Terjadi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia pada kuartal I tahun 2024. Hingga Maret 2024, terdapat 43.271 orang yang mengalami DBD dan 343 jiwa meregang nyawa akibatnya. Adapun jumlahnya pada kuartal I di tahun 2023 lalu adalah sebanyak 17.434 kasus dengan total kematian sebanyak 144 jiwa.
Kepala bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyebutkan bahwa kenaikan kasus DBD ini harus disikapi secara tegas oleh seluruh pihak yang terlibat. "Kenaikan kasus dengue sebenarnya telah terjadi sejak November 2023 di beberapa wilayah. Tapi sepertinya kita tidak serius mengendalikannya, sehingga wilayahnya bertambah luas dan kasus terus meningkat," ujarnya.
Lebih lanjut, Masdalina mengungkapkan bahwa tren kasus DBD ini akan turun dengan sendirinya saat siklus reproduksi nyamuk penyebab DBD, Aedes aegepty kembali ke angka normal. Meski begitu, bukan berarti situasi saat ini bisa dibiarkan begitu saja. Setiap daerah perlu memperhatikan perkembangan kasus DBD-nya masing-masing dan melancarkan upaya mitigasi untuk mencegah munculnya lebih banyak korban jiwa.
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan bahwa hingga pertengahan April 2024, sudah terjadi 3.875 kasus DBD di wilayah tersebut. Jumlah korban meninggal dunia tercatat sebanyak enam jiwa. "Data per tanggal 16 April 2024 jumlah meninggal enam orang," ujar Kepala Dinkes DKI Jakarta Ani Ruspitawati, Rabu (17/4/2024), melansir CNN. Lebih lanjut, korban DBD tersebut berasal dari Kecamatan Duren Sawit, Kebayoran Lama, Tanah Abang, Tebet, dan Johar Baru.
Sejak awal tahun 2024, kasus DBD memang mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Terdapat 310 kasus DBD pada Januari 2024 di DKI Jakarta. Jumlah tersebut naik dua kali lipat menjadi 767 kasus di bulan Februari 2024. Lonjakan kasus terjadi pada Maret 2024, di mana jumlahnya mencapai 2.163 kasus. Jumlah tersebut kemudian turun pada April 2024, yang sebanyak 635 kasus. Meski begitu, jumlah ini diprediksi dapat meningkat ke depannya.
Saat ini, pemerintah provinsi DKI Jakarta telah mengupayakan fogging untuk membunuh nyamuk penyebab penyakit DBD tersebut. Selain itu, pemerintah juga meminta upaya dan kerja sama dari penduduk setempat untuk terus menjaga kebersihan diri di mana pun berada dan menerapkan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur penambungan air untuk menghentikan pertumbuhan nyamuk DBD.
Dokter spesialis penyakit dalam dan pengurus Ikatan Dokter Indonesia Soroy Lardo menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang mengakibatkan naiknya tren kasus DBD di Indonesia, yakni faktor hulu dan hilir.
Faktor hulu berkaitan dengan perubahan cuaca, perilaku hidup sehat, hingga kesehatan lingkungan. Sementara itu, faktor hilir lebih berkaitan dengan keadaan dan sistem daya tahan tubuh. Orang dengan daya tahan tubuh rendah cenderung mudah sakit, sehingga meningkatkan penularan kasus DBD.
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Iip M Aditiya