Longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Masih di awal tahun 2024 saja, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan sudah terjadi 34 kejadian tanah longsor, menjadikannya bencana alam ketiga yang paling sering terjadi setelah banjir (266 kejadian) dan cuaca ekstrem (95 kejadian).
Sejalan dengan itu, baru-baru ini setidaknya sepuluh orang tertimbun longsor di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Selatan, akibat tingginya curah hujan. Satu orang bahkan ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Besarnya bencana ini membuat 28.000 warga terdampak dan ribuan rumah warga dari 15 kecamatan terendam.
Di Indonesia, telah terjadi lebih dari 5.000 kejadian longsor sepanjang 1 dekade terakhir. Apabila ditilik lebih lanjut, dari tahun 2014 hingga 2023, terjadi 2.440 bencana longsor di Jawa Barat, menjadikannya provinsi dengan jumlah bencana longsor terbanyak di Indonesia.
Kemudian, Jawa Tengah berada di urutan kedua dengan total 2.442 kejadian tanah longsor. Menariknya, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Amdul Muhari mengungkapkan bahwa secara kasar, dalam 1 tahun terdapat sekitar 240 kejadian tanah longsor di Jawa Barat dan juga Jawa Tengah. Angka tersebut bisa dibilang sangat tinggi dibandingkan dengan jumlah kejadian di provinsi lain.
Sementara itu, Jawa Timur berada di posisi ketiga dengan total 642 kejadian. Bali menyusul dengan kejadian tanah longsor sebanyak 221 kali dalam 1 dekade terakhir. Sumatra Barat menutup posisi 5 besar dengan total 201 kejadian.
Lantas, mengapa begitu sering terjadi bencana tanah longsor di Pulau Jawa? Usut punya usut, kondisi geografis Pulau Jawa-lah yang membuatnya rawan longsor. Pulau Jawa kebanyakan terdiri atas daerah pegunungan dan lereng curam, terutama di daerah DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Laman resmi Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa daerah-daerah tersebut cenderung lebih rawan terhadap gerakan massa tanah dan batuan, yang merupakan penyebab utama longsor. Tidak hanya itu, daerah pegunungan di Pulau Jawa terbuat dari batuan lapuk yang usianya sudah lebih dari 5 tahun dan sudah tertutup tanah subur yang gembur mencapai 2 meter. Ditambah lagi lokasinya yang dekat di daerah lembah sungai, yang apabila banjir bisa turut menimbulkan tanah longsor.
Untuk itu, mantan Kepala BNPB, Doni Monardo, mengungkapkan bahwa salah satu upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menanam pohon di kawasan dengan kemiringan.
“Menanam pohon di kemiringan adalah kewajiban. Karena kalau bukan pohon tetapi sayuran, tanah itu tidak kuat menahan erosi. Curah hujan tinggi akan mudah longsor,” ungkap Doni, mengutip laman resmi BNPB.
Ditambah lagi, pohon berperan sangat penting dalam mencegah bencana longsor, sehingga ia menghimbau masyarakat di Pulau Jawa untuk tidak menebang pohon sembarangan.
“Apabila pohon ditebang, 2-3 tahun kemudian akar akan busuk. Akibat akar busuk dan curah hujan tinggi, air akan masuk disela-sela akar yang mengakibatkan tanah menjadi labil. Akibat tanah labil dengan kemiringan tertentu sehingga dengan mudah longsor. Pengetahuan tentang ini belum banyak dimiliki oleh masyarakat kita,” tekannya.
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor