Badan Pangan Nasional (Bapanas) mempunyai fungsi pelaksanaan pengembangan dan pemantapan penganekaragaman serta pola konsumsi pangan, juga pengawasan penerapan standar keamanan pangan yang beredar dan pengembangan sistem informasi pangan sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) 66/2021 tentang Badan Pangan Nasional.
Fungsi tersebut merupakan bentuk pengejawantahan dari amanat UU 18/2012 tentang Pangan, menyatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan dengan membudayakan pola konsumsi Pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA).
Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal, seperti menerbitkan Kalender Musim Buah.
Di penghujung tahun yakni bulan Desember, buah rambutan masuk periode musimnya karena hanya berbuah hanya satu kali dalam setahun, ditemani sawo, alpukat, dan durian.
Rambutan (Nephelium lappaceum L.) merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Sapindaceae dengan ordo Sapindales yang tumbuh di daerah yang banyak turun hujan, sebab rambutan membutuhkan banyak air untuk berbunga. Buah rambutan terbentuk setelah tiga sampai empat bulan berbunga. Satu buah rambutan biasanya terdiri dari satu biji berkulit keras.
Buah rambutan berbentuk bulat atau lonjong berwarna hijau merah, kuning, atau jingga, dan pada permukaannya terdapat rambut yang meruncing pada bagian ujungnya berwarna merah atau kuning. Daging buahnya berwarna putih transparan, berair, dan melekat pada kulit biji. Biji rambutan memiliki tekstur yang keras, panjang antara 2,5 sampai 3,5 cm dengan diameter 1 sampai 1,5 cm. Kulit bijinya juga keras dan tebal.
Terdapat banyak jenis kultivar rambutan yang terdapat di Indonesia, tetapi hanya beberapa saja yang digemari orang untuk dimakan dan dibudidayakan, yakni, rambutan Rapiah, rambutan Aceh Lebak Bulus, rambutan Simacam, rambutan Binjai, dan rambutan Sinyonya.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tren produksi rambutan di Indonesia dalam 3 tahun terakhir cenderung menurun, seperti disajikan dalam grafik berikut.
Selama 3 tahun terakhir, produksi rambutan mengalami penurunan hampir 5% dalam atau setara 39.595 ton. Pada tahun 2023 produksi rambutan didominasi Provinsi Jawa Barat (154.037 ton) dan Jawa Tengah (146.428 ton).
Di tengah produksi tanaman buah rambutan yang menurun, rata-rata konsumsi rambutan kabupaten/kota di Indonesia juga mengalami fluktutasi. Sinjai, Sulawesi Selatan meraih tingkat konsumsi per kapita tertinggi pada 2021, mencapai 0,231 kg dan pada 2022, sebesar 0,291 kg. Pada 2023, posisinya digantikan dengan Bulukumba, Sulawesi Selatan dengan konsumsi sebesar 0,257 kg, terjadi penurunan sebesar 11,68% dari tahun sebelumnya. Dapat dilihat bahwa kabupaten/kota dengan tingkat konsumsi rambutan tertinggi didominasi oleh Sulawesi (5 wilayah) dan Jawa (4 wilayah).
Baca Juga: 10 Negara Tujuan Utama Ekspor Buah-Buahan Indonesia
Penulis: Ilham Maryuliano
Editor: Editor