Sampai hari ini, Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka telah mengalami total tiga kali perombakan (reshuffle). Perombakan masing-masing terjadi pada tanggal 19 Februari, 8 September, dan 17 September 2025. Melihat fenomena ini, publik di jagat media online dan media sosial beramai-ramai berpendapat dan mengomentari langkah yang diambil.
Dari keseluruhan pendapat dan komentar yang dibagikan selanjutnya timbullah sentimen, baik yang sifatnya positif, negatif, atau pun netral. Jadi, seperti apa sentimen publik dalam menanggapi langkah ini?
Perbedaan Sentimen pada Media Online dan Media Sosial
Sentimen publik Indonesia terhadap langkah perombakan kabinet memiliki proporsi yang berbeda antara media online dan media sosial. Menurut data dari Drone Emprit, media online cenderung memiliki sentimen netral dengan proporsi sebesar 55%. Kemudian disusul oleh sentimen positif 36% dan sentimen negatif 9%. Angka ini menandakan bahwa langkah reshuffle kabinet sebagian besar telah mendapatkan dukungan dari warganet. Media online di sini merujuk pada media komunikasi dan informasi digital seperti portal berita daring dan sejenisnya.
Beralih ke media sosial, proporsi sentimen negatif publik mendominasi dengan capaian 36%. Lebih lanjut diikuti sentimen netral sebesar 35%, dan sentimen positif 29%. Kondisi ini menampilkan perbedaan yang cukup mencolok dimana mayoritas publik di media sosial justru cenderung menolak adanya reshuffle kabinet.
Jika dijabarkan, sentimen positif publik berasal dari dukungan tokoh nasional, dukungan aktivis dan ormas, prosesi sertijab Sri Mulyani ke Purbaya yang penuh hormat, aksi Prabowo bersihkan “Geng Solo” dari Kabinet, dan pemulihan serta optimisme pasar.
Sementara itu, sentimen negatif publik berasal dari langkah reshuffle yang dinilai belum sepenuhnya menjawab harapan rakyat, kecurigaan bagi-bagi kekuasaan, rasa skeptis terhadap urgensi dan manfaat reshuffle, kontroversi anak menteri sebut Sri Mulyani agen CIA, serta keyakinan masih adanya pengaruh elit dan orang titipan.
Adapun metode yang digunakan oleh Drone Emprit yakni dengan menganalisis kata kunci pada media sosial X, Facebook, Youtube, Tiktok, dan media Online selama 7-10 September 2025 dengan total 18.866 mentions di seluruh media sosial dan media online. Melihat periode analisis sentimen yang dilakukan, maka analisis ini tidak menilai sentimen publik yang ada pada reshuffle kabinet ketiga.
Masih Perlukah Reshuffle Dilakukan?
Menurut survei dari Poltracking pada 3-10 Oktober 2025, sebanyak 37,9% publik menilai bahwa reshuffle masih perlu dilakukan. Kemudian 26,4% lainnya menilai tidak perlu dan 35,7% sisanya menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab. Berdasar pada responden yang menilai perlu dilakukan reshuffle, bidang kementerian apa saja yang perlu dirombak?
Berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa 18,1% publik menginginkan adanya reshuffle kementerian di bidang perekonomian. Artinya mayoritas publik ingin ragam kementerian yang berkaitan dengan bidang perekonomian seperti Menteri Perdagangan, Perindustrian, Ketenagakerjaan, dan yang lainnya digantikan dengan sosok menteri yang lebih mampu menjawab serta mengatasi permasalahan ekonomi di tanah air.
Posisi berikutnya diisi oleh bidang hukum, HAM, imigrasi dan pemasyarakatan (14,1%), pangan (8,4%), infrastruktur dan pembangunan kewilayahan (8,2%), politik dan keamanan (5,4%), pemberdayaan masyarakat (3,8%) serta pembangunan manusia dan kebudayaan (3,1%).
Adapun survei ini dilakukan menggunakan metode wawancara tatap muka langsung dengan total jumlah responden 1.220 warga Indonesia berusia minimal 17 tahun.
Baca Juga: Analisis Emosi Warga Indonesia terhadap Reshuffle Kabinet Merah Putih
Sumber:
https://www.youtube.com/live/FD0AAGbRu9E
https://pers.droneemprit.id/sentimen-publik-terhadap-reshuffle-kabinet/
Penulis: NAUFAL ALBARI
Editor: Editor