Penggunaan kendaraan pribadi masih banyak ditemukan di kalangan pelajar Indonesia. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 63% peserta didik menggunakan kendaraan pribadi untuk pergi ke sekolah pada 2024. Mirisnya, penggunaan transportasi umum jadi yang terendah, hanya sebesar 7,77%. Sisanya sebanyak 29,23% peserta didik tidak menggunakan kendaraan apa-apa untuk pergi ke sekolah.
Pada 2012, hanya 36,16% peserta didik yang menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilitas ke sekolah, dan proporsinya membengkak hampir dua kali lipat pada 2024.
Sebaliknya, penggunaan transportasi umum terus menurun, dengan 16,16% peserta didik menggunakannya pada 2012, turun menjadi hanya 7,77% pada 2024.
Hasil survei Litbang Kompas juga menyatakan hal serupa. Menurut survei tersebut, mayoritas siswa di Indonesia diantar atau berangkat sendiri ke Indonesia, hanya sedikit yang menggunakan transportasi umum. Rinciannya, hanya 3,8% responden siswa SD yang menggunakan transportasi umum, 20,9% di jenjang SMP, dan 15,3% di jenjang SMA. sementara itu, ada 70,4% peserta didik SD yang diantar ke sekolah, 48,4% di jenjang SMP, dan 48,2% di jenjang SMA. Terakhir, peserta didik SD yang berangkat sendiri ada 25,8%, SMP ada 30,7%, dan SMA sebanyak 36,5%.
Menurut survei tersebut, pemilihan transportasi anak ini sangat dipengaruhi oleh jarak sekolah dan jenjang pendidikan.
Adapun survei ini dilakukan pada 25-26 April 2025, melibatkan 356 responden dari 62 kota di 28 provinsi yang dipilih secara acak. Margin of error dari survei ini sebesar 5,19% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Kenapa Transportasi Umum Kurang Digemari?
Kurangnya akses dan rute yang tidak efisien jadi salah satu alasan pelajar Indonesia enggan menggunakan transportasi umum. Di beberapa daerah, jaringan transportasi umum tidak langsung menjangkau sekolah atau tempat tinggal siswa, sehingga penggunaan transportasi umum malah jadi kurang efektif dan memakan waktu.
Selain itu, jadwal transportasi umum sering kali tidak tepat waktu, meningkatkan risiko terlambat masuk sekolah. Hal ini berbeda jika menggunakan kendaraan pribadi atau diantar.
Kenyamanan dan keamanan transportasi umum juga jadi sorotan. Kondisi transportasi umum Indonesia banyak yang kurang layak, entah dari segi kebersihan, ventilasi, hingga ruangnya yang terlalu sempit dan tidak ramah bagi pelajar. Kasus pelecehan seksual juga kadang terdengar di transportasi umum, dengan pelajar sebagai korbannya.
Guna mendorong pemanfaatan transportasi umum, dibutuhkan upaya lebih dari pemerintah setempat untuk meningkatkan kualitas layanan dan sistem transportasi yang tersedia.
Baca Juga: Belum Jadi Pilihan Utama, Waktu dan Efektivitas Transportasi Umum Dipertanyakan
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor