Dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh setiap tanggal 22 Maret, worldwaterday.org mengusung tema 'Groundwater - Making The Invisible Visible' sebagai tema tahun 2022 yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti Air Tanah - Membuat yang Tak Terlihat Menjadi Terlihat'.
Harapannya seluruh umat manusia dapat menyadari akan pentingnya merawat sumberdaya air tanah untuk keberlangsungan hidup manusia, hewan, tumbuhan, maupun lingkungan.
Berkaca dari sejarah di tahun 1992, Hari Air Sedunia bermula dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai isu Lingkungan dan Pembangunan yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil.
Kemudian pada 1993 ditetapkan setiap tanggal 22 Maret untuk memperingati Hari Air Sedunia. Secara umum tujuan utama hari peringatan ini adalah untuk mengu mengurangi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan kelestarian lingkungan.
Sementara itu, fokus utama perayaan Hari Air Sedunia ini juga untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: air dan sanitasi tahun 2030 untuk seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri Indeks kualitas air pada 2021 masih belum mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Nasional (RPJMN).
data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukan, skor indeks kualitas air 2021 dalam perhitungan sementara mencapai 53,33 poin dengan target nasional sebesar 55,2 poin.
KLHK mencatat skor IKA pada tahun 2021 mengalami penurunan 0,2 poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya mencapai 53,33 poin.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro mengungkapkan tren IKA mengalami penurunan di empat provinsi sepanjang 2015-2021. Tren penurunan IKA terlihat di sejumlah sungai dan danau di Bengkulu, Kepulauan Riau, Sumatra Selatan, dan Jawa Barat.
Sigit juga menjelaskan beberapa faktor yang membuat target indeks kualitas air di Indnesia sulit dicapai yaitu karena sistem pengelolaan limbah rumah tangga yang belum baik. Masih banyak ditemukan kandungan E Coli dan Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air. Perlu adanya upaya mempercepat sanitasi untuk memperbaiki masalah penting ini. Jika dilihat berdasarkan provinsi masih ada 20 provinsi yang belum mencapai target.
Berbanding terbalik dengan itu, Indeks kualitas air di 14 provinsi berhasil mencapai target IKA pada 2021, seperti halnya di Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku, dan Sulawesi. Sigit juga mengapresiasi Provinsi DKI Jakarta, walaupun belum memenuhi baku mutu kelas dua tetapi tren perbaikan kualitas air mengalami peningkatan.
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya