Dewasa ini, hampir seluruh masyarakat Indonesia telah tersambung ke jaringan internet, tepatnya sebesar 77 persen dari total populasi. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam Digital Outlook 2022, angka pengguna internet di Indonesia mencapai 210 juta jiwa.
Trennya naik secara signifikan. Sebelum pandemi Covid-19 berlangsung, jumlah pengguna internet di Indonesia masih berada di kisaran 175 juta. Artinya, dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun ada penambahan jumlah pengguna internet mencapai 35 juta jiwa di Indonesia.
Adapun dalam hasil survei Populix bertajuk Mobile Phone Usage and 5G Network Projection yang dirilis pada Agustus 2022, sebesar 82 responden bergantung pada koneksi internet untuk melakukan komunikasi harian dengan orang lain baik dengan data seluler (33 persen) maupun terhubung ke WiFi (67 persen).
Jaringan telekomunikasi pun semakin hari semakin berkembang. Usai kemunculan jaringan 4G pertama kali di Norwegia pada akhir tahun 2009, banyak negara di dunia kini tengah mempersiapkan diri untuk beralih ke teknologi jaringan 5G, termasuk Indonesia.
Jaringan 5G pertama kali hadir di Korea Selatan pada tahun 2019 silam. Indonesia kemudian resmi mengadopsi jaringan internet 5G pada 27 Mei 2021.
Mayoritas responden sadar kehadiran jaringan 5G di Indonesia
Berdasarkan hasil survei Populix yang dilakukan pada tanggal 4 hingga 14 Juli 2022, mayoritas responden yakni sebesar 79 persen telah mengetahui kehadiran jaringan 5G di Indonesia. Sementara itu 12 persen responden masih menyatakan ragu-ragu dan sisanya 9 persen tidak mengetahui jaringan generasi kelima ini.
Hal yang paling banyak responden ketahui tentang jaringan 5G ialah jaringan ini menawarkan koneksi internet yang lebih cepat dengan raihan sebesar 94 persen responden mengetahui hal tersebut.
Kemudian, sebesar 70 persen responden mengetahui bahwa jaringan teranyar ini merupakan generasi ke-5 jaringan seluler, menempatkannya di posisi ke-2. Sementara itu di posisi ke-3, sebesar 48 persen responden mengetahui bahwa jaringan 5G memiliki kapasitas internet yang lebih besar. Sisanya 31 persen responden mengetahui bahwa jaringan 5G memiliki latensi lebih rendah dibandingkan jaringan pendahulunya.
Sementara itu, berbicara tentang provider telekomunikasi yang paling banyak diketahui responden menyediakan jaringan 5G, Telkomsel menduduki peringkat pertama dengan raihan sebesar 81 persen. Berikutnya, Indosat Ooredoo menempati posisi ke-2 dengan raihan sebesar 31 persen responden.
Berselisih tipis, sebesar 30 persen responden mengetahui bahwa provider XL Axiata telah menyediakan jaringan 5G, menempatkannya di posisi ke-3. Berikutnya, Smartfren meraih posisi ke-4 dengan raihan sebesar 10 persen responden dan sisanya 3 persen berasal dari provider telekomunikasi lainnya.
Lebih dari 90 persen responden berencana pindah ke jaringan 5G
Temuan lebih lanjut mengungkapkan bahwa persentase responden yang memiliki ketertarikan serta rencana untuk beralih menggunakan jaringan 5G mencapai angka 92 persen. 76 persen di antaranya sudah yakin dan pasti beralih sementara itu 16 persen sisanya masih ragu-ragu. Adapun 8 persen responden menyatakan tidak berencana menggunakan jaringan 5G.
Adapun alasan utama berencana pindah ke jaringan 5G ialah karena memiliki koneksi internet yang lebih cepat dengan raihan sebesar 94 persen responden. Diikuti alasan kapasitas internet yang lebih besar yakni sebesar 43 persen responden.
Berikutnya, sebesar 36 persen responden mengungkapkan karena ini merupakan generasi kelima jaringan seluler dan 30 persen menuturkan rencana mereka beralih ke 5G karena memiliki latensi yang lebih rendah.
Meskipun demikian, masih terdapat responden yang enggan untuk beralih menggunakan jaringan 5G. Beberapa alasan diungkapkan responden terkait keengganannya pindah ke jaringan 5G.
Alasan utama ialah karena akses jaringan 5G di Indonesia masih terbatas dengan raihan sebesar 53 persen. Alasan berikutnya ialah karena jaringan 5G memiliki biaya yang lebih mahal dengan persentase sebesar 39 persen responden.
Kemudian, sebesar 36 persen responden beralasan bahwa mereka tidak familiar dengan teknologi jaringan 5G, diikuti alasan radiasi berbahaya bagi kesehatan dengan raihan 17 persen, serta alasan lainnya sebesar 5 persen responden pada tahun 2022.
Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya