Rute Penerbangan Tersibuk di Asia Tenggara, Indonesia Mendominasi!

Penerbangan domestik di Asia Tenggara terus berkembang pesat, ditandai dengan tingginya kapasitas kursi pada rute-rute utama yang menghubungkan kota-kota besar.

Rute Penerbangan Tersibuk di Asia Tenggara, Indonesia Mendominasi! Ilustrasi Bandara Hanoi | Saigon Tourism

Industri penerbangan memainkan peran penting dalam menghubungkan berbagai belahan dunia. Setiap hari, pesawat mengudara di berbagai rute yang melintasi benua, laut, dan daratan untuk mengangkut penumpang maupun barang.

Rute-rute ini tidak hanya bervariasi dalam hal jarak, tetapi juga dalam hal frekuensi penerbangan serta tingkat kesibukan yang mereka hadapi. Beberapa rute mungkin memiliki jumlah penerbangan yang sangat padat, sementara yang lain hanya dilalui beberapa kali sehari. Perbedaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk permintaan pasar, aspek geografis, serta kapasitas bandara yang terlibat.

Dalam konteks ini, efisiensi dan keandalan penerbangan menjadi sangat penting untuk memastikan kelancaran operasional, baik untuk perjalanan bisnis, wisata, maupun logistik.

Rute domestik Indonesia mendominasi daftar rute penerbangan domestik tersibuk di Asia Tenggara | GoodStats

Penerbangan domestik di Asia Tenggara terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, terutama di negara-negara dengan ekonomi yang sedang berkembang pesat.

Menurut OAG Aviation Worldwide Limited, rute tersibuk di kawasan ini pada September 2024 adalah penerbangan dari Hanoi ke Ho Chi Minh (HAN-SGN) dengan kapasitas 821.872 kursi.

Hal ini mencerminkan pentingnya rute ini sebagai tulang punggung transportasi udara Vietnam, menghubungkan dua kota terbesar sekaligus pusat ekonomi di negara tersebut.

Di Indonesia, rute Jakarta-Ujung Pandang (CGK-UPG) menempati posisi kedua dengan kapasitas 682.077 kursi. Hal ini menunjukkan tingginya mobilitas penumpang antara ibu kota negara dan pusat ekonomi di wilayah timur Indonesia.

Selain itu, rute Jakarta-Denpasar (CGK-DPS) yang berada di posisi ketiga dengan 537.720 kursi juga menggarisbawahi pentingnya Bali sebagai destinasi wisata internasional dan domestik.

Rute lain yang menonjol di Indonesia adalah Jakarta-Medan (CGK-KNO) dengan kapasitas 394.875 kursi, mencerminkan pentingnya koneksi antara ibu kota dan Sumatra Utara, salah satu pusat ekonomi terbesar di luar Jawa.

Sementara itu, di Filipina, rute Cebu-Manila (CEB-MNL) juga menjadi jalur strategis dengan kapasitas 389.020 kursi, yang menegaskan posisi Cebu sebagai salah satu kota utama di negara tersebut.

Kembali ke Indonesia, rute Jakarta-Surabaya (CGK-SUB) dengan kapasitas 383.152 kursi dan Surabaya-Ujung Pandang (SUB-UPG) dengan 380.810 kursi menunjukkan bahwa mobilitas antara kota-kota besar di Indonesia terus berkembang pesat, sejalan dengan peningkatan ekonomi nasional.

Di Vietnam, dua rute penting lainnya adalah Da Nang-Hanoi (DAD-HAN) dengan 284.799 kursi dan Da Nang-Ho Chi Minh (DAD-SGN) dengan 281.693 kursi, yang memperkuat Da Nang sebagai hub utama di kawasan tengah Vietnam.

Terakhir, rute Davao-Manila (DVO-MNL) di Filipina dengan kapasitas 278.422 kursi juga menunjukkan peran penting Davao sebagai pusat ekonomi di bagian selatan negara tersebut.

Semua data ini mengungkapkan bagaimana rute-rute domestik di Asia Tenggara berperan besar dalam mobilitas masyarakat di kawasan ini.

Masing-masing rute memiliki kapasitas angkut dan tingkat kesibukan yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa penerbangan bukan hanya soal jarak, tetapi juga bagaimana memaksimalkan efisiensi transportasi udara di berbagai jalur global.

Baca Juga: Kenapa Harga Tiket Penerbangan Domestik Lebih Mahal Dibanding Internasional?

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor

Konten Terkait

Seluk Beluk Kebiasaan Menabung dan Pengelolaan Keuangan Anak Muda: Sudahkah Cerdas Finansial?

Kurangnya disiplin (37%) dan kebutuhan mendesak (29,4%) menjadi hambatan utama anak muda dalam menabung, mencerminkan tantangan dalam mengelola keuangan.

Transformasi Indonesia Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2024 mencapai 75,02, masuk kategori tinggi menurut data BPS.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook