Esteh Indonesia baru-baru ini melayangkan somasi kepada salah satu konsumen akibat memberikan kritik terhadap produknya yang dinilai terlalu banyak mengandung gula. Perkara tersebut langsung viral di jagat Twitter dan menuai berbagai respons dari warganet.
Kasus berawal saat akun Twitter @Gandhoyy mengirimkan cuitan yang berisi kritikan mengenai salah satu varian minuman Esteh Indonesia yakni Chizu Red Velvet. Ia menilai rasa dari minuman tersebut sangat manis sampai-sampai bisa menimbulkan diabetes.
Kemudian, akun Twitter @AdhityaHanzak menanggapi bahwa Esteh Indonesia dapat memperkarakan cuitan tersebut sesuai Pasal 28 Ayat 2 Undang-undang (UU) ITE. Secara mengejutkan, akun resmi Esteh Indonesia di Twitter (@esteh_indonesia) turut membalas cuitan tersebut dengan mengatakan bahwa hal tersebut telah disampaikan kepada tim legal Esteh Indonesia.
Tak lama berselang itu, surat somasi diterbitkan pada 24 September 2022 dan @Gandhoyy pun menyampaikan permintaan maafnya di Twitter karena telah mencela produk Esteh Indonesia yang mana hal tersebut dinilai telah menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Sontak @Gandhoyy dibanjiri dukungan oleh warga Twitter dan sebaliknya pihak Esteh Indonesia dikecam oleh warganet. Pembahasan mengenai kadar gula pada produk Esteh Indonesia pun menjadi pusat perhatian dan banyak di antara warganet yang membahas tentang hal tersebut di Twitter. Selain itu, banyak masyarakat yang turut menyoroti secara umum tingginya konsumsi gula pada minuman kekinian di Indonesia.
Konsumsi gula masyarakat Indonesia diprediksi tembus 30 kg per kapita pada 2031
Mengulik data dari Statista, tingkat konsumsi gula pada masyarakat Indonesia diproyeksikan akan terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Statista mengungkapkan bahwa pada tahun 2020, tingkat komsumsi gula masyarakat Indonesia sempat menurun ke angka 25,68 kilogram (kg) per kapita/tahun.
Namun selebihnya, tren konsumsi gula masyarakat di Indonesia terus mengalami tren peningkatan dari tahun 2011 hingga 2019. Statista pun memproyeksikan bahwa konsumsi gula pada masyarakat Indonesia meningkat tahun 2021 dan akan terus bertambah setiap tahunnya hingga tembus 30,52 kg per kapita/tahun pada 2031.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam siaran pers 7 Agustus 2022 mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus mendorong peningkatan produktivitas industri gula melalui pola intensifikasi dan ekstensifikasi hingga pemanfaatan digitalisasi. Langkah ini diambil untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan gula yang kian meningkat di pasar domestik.
Rata-rata kadar gula dalam minuman kekinian terlampau tinggi
Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI menyarankan batasan konsumsi harian gula per kapita ialah maksimal sebanyak 50 gram, setara dengan 4 sendok makan atau 12,5 sendok teh. Konsumsi gula berlebih beresiko menimbulkan penumpukan lemak pada tubuh, masalah kegemukan, serta penyakit diabetes khususnya tipe 2.
Menurut data dari Singapore Nutrient Databases, 1 gelas minuman es teh susu dengan kadar gula 100 persen dan tanpa topping sendiri sudah mengandung gula sebanyak 40,89 gram. Bila ditambah dengan topping pearl atau boba, kadar gulanya meningkat jadi 54,5 gram per gelas.
Angka-angka ini hampir memenuhi bahkan melebihi batasan konsumsi gula yang dianjurkan oleh Kemkes RI. Sementara itu terkait berita Esteh Indonesia yang kini tengah viral, akun Twitter @ismailfahmi mengungkapkan kandungan gula dalam segelas varian produk es teh susu nusantara berukuran kecil ialah sebanyak 31 gram atau setara 7,75 sendok teh. Adapun data ini dilansir langsung dari akun Instagram Esteh Indonesia (esteh.indonesia).
Baik lah, belum ada jawaban resmi.
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) September 25, 2022
Tapi nemu di IG, sptnya untuk ukuran small, kandungan gulanya adalah 31g.
31g ÷ 4 = 7.75 sendok teh
Kalau ukuran lebih besar, gulanya lebih dari 8 sdt.
That's a loooooot...😱
Saya tahu orang +62 banyak yg suka manis2 minumannya. 😢 pic.twitter.com/1qzjDlZStO
Bahaya gula rafinasi mengintai
Adapun gula dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu gula kristal mentah (GKM) yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi, gula kristal putih (GKP) yang merupakan gula untuk kebutuhan konsumsi langsung atau rumah tangga, serta gula kristal rafinasi (GKR) yang digunakan sebagai bahan baku industri.
GKR inilah yang sering digunakan oleh para pelaku industri makanan dan minuman dalam memproduksi produknya. Adapun pemerintah memperhitungkan kebutuhan industri akan GKR naik 5 persen ke angka 3,4 juta ton pada tahun 2022 ini.
GKR merupakan gula yang telah melewati proses pengolahan serta pemurnian dari gula kristal sehingga hasilnya berwarna putih bersih serta lebih manis. Gula rafinasi hanya diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman sebagai bahan baku atau zat tambahan dalam proses produksi.
Mengutip The American Journal of Clinical Nutrition, konsumsi gula rafinasi dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko obesitas serta diabetes tipe 2. Selain itu, konsumsi gula tipe ini dalam kadar berlebih juga mengakibatkan penuaan pada kulit karena molekul gula memasuki aliran darah yang kemudian menutup molekul protein pada kulit.
Oleh karena itu, proses penjualan gula rafinasi sangat dibatasi oleh karena sejumlah dampak negatif yang ditimbulkan bagi kesehatan.
Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya