Resesi ekonomi yang melanda Jepang dan Inggris telah meningkatkan risiko pada Yen Jepang (JPY) dan Poundsterling Inggris (GBP). Para analis mengungkapkan bahwa dampak signifikan dari resesi salah satunya adalah potensi pelemahan nilai tukar mata uang negara yang terkena dampak tersebut.
PT Finex Bisnis Solusi Future menjelaskan bahwa dalam situasi resesi, mata uang suatu negara sering kali mengalami depresiasi akibat penurunan suku bunga dan kurangnya kepercayaan investor terhadap mata uang tersebut. Analisis tersebut juga menyoroti bahwa pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk mengatasi dampak turunan dari resesi ekonomi yang terjadi di Jepang.
JPY, yang biasanya dianggap sebagai mata uang safe haven, mengalami tekanan akibat penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut. Hal ini mengakibatkan kurangnya kepercayaan terhadap yen, sehingga nilai tukarnya mengalami pelemahan.
Sementara itu, GBP juga menghadapi tantangan dengan suku bunga yang tinggi di Inggris, yang mencoba menanggapi kebijakan suku bunga yang ketat dari The Fed. Meskipun demikian, inflasi di Inggris masih belum turun meskipun suku bunga telah dinaikkan dalam dua tahun terakhir. Bram mengungkapkan bahwa situasi ini telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi Inggris menjadi lesu, dengan semua sektor utama mengalami pelemahan.
Di tengah kondisi ini, banyak investor diprediksi akan mengalihkan aset mereka ke aset yang dianggap lebih aman seperti emas dan mata uang safe haven seperti Dolar Amerika Serikat (USD) dan Dolar Australia (AUD). Hal ini didorong oleh kepercayaan akan ketangguhan perekonomian dua negara tersebut.
Menurut Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, dampak resesi yang terjadi di Jepang dan Inggris terhadap perekonomian Indonesia dinilai minim. Hal ini disebabkan karena tingkat hubungan ekonomi antara Indonesia dengan kedua negara tersebut relatif tidak signifikan.
Ekonom tersebut melanjutkan dengan menyatakan bahwa saat ini belum dapat diprediksi negara mana yang akan mengalami resesi selanjutnya. Dia juga mengungkapkan bahwa perekonomian sejumlah negara mitra dagang Indonesia saat ini terbilang stabil. Namun, dia menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi China masih terus melambat.
Meski demikian, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, tetap memantau kondisi global dengan cermat, termasuk melalui prediksi lembaga keuangan internasional seperti proyeksi ekonomi Bank Dunia.
Pemerintah juga selalu berupaya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dengan menjaga komoditas ekspor dan membuka pasar baru di luar negeri, sebagai langkah antisipasi terhadap dampak resesi ekonomi di Jepang dan kondisi global yang tidak pasti.
Penulis: Willy Yashilva
Editor: Iip M Aditiya