Polusi udara menjadi isu yang sangat mengkhawatirkan di Indonesia, terutama di wilayah Jabodetabek. Menurut data dari IQAir, kualitas udara di Jakarta mencapai indeks 155 (11/9), artinya kualitas udaranya sangatlah buruk. Bahkan, Bogor juga mulai memasuki zona jingga, dimana kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Dilansir dari kompas.com Senin (14/08), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan bahwa penyebab utama polusi udara terutama di daerah Jabodetabek adalah banyaknya kendaraan bermotor. Namun, bagaimana dengan pendapat masyarakat?
Kurious-Katadata Insight Center (KIC) melakukan survei mengenai perspektif masyarakat tentang sumber pencemaran atau polusi udara di lingkungannya.
62,5 persen responden yang mengikuti survei berasal dari wilayah Pulau Jawa selain Jakarta,14,6 persen dari Pulau Sumatera, 14,2 persen berasal dari DKI Jakarta, sedangkan yang berasal dari wilayah Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa, dan Maluku-Papua berada di rentang 0,2-3,3 persen.
Dari hasil survei tersebut, 82,2 persen responden menganggap bahwa polusi udara bersumber dari emisi transportasi. Menurut Siti juga, tercatat sebanyak 24,5 juta kendaraan bermotor sepanjang tahun 2022.
72,3 persen responden menganggap polusi udara terjadi karena pembakaran sampah. Metode pembakaran sampah memang sering dilakukan masyarakat Indonesia karena dianggap lebih praktis, dan dianggap sebagai tradisi.
Padahal, asap pembakaran sampah memiliki kandungan bahan kimia organik yang mudah menguap (VOC) yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata dan hidung, ruam pada kulit, mual, pusing, sakit kepala, dan bahkan memicu kanker dalam jangka panjang.
Selain berdampak buruk untuk kesehatan, asap rokok juga memberi dampak yang buruk bagi kualitas udara menurut pendapat 57 persen responden . Meski tidak sebesar asap kendaraan bermotor, tetapi asap rokok di tempat umum mempengaruhi kesehatan udara orang sekitar.
Kebakaran hutan dianggap oleh 54,5 persen responden sebagai salah satu sumber polusi udara. Sama seperti asap pembakaran sampah, asap pembakaran hutan juga memiliki kandungan kimia yang sama dengan dampak yang serupa. Asap pembakaran hutan memiliki skala yang lebih besar, sehingga berdampak pula ke lingkungan sekitar dan satwa liar.
Sementara itu, 39,8 persen responden menganggap PLTU batubara menjadi sumber polusi udara. Di sekitar Jakarta, terdapat 16 PLTU Batubara dengan 10 PLTU di daerah Banten, dan enam PLTU di Jawa Barat. Menurut penelusuran Tempo di situs Global Tracker (23/08), terdapat 14 PLTU dalam radius 100 kilometer dari pusat Jakarta, yaitu Monas.
Penulis: Kristina Jessica
Editor: Iip M Aditiya