Selain fisik, aspek mental dan emosional merupakan bagian terpenting dalam kondisi kesehatan seseorang. Seseorang yang memiliki mental sehat akan lebih mampu berpikiran positif dan menjalin hubungan sehat dengan orang-orang disekelilingnya.
Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati dan kemampuan berpikir yang pada akhirnya dapat mengarah pada hal yang negatif, baik bagi dirinya maupun orang lain.
Tingkat kematian akibat bunuh diri secara global mengalami penurunan signifikan sejak tahun 2000 hingga 2019. Angka kematian kasar akibat bunuh diri menurun sebesar 29% selama periode tersebut. Sehingga dari 13,0 kematian per 100 ribu pendudul menjadi 9,2 kematian per 100 ribu penduduk pada 2019.
Organisasi Kesehatan Global (WHO) dalam laporannya menjelaskan, tingkat bunuh diri pada pria meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan wanita pada tahun 2019. Adapun, tingkat bunuh diri dari masing-masing jenis kelamin mencapai 12,6 per 100 ribu jiwa dan 5,7 kematian per 100 ribu jiwa.
Sementara, wilayah Eropa memiliki angka kematian akibat bunuh diri tertinggi dibandingkan lima wilayah lainnya, yaitu mencapai 12,8 kematian per 100 ribu jiwa pada 2019. Disusul oleh wilayah Asia Tenggara dengan jumlah 10,1 kematian per 100 ribu penduduk di periode yang sama.
Selanjutnya, ada wilayah Amerika dengan tingkat bunuh diri sebesar 9,6 kematian per 100 ribu jiwa. Kemudian, diikuti oleh wilayah Pasifik Barat dan Afrika dengan tingkat bunuh diri masing-masing mencapai 8,7 kematian per 100 ribu jiwa dan 6,9 kematian per 100 ribu jiwa. Wilayah Mediterania Timur menempati posisi terendah dengan jumlah 5,9 kematian per 100 ribu jiwa pada 2019.
Sehubungan dengan ini, negara mana yang memiliki tingkat bunuh diri serta depresi tertinggi di dunia? Lalu, bagaimana dengan kondisi di Indonesia?
Yunani jadi negara paling ‘depresi’ di dunia
WHO mengungkapkan bahwa depresi merupakan penyebab utama gangguan kesehatan mental. Depresi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari ekonomi, kesehatan, sosial, hingga pendidikan.
Adapun, negara-negara berpenghasilan rendah dikatakan cenderung mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi daripada negara-negara berpenghasilan besar. Selain itu, WHO juga menyebutkan bahwa gangguan depresi pada remaja telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Data juga menunjukkan lebih dari 800 ribu orang meninggal tiap tahunnya karena bunuh diri yang disebabkan oleh depresi.
Melansir laman Wisevoter, negara dengan tingkat depresi tertinggi di dunia adalah Yunani dengan perkiraan mencapai 6,52%. Sementara, tingkat bunuh dirinya mencapai 5,1 kematian per 100 ribu jiwa.
Yunani dilaporkan telah menderita depresi berat selama beberapa tahun terakhir, di mana perekonomiannya terus menurun dan tingkat kemiskinannya meningkat pesat. Sementara, tingkat pengangguran di negara tersebut sudah mencapai 27%.
Menyusul Yunani, Spanyol menempati peringkat kedua dalam daftar dengan tingkat depresi diperkirakan mencapai 6,04%. Selanjutnya, ada Portugal dan Palestina dengan tingkat depresi masing-masing sebesar 5,88% dan 5,75%.
Sementara itu, Venezuela berhasil menjadi negara dengan tingkat kesehatan mental terbaik di dunia menurut laporan Sapien Labs di tahun 2021. Negara tersebut memiliki nilai MHQ (Mental Health Quotient) sebesar 91.
Spanyol menempati posisi kedua dangan nilai MHQ sebanyak 85. Kemudian, Puerto Rico dan Republik Demokrasi Kongo menempati peringkat berikutnya dengan skor MHQ masing-masing senilai 84 dan 82.
Laporan tersebut bersumber dari survei terhadap 223.087 pengguna internet dari total 34 negara di dunia. Adapun, skor MHQ diukur berdasarkan rentang -100-200, di mana skor positif menunjukkan bahwa tingkat kesehatan di negara bersangkutan normal, sedangkan skor negatif menunjukkan adanya kemungkinan gangguan kesehatan mental.
Tingkat depresi dan bunuh diri di Indonesia
Berdasarkan hasil survei Jajak Pendapat (Jakpat) teranyar, Generasi Z atau gen Z di Indonesia dilaporkan mengalami risiko gangguan mental lebih besar ketimbang generasi X dan milenial. Tercatat, sebanyak 59,1% gen z merasa mengalami gangguan kesehatan mental.
Sedangkan, gen X mencatatkan hasil yang berbanding terbalik dengan gen Z, di mana mayoritas (75,9%) mengaku tidak merasa mengalami gangguan kesehatan mental. Sementara, sisanya atau 24,1% lainnya merasa mengalami gangguan kesehatan mental.
Sama seperti gen X, generasi milenial juga tercatat lebih banyak yang tidak merasa mengalami gangguan mental dengan persentase 60,2% responden. Sedangkan, sisanya (39,8%) mengaku merasa alami gangguan kesehatan mental.
Sementara, tren tingkat bunuh diri di Indonesia semakin melandai dari tahun ke tahun. Bahkan, data World Bank menunjukkan bahwa tren tingkat bunuh diri dari tahun 2014-2019 konstan sebesar 2,4 kematian per 100 ribu jiwa.
World Bank juga mencatat, tingkat bunuh diri pria di Indonesia pada tahun 2019 lebih tinggi ketimbang perempuan, yakni mencapai 3,7 kematian per 100 ribu jiwa. Adapun, tingkat bunuh diri pada wanita di periode yang sama sebesar 1,1 per 100 ribu jiwa.
Mengutip data Wisevoter, Indonesia menempati peringkat ke-184 dalam daftar negara dengan tingkat depresi tertinggi di dunia. Tercatat, tingkat depresi di Indonesia sebesar 2,63%.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya