Empat sehat lima sempurna, mengonsumsi karbohidrat, lauk-pauk, buah dan sayur merupakan empat kebutuhan pangan yang konon diklaim bisa membantu tubuh semua orang menjadi sehat. Itupun kalau terpenuhi dan memiliki kemampuan finansial yang cukup. Sementara itu, susu menjadi nomor lima dengan embel-embel penyempurnaan keempat makanan tersebut.
Pasalnya tak semua jenis sapi bisa menghasilkan susu yang banyak, jenis sapi perah dinilai mampu lebih banyak memproduksi susu ketimbang sapi biasa. Selain itu, sapi tak bisa menghasilkan susu jika tak dalam kondisi hamil. Belum lagi masa sapi perah untuk layak hamil kurang lebih 15- 20 bulan, dan proses hamil kurang lebih 9 bulan. Tak banyak orang tahu bahwa proses produksi susu sapi juga memakan waktu yang lama.
Bahkan jumlah sapi perah tak selalu menjamin produksi susu yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan oleh data dari United States Department of Agriculture (USDA), USDA mencatat bahwa India menjadi negara yang memiliki sapi perah terbanyak di dunia. Jumlah sapi perah di India mencapai 59,5 juta di tahun 2022. Di bawah India, negara-negara Uni Eropa atau European Union tercatat memiliki sebanyak 20,2 juta sapi perah. Sementara pada posisi empat dan lima diduduki oleh Brazil dan Amerika Serikat dengan jumlah sapi perah masing-masing di angka 16.8 dan 9,4 juta di tahun yang sama.
Namun, yang justru menjadi negara produsen susu sapi tertinggi bukanlah India, melainkan negara-negara Uni Eropa dengan total produksi mencapai angka 143,9 juta ton dan disusul di bawahnya oleh Amerika Serikat dengan 102,97 ton pada tahun 2022. Sementara, India justru menempati urutan tiga dengan jumlah produksi susu sapi tepat di angka 97 juta ton.
Begitupun pada berbagai peringkat di bawahnya, hal tersebut membuktikan bahwa jumlah sapi perah tak selalu berbanding lurus dengan jumlah produksinya. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi, mulai dari nutrisi yang dikonsumsi sapi hingga kondisi psikis sapi.
Penulis: Puja Pratama Ridwan
Editor: Iip M Aditiya