Kasus leptospirosis di Indonesia menunjukkan tren peningkatan pada pertengahan tahun 2025. Lonjakan kasus terutama terjadi di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang kerap dilanda banjir.
Penyakit yang ditularkan melalui bakteri dari air kotor ini menjadi ancaman serius. Pemerintah menghimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan waspada terhadap potensi penyebaran saat bencana banjir.
Apa itu Leptospirosis?
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang biasanya ditularkan melalui urin tikus atau hewan lain yang terinfeksi. Penularan ke manusia dapat terjadi saat bakteri masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir ketika bersentuhan dengan air banjir, genangan, selokan, atau lumpur yang terkontaminasi.
Memasuki musim penghujan, leptospirosis menjadi ancaman serius karena risiko penyebarannya meningkat tajam saat banjir melanda. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau untuk menghindari kontak dengan genangan air, menjaga kebersihan lingkungan, dan meningkatkan kewaspadaan agar penyakit ini tidak semakin meluas.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan tren peningkatan kasus leptospirosis di berbagai daerah Indonesia sepanjang Juli hingga Agustus 2025. Jawa Tengah menjadi provinsi dengan jumlah kasus tertinggi mencapai 1.014 kasus, disusul oleh DI Yogyakarta sebanyak 703 kasus.
Selain itu, Jawa Timur mencatat 487 kasus, Jawa Barat 220 kasus, Banten 149 kasus, dan Jakarta sebanyak 39 kasus per Juli 2025.
Angka ini menunjukkan bahwa leptospirosis masih menjadi ancaman serius, sehingga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terutama di daerah rawan banjir.
Penyebab Peningkatan Leptospirosis di Pulau Jawa
Penyebab utama leptospirosis di Pulau Jawa berkaitan erat dengan kondisi lingkungan yang rawan banjir dan sanitasi yang kurang memadai. Genangan air yang tercemar urin tikus atau hewan lain menjadi media penyebaran bakteri Leptospira yang cepat menular ke manusia.
Selain faktor lingkungan, aktivitas masyarakat yang kerap bersentuhan langsung dengan air kotor juga meningkatkan risiko penularan. Pekerja lapangan seperti petani, nelayan, hingga warga yang tinggal di daerah padat penduduk memiliki kerentanan lebih tinggi terhadap infeksi leptospirosis.
Kasus leptospirosis yang terus meningkat di berbagai daerah menuntut kewaspadaan tinggi dari masyarakat dengan menjaga kebersihan, melindungi diri saat kontak dengan air kotor, dan segera memeriksakan diri jika ada gejala mencurigakan.
Pemerintah bersama tenaga kesehatan juga memperkuat edukasi, surveilans, dan layanan kesehatan agar penemuan serta penanganan kasus dapat dilakukan lebih cepat, khususnya saat musim penghujan dan banjir.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Masalah Kesehatan yang Banyak Ditemukan di CKG
Sumber:
https://ayosehat.kemkes.go.id/waspadai-musim-hujan-dan-banjir-leptospirosis-diam-diam-mematikan
Penulis: Angel Gavrila
Editor: Muhammad Sholeh