Jatuhnya Ekspor Batik dari Tuan Rumah Batik

Indonesia, yang dikenal sebagai "Tuan Rumah Batik," mengalami tantangan serius dalam menjaga kinerja ekspor batiknya di tengah meningkatnya persaingan global.

Jatuhnya Ekspor Batik dari Tuan Rumah Batik Dikjen Pengembangan Ekspor Nasional Menyampaikan Peluang Pasar Baru Skala Global | Kementerian Perdagangan

Indonesia yang dikenal sebagai "Tuan Rumah Batik," mengalami tantangan serius dalam menjaga kinerja ekspor batiknya di tengah meningkatnya persaingan global. Batik yang merupakan warisan budaya bangsa yang diakui oleh UNESCO, terus menghadapi persaingan ketat dari produsen luar negeri yang merambah ke pasar batik, khususnya dari Tiongkok.

Periode 2018 hingga 2023 mencatat dinamika yang cukup signifikan baik dari sisi ekspor maupun impor batik, yang mencerminkan perubahan arah dalam industri ini.

Penurunan Ekspor Batik 2023: Dampak Geopolitik dan Persaingan Ketat

Realisasi Ekspor Batik Indonesia  Tahun 2018-2023 (Januari-November)
Realisasi ekspor batik Indonesia tahun 2018-2023 (Januari-November) | GoodStats

Menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) serta Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan, realisasi ekspor batik Indonesia mengalami penurunan sebesar 13,51% (year-on-year) pada tahun 2023.

Nilai ekspor dari Januari hingga November 2023 tercatat sebesar US$590,91 juta, jauh di bawah capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$683,19 juta. Volume ekspor pun turut menyusut, dari 26,23 ribu ton pada Januari-November 2022 menjadi 21,66 ribu ton di periode yang sama pada tahun 2023.

Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh situasi geopolitik global dan persaingan dengan produsen tekstil luar negeri. Produk batik China, yang mulai diproduksi dalam jumlah besar, menekan daya saing batik Indonesia di pasar internasional, terutama di Amerika Serikat yang selama ini menjadi pasar ekspor terbesar bagi batik Indonesia. Ekspor batik ke Amerika Serikat pada tahun 2023 tetap dominan, namun turun menjadi US$326,57 juta, atau sekitar 53,63% dari total ekspor batik.

Baca Juga: Kinerja Ekspor Batik Indonesia 2023

Impor Batik: China dan Bangladesh Jadi Pemasok Utama

Realisasi Impor Batik Indonesia Tahun 2018-2023 (Januari-November)
Realisasi impor batik Indonesia tahun 2018-2023 (Januari-November) | GoodStats

Impor batik Indonesia cenderung fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Realisasi impor batik Indonesia pada 2018 mencapai US$162,77 juta, turun menjadi US$126,61 juta pada tahun 2022, dan turun lagi menjadi US$88,05 juta pada Januari-November 2023. Volume impor pada 2023 juga mengalami penurunan, dari 7,09 ribu ton di periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 5,52 ribu ton.

Impor batik dari China masih mendominasi, meskipun pangsa pasar China sedikit menurun, dari 60,67% pada tahun 2018 menjadi 39,65% pada periode Januari-November 2023.

Sebaliknya, impor dari Bangladesh meningkat secara signifikan, dari 2,90% pada 2018 menjadi 6,19% pada 2023. Produk yang paling banyak diimpor berupa kain katun, kemeja pria, dan kain wol.

Penyebab dan Tantangan ke Depan

Berdasarkan wawancara dengan pejabat Kemenperin, penurunan ekspor batik bukan hanya disebabkan oleh membanjirnya batik impor, tetapi juga oleh tantangan internal seperti lemahnya inovasi dan adaptasi di dalam negeri. China, yang kini mampu memproduksi batik dalam jumlah besar, telah menciptakan persaingan ketat, bahkan di pasar domestik.

Batik impor dari Tiongkok yang masuk ke Indonesia, baik secara legal maupun ilegal, mengancam keberlangsungan industri batik lokal. Sementara itu, pasar ekspor batik Indonesia menghadapi tantangan tambahan berupa perubahan selera pasar dan penurunan permintaan di beberapa negara tujuan ekspor utama seperti Eropa dan Jepang.

Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Daya Saing Batik

Kemenperin telah berupaya mengambil langkah-langkah strategis untuk melindungi industri batik lokal, termasuk mendorong inovasi melalui teknologi berbasis Revolusi Industri 4.0. Inisiatif seperti penggunaan zat pewarna alami dan bahan baku ramah lingkungan juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk batik Indonesia di pasar internasional.

Selain itu, pemerintah melalui perjanjian dagang seperti IEU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) juga mencoba membuka peluang baru bagi ekspor batik, terutama di pasar Eropa. Dengan adanya proteksi yang lebih kuat dan kebijakan yang pro-industri dalam negeri, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kembali kinerja ekspor batiknya sekaligus mengatasi dampak dari serbuan produk impor.

Batik sebagai Kebanggaan Nasional

Meskipun mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir, industri batik Indonesia tetap optimis untuk kembali bangkit. Melalui kolaborasi antara pemerintah, pengrajin, dan pelaku industri, batik Indonesia diharapkan terus menjadi kebanggaan nasional sekaligus pemain utama di pasar batik dunia.

Inovasi, teknologi, dan strategi pemasaran yang tepat menjadi kunci untuk memastikan batik Indonesia tetap eksis dan bersaing di tengah gempuran produk luar. Semangat melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa harus terus diperjuangkan, baik di dalam maupun luar negeri.

Baca Juga: 7 Provinsi dengan Produsen Batik Terbesar

Penulis: Daffa Shiddiq Al-Fajri
Editor: Editor

Konten Terkait

Bagaimana Konsep Pernikahan Impian Ala Anak Muda?

Sebanyak 97% anak muda memiliki keinginan untuk menikah dengan konsep pernikahan yang bervariasi.

Pilihan Bahasa di Rumah sebagai Cerminan Identitas Budaya Masyarakat Indonesia

Survei menunjukkan Bahasa Indonesia dominan di rumah, diikuti bahasa campuran dan bahasa daerah, mencerminkan dinamika budaya dan upaya pelestarian tradisi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook