Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengajak pemuka agama di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk turut mendukung mewujudkan internet sehat bagi anak-anak dan pelajar. Menkomdigi menekankan arti penting pemanfaatan ruang digital secara sehat dan tepat.
“Peran bapak-ibu pendeta sangat penting sebagai pemuka agama juga menjadi pendidik dalam mewujudkan internet sehat,” ujarnya, dalam Dialog bersama Pemuka Agama di Site Stasiun Bumi Satelit Indonesia Raya (SATRIA)-1, Kupang Barat, Kabupaten Kupang, NTT, Rabu (30/10) dilansir dari Portal Informasi Indonesia.
Meutya Hafid berharap, pembangunan infrastruktur telekomunikasi dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan bermanfaat bagi generasi muda.
“Kami ingin pembangunan insfrastruktur digital bagi anak-anak digunakan secara maksimal dan tidak digunakan untuk hal yang kurang baik. Kami mohon dibantu agar pemanfaatan internet bagi masyarakat dapat maksimal manfaatnya, karena pembangunan infrastruktur digital suatu PR yang besar, tidak murah, (anggaran pembangunan infrastruktur) dan menggunakan uang negara juga,” ungkap mantan Ketua Komisi I DPR RI tersebut.
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal, Kabupaten Kupang termasuk salah satu dari 62 daerah tertinggal di Indonesia. Daerah tertinggal adalah wilayah yang tingkat perkembangan sosial dan ekonominya tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya dalam suatu negara. Biasanya ditandai oleh akses yang terbatas terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan ekonomi.
Daerah tertinggal sering menghadapi tantangan infrastruktur, termasuk akses terbatas atau tidak adanya internet. Namun, tidak semua daerah tertinggal benar-benar tanpa akses internet. Pemerintah dan berbagai inisiatif swasta terus berusaha meningkatkan konektivitas di daerah-daerah ini untuk mempercepat pembangunan dan mengurangi kesenjangan digital, salah satunya dengan pembangunan Site Stasiun Bumi SATRIA-1 dari Kemkomdigi di berbagai daerah tertinggal.
Paling Sering Pakai Data Seluler
Penduduk di daerah tertinggal menggunakan berbagai cara untuk terhubung dengan internet. Cara-cara tersebut antara lain, menggunakan koneksi data dari operator seluler, Wi-Fi rumah, Wi-Fi kantor/sekolah/kampus, dan Wi-Fi ruang publik. Perangkat yang digunakan dapat berupa telepon genggam atau tablet dan komputer atau laptop pribadi.
Menurut Survei Penetrasi Pengguna Internet di Daerah Tertinggal dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 85,72% penduduk di daerah tertinggal menggunakan koneksi data dari operator seluler. Sedangkan, yang menggunakan Wi-Fi rumah sebesar 8,26%.
Penduduk paling jarang menggunakan Wi-Fi ruang publik, dengan nilai sebesar 2,30%. Kemudian penduduk yang secara gratis menggunakan akses Wi-Fi dari kantor, sekolah, atau pun kampus sebesar 3,66%.
Selain itu, sebagian besar penduduk di daerah tertinggal masih tergantung pada telepon genggam atau tablet pribadi untuk mengakses internet. Pengguna dari komputer atau laptop pribadi masih sangat minim.
Menurut survei APJII, dalam satu tahun terakhir penduduk di daerah tertinggal menggunakan salah satu atau kedua kategori perangkat untuk mengakses internet. Perangkat tersebut adalah telepon genggam atau tablet dan komputer atau laptop pribadi.
Untuk mengakses internet, penduduk yang menggunakan telepon genggam atau tablet sebesar 89,3%. Sedangkan yang menggunakan komputer atau laptop untuk mengakses internet hanya sebesar 1%.
Tidak sedikit penduduk yang menggunakan kedua kategori perangkat untuk terhubung dengan internet. Sebanyak 9,7% penduduk di daerah tertinggal memiliki dan menggunakan komputer atau laptop dan telepon genggam atau tablet untuk terhubung dengan internet.
Baca Juga: Survei APJII: 82,6% Penduduk Daerah Tertinggal Sudah Memiliki Akses Internet
Penulis: Alim Mauludi Ramanda
Editor: Editor