Terobosan pemerintah untuk bisa memproduksi vaksin Covid-19 dalam negeri kian digencarkan. Seperti contoh kini pemerintah tengah memproduksi Vaksin BUMN yang dikembangkan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi, PT Bio Farma (Persero) dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat sejak Juni 2021 lalu. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, Vaksin BUMN kini sudah masuk dalam daftar kandidat vaksin yang dirilis oleh World Health Organization (WHO).
“Selain pengembangan Vaksin Merah Putih, Alhamdulillah, kita juga melakukan terobosan baru. Bio Farma juga melakukan kerjasama pengembangan vaksin dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat. Kandidat vaksin yang disebut Vaksin BUMN ini Alhamdulillah sudah masuk dalam daftar kandidat vaksin yang dirilis WHO,” ujar Erick Thohir dalam keterangan pers Kementerian BUMN (2/6).
Vaksin BUMN menggunakan teknologi Subunit Protein Rekombinan (protein Receptor Binding Domain/RBD), yang merupakan buatan Indonesia. Rencanya akan digunakan sebagai vaksin primer setelah mendapat izin penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Badan POM pada Juli 2022. Menengok perkembangannya, kini Vaksin BUMN sudah masuk dalam uji klinis fase 3.
Bio Farma: Vaksin BUMN, vaksin pertama Indonesia yang dikembangkan dari hulu ke hilir
Melalui rilis dari Bio Farma, uji klinis fase 3 dilakukan setelah mendapatkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) untuk Uji Klinis Fase 3 yang telah ditandatangai oleh Kepala Badan POM RI Penny Lukito, pada Senin (6/6).
Uji klinis fase 3 dilakukan di beberapa kota, yakni Jakarta bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, Padang bekerja sama dengan FK Universitas Andalas, dan Makassar bekerja sama dengan FK Universitas Hasanuddin.
Penny menjelaskan, Vaksin BUMN merupakan vaksin pertama Indonesia yang dikembangkan mulai dari hulu hingga hilir, artinya pengembangan dari mulai bibit vaksin hingga dikembangkan oleh Bio Farma yang memenuhi standar GMP (Good Manufacture Practices) menjadi vaksin komersial.
Namun, jika melihat cakupan vaksinasi sudah cukup tinggi di Indonesia lalu vaksin BUMN diperuntukkan bagi siapa?
Vaksin BUMN disiapkan khusus untuk booster dan anak
Secara nasional hingga Rabu, 29 Juni 2022 vaksinasi di Indonesia telah mencapai 372,72 juta dosis vaksin. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan 97 per 100 penduduk sasaran vaksinasi sudah mendapat 1 dosis dengan sasaran vaksinasi sebanyak 208,266 juta dosis.
Secara lebih rinci, vaksin dosis 1 telah diberikan sebanyak 201,47 juta dosis atau mencapai 96,74 persen dari target. Sementara itu, total vaksinasi dosis 2 telah diberikan sebanyak 168,98 juta dosis, dan 2,27 juta dosis lainnya untuk vaksinasi gotong royong.
Berdasarkan angka tersebut, pemerintah hampir menyelesaikan target capaian vaksinasi dosis 1 dan 2. Namun, sesuai anjuran pemerintah pemberian vaksin dosis 3 atau vaksin booster masih jauh dari target. Jumlahnya kini hanya 7,33 juta dosis atau 42,36 persen dari target.
Maka dari itu, Wakil Kemenkes Dante Saksono menyatakan vaksin BUMN kemungkinan ditargetkan untuk menjadi booster karena angka vaksinasi sudah hampir mencapai target. Dengan itu, Vaksin BUMN bisa jadi alternatif saat antibodi yang dimiliki masyarakat saat ini menurun.
Honesti Basyir Direktur Utama Bio Farma juga menyatakan hal yang sama. Kemungkinan besar pengguna Vaksin BUMN diperuntukkan khusus bagi booster dan anak.
"Melakukan uji klinis untuk primer. Kemungkinan besar untuk booster dan untuk anak. Karena masih kekurangan supply anak. Masih belum banyak vaksin mendapatkan lisence untuk anak," jelas Honesti pada konferensi pers, Kamis (9/6).
Selain itu jika Vaksin BUMN lolos uji, vaksin tersebut akan menjadi alternatif vaksin dalam negeri untuk menekan angka impor bahan baku obat (BBO) dari luar negeri.
Produksi vaksin dalam negeri, tekan ketergantungan impor bahan baku obat
Merilis data BPS pada 2021, impor bahan obat-obatan dan kesehatan Indonesia paling banyak berasal dari China hingga mencapai 2,33 miliar dolar AS atau setara degan Rp33,28 triliun (kurs Rp14.269 per dolar AS). Nilai tersebut mencapai 69,41 persen dari total impor bahan obat-obatan dan kesehatan nasional yang mencapai 3,6 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Tingginya nilai impor komoditas tersebut seiring dengan besarnya impor vaksin terutama vaksin Covid-19. Dirut Bio Farma Honesti Basyir, mengatakan sekitar 90 persen pemenuhan BBO diperoleh dari pasokan luar negeri. Maka dari itu, pihaknya kini telah memiliki roadmap untuk menurunkan ketergantungan Indonesia terhadap BBO impor.
Dalam peta jalan tersebut, terdapat 24 bahan baku obat ditargetkan dapat diproduksi di dalam negeri. Saat ini sudah terdapat 12 BBO yang diproduksi di Indonesia. Langkah ini juga sesuai amanah yang tertuang dalam Inpres No 2 tahun 2022 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.
Honesti berharap, langkah ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di industri farmasi. Perlu adanya dukungan dan perbaikan pada industri hulu yaitu kimia dasar, mulai dari sektor pemerintah yang mempermudah persoalan regulasi obat-obatan.
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya