Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak terutama pada sapi, tengah menjadi sorotan di Indonesia. Tercatat dalam data Kementerian Pertanian melalui situs siagapmk, terdapat 1.252 ekor hewan ternak mati akibat terjangkit PMK.
Mengutip data dari Buku Panduan Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia terbitan Kementerian Pertanian (Kementan), penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap/belah (cloven-hoofed). Penyakit ini ditandai dengan adanya pembentukan vesikel/lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku.
Wabah PMK ini dikhawatirkan dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar akibat menurunya produksi hewan ternak dan juga menjadi hambatan dalam perdagangan hewan dan produknya. Terlebih lagi wabah PMK kini makin merebak seiring dengan perayaan menyambut hari raya Idul Adha yang identik dengan pemotongan hewan ternak.
Kondisi ini juga dibuktikan oleh para peternak yang mengaku merugi. Pemerintah belum memberi sosialisasi mengenai penanganan khusus virus ini. Anggota Asosisi Peternak Sapi Jawa Barat kepada tempo mengatakan, wabah PMK belum mendapat perhatian khusus, para petani kini secara terpaksa mandiri menangani wabah ini tanpa bantuan pemerintah.
"Kondisi peternak sangat menyedihkan. Padahal sapi dekat Idul Adha ini lagi mahal. Sampai saat ini belum ada peran pemerintah sama sekali," sebut Zabidi kepada tempo Minggu (12/06).
Wabah PMK yang menyerang hewan ternak sudah menyebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Jawa Timur jadi provinsi paling tinggi terdampak wabah PMK hewan ternak
Sampai pada 22 Juni 2022 jam 09:55 WIB, Kementan menyebut terdapat 19 provinsi yang tertular wabah PMK hewan ternak. Jawa Timur sebagai provinsi paling tinggi yang terdampak wabah PMK hewan ternak sakit hingga mencapai 83.491 ekor.
Nusa Tenggara Barat (NTB) masuk peringkat 2 dengan jumlah 31.845 ekor sakit. Sementara itu, disusul oleh Aceh (28.146 ekor), Jawa Tengah (25.107 ekor), dan Jawa Barat (23.476 ekor).
Selanjutnya, provinsi yang juga terdampak adalah Sumatra Utara dengan 8.931 ekor, Daerah Istimewa Yogyakarta 5.515 ekor, Sumatra Barat 4.066 ekor, Kepulauan Bangka Belitung 2.433 ekor, dan Kalimantan Barat 1.241 ekor.
9 provinsi lainnya terdapat di wilayah Banten 1.038 ekor, Jambi 739 ekor, DKI Jakarta 610 ekor, Sumatra Selatan 348 ekor, Kalimantan Selatan 347, Lampung 323, Bengkulu 273 ekor, Kalimantan Tengah 243 ekor. Menurut Kementan, total populasi hewan ternak yang ada di 19 kian meningkat.
Masih 145.594 kasus PMK belum sembuh
Kementan menyebut, dari 19 provinsi tersebut terdapat 218.456 ekor hewan ternak terdampak PMK. Dengan angka kesembuhan sejumlah 69.662 ekor.
Indeks hewan ternak sakit terjangkit PMK sempat melonjak naik pada 31 Mei 2022 yakni mencapai 22.815 ekor hewan. Sementara itu, angka kesembuhan hewan yang terjangkit PMK juga tidak mengalami tren signifikan. Data tertinggi terjadi pada 16 Juni 2022 yakni mencapai 6.056 ekor hewan.
Selain itu, berkat virus PMK ini terdapat 1.948 ekor hewan dipotong bersyarat, 1.252 mati, dan masih ada 145.594 kasus belum sembuh.
Guna mengatasi persoalan tersebut, Kementan menyebut bahwa tidak hanya sapi, hewan ternak lainnya seperti kerbau, kambing, domba, dan babi akan diberikan vaksinasi.
Menko PMK: Perlu adanya percepatan distribusi vaksin
Sebagai upaya pengendalian wabah virus PMK pada hewan ternak, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadhir Effendy, meminta distribusi vaksin bagi hewan ternak dapat dipercepat. Pengiriman harus mengutamakan di beberapa wilayah prioritas yakni provinsi dengan jumlah hewan terjangkit paling tinggi.
“Sebaiknya percepatan pengadaan vaksin harus segera dilakukan, sebagaimana pemerintah kita menangani covid 19, dan prioritaskan kepada daerah yang sudah terpapar PMK” sebut Muhadjir pada Rakor Pembahasan Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Hewan Ternak secara virtual, Minggu (19/6).
Merilis laporan tertulis Kemenko PMK, kini pemerintah telah menyediakan pengadaan 3 juta dosis vaksin PMK darurat. Pengadaaan ini dilakukan dengan bertahap, tahap pertama vaksin daeurat sebanyak 800 ribu dosis dan tahap selanjutnya menjadi 2,2 juta dosis. Muhadjir menyebut, target pengiriman vaksin di beberapa wilayah harus dilaksanakan dengan cepat, untuk mencapai target herd immunity.
Selain melakukan distribusi vaksin, penting halnya melakukan pendataan bagi para peternak yang merugi akibat penyebaran wabah ini. Muhadjir menilai, bahwa kejadian ini dapat dinyatakan sebagai pernyataan kedaruratan atau Kejadian Luar Biasa (KLB). Harapannya, penggunaan anggaran negara bisa direlaksasi untuk mengatasi wabah PMK tidak merebak lebih luas lagi.
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya