Lebih dari setengah penduduk dunia telah menggunakan internet pada 2024. Laporan Data Reportal yang bekerja sama dengan Meltwater dan We Are Social, menunjukkan 5,35 miliar jiwa atau sebanyak 66,2 persen orang di dunia aktif berinternet. Angka ini tumbuh sebesar 1,8 persen dalam setahun terakhir.
Lalu bagaimana dengan eksistensi internet di Indonesia?
Sejak tahun 1990, penggunaan internet dunia terus mengalami kenaikan. Bahkan, di 13 negara, angka penetrasi internetnya hampir atau mencapai 99 persen. Negara-negara tersebut di antaranya Norwegia, Denmark, Swedia, Finlandia, Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Hanya Korea Utara yang angka penetrasinya masih di bawah 10 persen.
Pada awal 2023, internet di Indonesia telah menghampiri 77 persen masyarakat atau sekitar 212,9 juta jiwa. Angka ini tumbuh 10 juta atau sekitar 5,2 persen dari capaian di 2022. Dari data Ookla, rata-rata kecepatan koneksi internet tetap Indonesia mencapai 24,32 Mbps dan rata-rata kecepatan koneksi internet seluler melalui jaringan seluler baru mencapai 17,27 Mbps.
Meskipun lebih dari setengah penduduk Indonesia telah mengakses internet, persebarannya belum merata. Kualitas sinyal yang diterima masyarakat juga beragam. Badan Pusat Statistik dalam laporan Statistik Telekomunikasi Indonesia 2022, menunjukkan bahwa masih ada desa yang belum menerima sinyal telepon seluler atau bahkan belum difasilitasi menara Base Transceiver Station (BTS).
Penetrasi dan kualitas internet di Pulau Jawa masih unggul jika dibandingkan dengan pulau lainnya. Hanya 0,04 persen wilayah di Pulau Jawa yang tak tersentuh internet. Pulau Bali dan Nusa Tenggara memiliki 1,37 persen wilayah yang belum dikenai sinyal internet. Kemudian, disusul Pulau Sumatera dengan 1,39 persen wilayah tanpa internet. Mirisnya, di Pulau Maluku dan Papua, wilayah tanpa internet justru lebih mendominasi.
Perkembangan internet nasional yang cukup tinggi, belum disertai pemerataan yang signifikan. Mengingat Indonesia mempunya mimpi besar di 2045 sebagai Indonesia Maju, tentu akses internet ini menjadi salah satu kunci keberhasilannya.
Dilansir dari website resmi Kominfo RI, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyebut transformasi digital dan pemerataan akses internet mengambil bagian untuk mencapai target Indonesia Maju.
Kedua poin ini pun saling berkaitan, transformasi digital dimana perubahan aktivitas konvensional menjadi digital, membutuhkan akses dan kualitas internet nasional yang mumpuni. Akan tetapi, keberagaman kondisi geografis Indonesia memberi tantangan tersendiri untuk proses pemerataan ini.
“Indonesia memiliki pegunungan, dataran rendah, dan pantai, serta berbagai pulau dengan ukuran dan kondisi yang berbeda-beda. Keunikan geografis Indonesia ini tentu menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan infrastruktur, termasuk infrastruktur telekomunikasi, sehingga teknologi yang digunakan tidak bisa satu teknologi saja. Pilihannya beragam, fiber optik di perkotaan, daerah luar dengan satelit,” jelas Budi Arie Setiadi.
Transformasi digital mengandalkan empat pilar utama, meliputi infrastruktur, pemerintahan, masyarakat digital, dan ekonomi. Selain itu, konektivitas juga menjadi komponen penting.
“Untuk mewujudkan visi Indonesia Maju 2045, kita perlu melakukan akselerasi konektivitas. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas, coverage, dan kualitas infrastruktur telekomunikasi. Kita telah meluncurkan satelit Satria-1 yang tahun depan sudah mulai beroperasi,” tutur Budi Arie Setiadi.
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Iip M Aditiya