Sebagai satu-satunya penyedia layanan kereta api komuter di tanah air, KAI Commuter menjadi perusahaan transportasi vital di Indonesia. KAI Commuter sendiri memiliki beberapa wilayah rute kerja seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
Meski biasanya transportasi umum memperoleh keuntungan dari penjualan tiketnya saja, nyatanya KAI Commuter mencatatkan laba yang cukup baik, dengan laba tahunan berada di angka Rp189,79 miliar pada 2022 lalu.
Laba tersebut tercatat cukup baik terutama di musim libur nasional. Direktur Operasi dan Pemasaran KAI Commuter Broer Rizal menyebut bahwa pada periode angkutan lebaran 2024, KAI Commuter mencatat keuntungan Rp88 miliar. Dari total tersebut, keuntungan tertinggi berasal dari area Jabodetabek.
"KRL Jabodetabek (meraup) Rp64 miliar. Dominasi penumpang commuter line itu memang dari wilayah Jabotabek,” papar Broer dalam Liputan6.
Ia juga menambahkan angka detail mengenai jumlah pengguna KAI Commuter di area Jabodetabek. "Selama 22 hari itu, terdapat 17.896.165 penumpang KRL Jabodetabek dan 152.001 masyarakat yang menggunakan Commuter Line Basoetta," tambah Broer.
Total 156,7 Juta Pengguna Selama Januari-Juni 2024
KAI Commuter juga merilis data berjudul Pencapaian Kinerja KAI Commuter Periode Januari Sampai Juni 2024. Dalam rilis tersebut, disebutkan bahwa 156,7 juta pengguna telah memakai jasa commuter line di wilayah Jabodetabek. Puncaknya ada pada Mei 2024 dengan total 27,05 juta pengguna.
"Secara keseluruhan, kinerja commuter line selama enam bulan pertama di tahun 2024 menunjukkan tren yang positif dan peningkatan yang stabil dalam volume pengguna," sebut KAI Commuter.
Selama Januari hingga Juni 2024, perjalanan Commuter Line Jabodetabek tercatat mencapai 1,09 ribu saat hari kerja, serta sebanyak 1,06 ribu perjalanan di akhir pekan maupun saat hari libur.
Stasiun di Commuter Line Jabodetabek dengan volume pengguna tertinggi adalah Stasiun Bogor, dengan jumlah 16,7 juta pengguna. Perjalanan terbanyak berasal pada saat hari kerja, terbukti dengan jam pengguna tertinggi ada di pukul 6 pagi serta 5 sore.
Lebih lanjut, KAI Commuter menyebut bahwa mayoritas pengguna telah memakai Kartu Multi Trip (KMT) sebagai metode transaksi saat menggunakan commuter line. Hal ini terlihat dari persentase penggunaan KMT selama Januari-Juni 2024 sebanyak 49,42%, disusul pembayaran menggunakan Kartu Uang Elektronik (KUE) Bank sebanyak 34,2%, serta menggunakan Kode QR sebesar 16,46%.
Tantangan Menghadapi Tingginya Pengguna
Dengan tingginya jumlah pengguna KAI Commuter di Jabodetabek, banyak tantangan baru muncul di lapangan. Salah satunya adalah sesaknya gerbong kereta dengan penumpang. Hal ini disinyalir karena jumlah rangkaian untuk KRL Bogor-Jakarta Kota hanya sebesar 8 rangkaian.
"Karena rangkaiannya cuma 8, kita desak-desakan kan ya. Jadi nunggu senggang dulu. Kemarin aja saya nunggu tiga KRL yang lewat baru bisa naik," kata salah seorang penumpang KRL Helen mengutip Detik.
Mengetahui hal ini, Manajer Humas PT KAI Commuter Leza Arlan menyebut bahwa kondisi ini bertujuan untuk mengatur waktu tunggu (headway) perjalanan kereta.
"Perubahan pada rangkaian commuter line bertujuan untuk mempertahankan headway perjalanan saat ini," kata Leza dalam Detik.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT KAI Salusra Wijaya dalam kesempatan lainnya mengatakan bahwa KAI sedang mengurus pengajuan dana sebanyak Rp1,8 miliar untuk penambahan rangkaian kereta di Jabodetabek.
“Untuk tambahan pengadaan tersebut untuk kebutuhan pengadaan sarana KAI dan KCI yang sangat mendesak,” papar Salusra dalam Tempo.
Baca juga: Melihat Volume Pengguna Commuter Line Pada Iduladha 2024
Penulis: Pierre Rainer
Editor: Editor