Survei optimisme telah menjadi agenda rutin tahunan Good News From Indonesia (GNFI) yang berusaha menangkap gambaran persepsi dan tingkat optimisme generasi muda terhadap perkembangan dan kemajuan Indonesia. Tahun ini, GNFI kembali berkolaborasi dengan Lembaga Survei KedaiKOPI merilis hasil survei optimisme teranyar pada Rabu (10/8/2022).
Hasilnya, net index optimisme generasi muda Indonesia pada tahun 2022 berada di angka 60,3 persen. Raihan ini turun 3,7 persen dibandingkan net index tahun sebelumnya yang mencapai 64 persen.
Sementara itu bila meninjau indeks optimisme per sektor, sektor kebutuhan dasar memperoleh net index tertinggi dalam hasil survei tahun 2022. Adapun raihan net index optimisme generasi muda di sektor kebutuhan dasar mencapai 80,6 persen, meningkat bila dibandingkan secara year-on-year (YoY) dari 75,1 persen pada tahun 2021.
Raihan di sektor kebutuhan dasar pada tahun ini menggeser kedudukan optimism di sektor pendidikan dan kebudayaan yang tahun sebelumnya berada di pemuncak. Adapun net index optimisme generasi muda di sektor pendidikan dan kebudayaan tahun ini berada di angka 77 persen, menurun 6,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, sektor ekonomi dan kesehatan berada di posisi ke-3 dengan raihan net index optimisme sebesar 73 persen, diikuti optimisme di sektor kehidupan sosial sebesar 50,2 persen pada tahun 2022.
Sektor politik dan hukum mengalami penurunan net index secara drastis menjadi -10,2 persen dari 28,1 persen net index pada tahun 2021. Hal ini menandakan bahwa generasi muda pada tahun ini cenderung pesimis terhadap kondisi politik dan hukum di Indonesia.
Tingginya praktek korupsi di Indonesia didapuk sebagai salah satu alasan utama penguat sektor politik dan hukum memiliki tingkat optimisme yang rendah.
Meskipun demikian, Hendri Satrio selaku Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI dalam acara Diskusi dan Peluncuran Hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2022 memandang, “Pada saat indeks optimisme politik dan hukum menurun, bukan berarti semuanya negatif. Mungkin saja ada keberanian melaporkan yang akhirnya menguak berbagai hal,”
Lebih lanjut ia berujar, “Saat keberanian berpendapat muncul, maka akan ada gerakan perubahan yang terlihat. Itu nampaknya dibaca oleh generasi muda sebagai hal yang optimis,”
Wahyu Aji selaku CEO GNFI menuturkan bahwa survei ini merupakan strategi pemetaan agar masyarakat Indonesia dapat lebih memahami bagian yang perlu ditingkatkan sebagai kekuatan. “Jika ada hasil yang pesimis, nantinya akan mengetahui upaya yang perlu dilakukan untuk memperbaiki,” pungkasnya.
Survei ini dilakukan terhadap 906 responden di 11 daerah di Indonesia. Adapun responden berasal dari generasi Z dan Y dengan proporsi masing-masing sebesar 41,6 persen dan 58,4 persen serta mayoritas berjenis kelamin perempuan (58,9 persen).
Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya