Mayoritas Warga Korea Selatan Akui Tak Tertarik Punya Anak

Tingkat kesuburan di Korea Selatan menjadi yang terendah di dunia, mencapai angka 0,72 di tahun 2023.

Mayoritas Warga Korea Selatan Akui Tak Tertarik Punya Anak Ilustrasi seorang ibu dan anaknya | Jcomp/Freepik

Korea Selatan kini menghadapi tantangan serius dengan menurunnya minat masyarakat, terutama kalangan muda, untuk membentuk keluarga dan memiliki anak.

Meskipun tingkat pernikahan pada tahun 2023 meningkat sebesar 1% dibandingkan dengan 2022, tingkat kesuburan di negara tersebut mengalami penurunan yang tajam.

Kepala divisi sensus penduduk di Statistik Korea Lim Young-il menyatakan kekhawatirannya terhadap kecenderungan pasangan yang sudah menikah tetapi memilih untuk tidak memiliki anak.

“Peningkatan jumlah perkawinan dapat menyebabkan lebih banyak kelahiran, memberikan ruang bagi potensi peningkatan kembali tingkat kesuburan total, tetapi ada kecenderungan untuk tidak melahirkan bahkan setelah menikah, sehingga kemungkinannya lebih rendah dibandingkan sebelumnya,” kata Lim, seperti dilansir dari CNBC Indonesia yang mengutip dari Korea Herald.

Berdasarkan data yang dirilis Statistik Korea pada Rabu (28/2/2024), tingkat kesuburan Korea Selatan pada tahun 2023 mencapai angka 0,72 poin, turun dari 0,78 poin di tahun sebelumnya. Angka tersebut merupakan rekor terendah sejak tahun 1970, dan menjadikan Korea Selatan sebagai negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia.

Tingkat kesuburan di Korea Selatan terus mengalami penurunan sejak tahun 2016 dan terus berada di bawah angka 1 sejak tahun 2018 | Goodstats

Tingkat kesuburan total merupakan jumlah kelahiran dalam satu tahun per 1.000 wanita usia subur dalam suatu populasi. Untuk menjaga agar populasi tetap stabil, tingkat kesuburan harus berada di angka 2,1. Namun, jika tren ini terus berlanjut, populasi Korea Selatan diproyeksikan akan menurun setengahnya pada tahun 2100 mendatang.

Dalam satu dekade terakhir, jumlah anak di Korea Selatan telah menyusut hingga lebih dari dua juta jiwa. Kementerian Kesehatan Korea Selatan memprediksi laju depopulasi anak-anak akan semakin meningkat hingga mencapai tingkat kesuburan sebesar 0,6 di masa mendatang.

Institut Penitipan dan Pendidikan Anak Korea (KICCE) melaporkan bahwa percepatan rendahnya angka kelahiran di negara tersebut akan mengakibatkan lebih dari 12.000 pusat penitipan anak tutup.

“Masalah yang disebabkan oleh penutupan pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak akan menjadi lebih serius di masa depan. Situasi seperti ini dapat mempercepat depopulasi di daerah pedesaan,” kata peneliti KICCE Lee Jae-Hee.

Menurut hasil survei Ipsos terhadap 1.000 wanita pekerja berusia 25 hingga 45 tahun, sebanyak 62,2% responden menjawab bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk memiliki anak di masa depan. Beberapa alasan utama mereka di antaranya adalah tidak ingin berkomitmen mengasuh anak, tidak memiliki sumber daya keuangan, dan takut bahwa anak-anak dapat menjadi rintangan bagi pencapaian mereka.

Dari total 622 responden yang memilih untuk hidup tanpa anak, sekitar 61,3% mengatakan bahwa bantuan keuangan dari negara tidak akan mengubah pikiran mereka untuk memiliki anak.

Selama hampir 20 tahun, pemerintah Korea Selatan rutin mengeluarkan dana untuk mengatasi masalah ini - tepatnya sebesar KRW 379,8 triliun atau setara Rp4.456 triliun. Pasangan menikah yang memiliki anak akan diberikan uang tunai, mulai dari bantuan bulanan hingga perumahan bersubsidi dan taksi gratis. Bahkan, tagihan rumah sakit bahkan prosedur bayi tabung juga ditanggung oleh pemerintah.

Meskipun begitu, bantuan ini dianggap tidak menyelesaikan permasalahan generasi muda terutama perempuan di negara itu terkait kebutuhan mereka.

Pekerjaan yang sulit dan jam kerja yang panjang sering kali menyebabkan mereka terjebak dalam siklus kerja yang terus-menerus dan tidak memiliki cukup waktu untuk membesarkan anak. Biaya sewa rumah dan biaya pendidikan yang tinggi juga menjadi tekanan yang besar bagi mereka, sedangkan jika mereka berhenti bekerja, mereka tidak bisa menutupi biaya itu.

Akibatnya, banyak penduduk Korea Selatan kini dihadapkan pada dilema antara memilih karier atau berkeluarga. Namun kenyataannya, semakin banyak orang Korea Selatan yang memilih karier ketimbang memiliki anak.

Penulis: Icen Ectefania Mufrida
Editor: Editor

Konten Terkait

Seluk Beluk Kebiasaan Menabung dan Pengelolaan Keuangan Anak Muda: Sudahkah Cerdas Finansial?

Kurangnya disiplin (37%) dan kebutuhan mendesak (29,4%) menjadi hambatan utama anak muda dalam menabung, mencerminkan tantangan dalam mengelola keuangan.

Transformasi Indonesia Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2024 mencapai 75,02, masuk kategori tinggi menurut data BPS.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook