka kasus hepatitis misterius kembali meningkat menjadi 228 kasus.
Inggris menempati peringkat pertama jumlah kasus hepatitis akut terbanyak di dunia saat ini dengan total 114 kasus per 21 April 2022. Jumlah kasus hepatitis akut yang terdeteksi di Inggris terlampau jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lainnya.
Adapun Spanyol menempati posisi ke-2 dengan total 13 kasus hepatitis akut. Israel berada di posis ke-3 dengan 12 kasus, disusul Amerika Serikat di posisi ke-4 dengan total 9 kasus, serta Denmark di posisi ke-5 dengan 6 kasus hepatitis akut.
Sementara itu, beberapa negara lainnya yang masuk dalam daftar ialah Irlandia, Belanda, Norwegia, Prancis, Rumania, dan Belgia. Prevalensi tertinggi saat ini masih dipegang oleh negara-negara wilayah benua Eropa.
Selain negara-negara yang masuk dalam daftar, kasus hepatitis misterius ini pun telah merebak di berbagai negara lainnya terkhsus di Asia, yakni di Jepang.
Terkait kasus hepatitis akut misterius yang menimpa anak-anak ini, Kemenkes RI mengatakan akan melakukan investigasi terkait penyebab kejadian melalui sejumlah pemeriksaan panel virus lengkap.
Menurut penuturan WHO dan Kemenkes RI, hepatitis akut memiliki kemungkinan untuk menular melalui kontak secara langsung. Sebagai upaya pencegahan, masyarakat disarankan untuk meningkatkan upaya perilaku hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan, buang air besar pada jamban dan septic tank yang tertutup, serta memerhatikan higienitas atau kebersihan lingkungan sekitar.
Penulis: Diva Angelia
Editor: Editor