Memiliki rencana asuransi kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting. Jika sewaktu-waktu kita jatuh sakit, maka perusahaan asuransi lah yang nantinya akan menanggung biaya pengobatan, sesuai dengan kontrak awal atau persetujuan. Asuransi kesehatan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi berbagai risiko yang dapat terjadi di masa depan.
Berkaitan dengan ini, lembaga Jajak Pendapat (Jakpat) telah merilis data statistik mengenai proporsi penggunaan asuransi masyarakat Indonesia. Dari sebanyak 338 responden yang memiliki dan membayar program asuransi premium, ditemukan bahwa asuransi kesehatan mendominasi jenis asuransi yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat dengan persentase sebesar 86%.
Masih merujuk data Jakpat, responden yang memilih asuransi kesehatan menyebutkan ada sejumlah keuntungan yang bisa didapatkan dari asuransi kesehatan. Namun, yang paling menguntungkan menurut pendapat responden adalah perlindungan terhadap biaya perawatan medis tanpa khawatir beban finansial yang berat.
Adapun, masyarakat Indonesia mayoritas memiliki jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Ini terlihat dari sebanyak 66,44% penduduk Indonesia yang mengaku memiliki BPJS Kesehatan sebagai jaminan kesehatannya pada tahun 2023.
Data ini kemudian disusul oleh jaminan kesehatan dari daerah (Jamkesda) yang dimiliki oleh 5,97% masyarakat. Diikuti oleh jaminan kesehatan dari kantor dengan proporsi penduduk mencapai 2,58%. Lalu, ada juga masyarakat yang mengaku memiliki jaminan kesehatan swasta sebanyak 0,54%.
Jika melihat tren kepemilikan jaminan kesehatan penduduk Indonesia dalam 9 tahun terakhir, tercatat persentasenya terus mengalami kemajuan tiap tahunnya. Pada tahun 2023 ini, BPS mencatat ada sebanyak 72,38% penduduk yang sudah memiliki jaminan kesehatan. Angkanya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 69,62%.
Lebih lanjut, kini pelayanan BPJS Kesehatan terus ditingkatkan dengan menggenjot transformasi berbasis digital, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan bahwa optimalisasi pelayanan ini merupakan sebuah komitmen dari BPJS.
Ia melanjutkan, terdapat kurang lebih lima langkah yang ditekankan oleh pihaknya dalam mengoptimalkan pelayanan. Pertama adalah melakukan transformasi mutu dan layanan. Ghufron menekankan bahwa langkah ini difokuskan pada tiga hal, yakni lebih mudah, lebih cepat, dan setara.
Selanjutnya, BPJS Kesehatan juga memperhatikan aspek compliance atau kepatuhan. Ketiga, BPJS Kesehatan juga terus berupaya meningkatkan jangkauan kesehatan masyarakat melalui indikator Universal Health Coverage (UHC).
Lalu, langkah keempat adalah menjaga sustainabilitas dan keuangan Dana Jaminan Sosial. Terakhir, mendorong capacity building BPJS Kesehatan sebagai badan penyelenggara jaminan sosial.
Selain itu, Ghufron memaparkan bahwa pihaknya terus berupaya dengan memberikan kemudahan akses layanan kesehatan. Misalnya, kemudahan untuk mengakses layanan informasi dengan nomor yang mudah diingat masyarakat.
"Call center BPJS Kesehatan buka terus selama 24 jam. Ada juga CIK, otomatis menjawab. Kalau ingin lewat WhatsApp juga itu ada namanya Pandawa 08118165165," pungkasnya dikutip dari detikNews.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Editor