Batik merupakan warisan tradisional Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia sejak 2009. Batik mengalami transformasi besar dalam persepsi generasi muda, walaupun sebelumnya batik lebih identik dengan acara formal dan orang tua. Kini, batik mulai digemari oleh kalangan milenial dan gen Z karena tampilannya yang elegan namun tetap modern dan berkelas.
Transformasi ini turut mengubah cara anak muda memandang batik. Tak hanya mengenakannya sebagai kewajiban pada hari tertentu, batik kini menjadi simbol identitas dan kebanggaan anak muda.
Berdasarkan data Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, jumlah industri batik pada tahun 2024 kebanyakan berada di Jawa Tengah dengan total 254 industri, disusul oleh Jawa Timur sebanyak 164 industri dan Jambi 123 industri.
DI Yogyakarta yang dikenal sebagai salah satu sentra batik nasional menempati urutan keempat dengan 104 industri. Beberapa wilayah di Kalimantan seperti Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur juga menunjukkan geliat industri batik meskipun jumlahnya belum sebesar di Pulau Jawa.
Ruang Kreativitas Anak Muda dalam Berbatik
Batik bukan hanya berada di tangan para pengrajin konvensional. Anak muda kini mulai menciptakan inovasi dalam dunia batik, baik dari segi desain, pewarnaan, hingga strategi pemasarannya. Hadirnya batik dengan potongan oversize, motif minimalis, hingga perpaduan warna pastel adalah hasil kreativitas generasi muda yang berusaha menjembatani nilai budaya dengan tren fashion global.
Salah satu contoh nyata adalah brand lokal IKAT Indonesia yang dirancang oleh desainer ternama Didiet Maulana. Brand ini berhasil memodernisasi batik menjadi bagian dari gaya hidup urban. Kolaborasi dengan desainer-desainer muda menjadi pendorong batik tampil di panggung fashion internasional seperti di New York Fashion Week (NYFW) Spring/Summer 2023/2024.
“Jadi memang kita itu inginnya generasi Z juga bisa menikmati. Koleksi ini juga jadi upaya kami untuk memperkenalkan budaya lewat fashion kepada generasi muda, agar generasi muda tahu apa sih yang negerinya punya dan itu keren,” ujar Didiet Maulana dalam wawancaranya di New York Fashion Week sesi Indonesia Now The Show Spring/Summer 2023/2024, mengutip Kumparan.
Tidak hanya itu, ruang kreatif anak muda saat ini juga bisa dilihat melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, hingga YouTube yang berperan besar dalam membentuk kembali citra batik di mata anak muda. Tidak sedikit kreator konten yang membuat video edukasi, OOTD batik, hingga tutorial mix-and-match batik dengan gaya kekinian.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Industri batik menghadapi sejumlah tantangan yang perlu segera diatasi untuk menjamin keberlanjutan warisan budaya ini. Salah satu tantangan utama adalah krisis regenerasi pengrajin batik. Banyak pengrajin batik tradisional yang sudah lanjut usia, sementara generasi muda cenderung lebih tertarik pada sisi desain digital dan pemasaran dibandingkan proses membatik itu sendiri. Fenomena ini dikhawatirkan akan menyebabkan semakin langkanya pengrajin batik di masa depan jika tidak ada upaya konkret untuk menarik minat generasi muda.
Salah satu faktor yang berdampak pada mandeknya regenerasi perajin batik adalah keengganan anak muda untuk meneruskan karier keluarga yang sudah turun-temurun sebagai perajin batik tulis.
Dalam hal ini, diperlukan peran aktif dari pemerintah, komunitas, hingga lembaga pendidikan dalam menyediakan ruang pelatihan, sebagai bentuk dari edukasi dan promosi bagi generasi muda yang ingin terjun langsung dalam ekosistem batik secara utuh di masa yang akan datang.
Baca Juga: GoFood Rajai Industri Pesan Antar Makanan Online Awal 2025
Penulis: Angel Gavrila
Editor: Editor