Negara-negara di Asia Tenggara menghabiskan sekitar 3,66 miliar dolar AS untuk minuman boba dan sejenisnya sepanjang tahun 2021 berdasarkan laporan yang dirilis oleh Momentum Works bersama dengan Qlub. Raihan ini bila dirupiahkan maka setara dengan Rp54,30 triliun (asumsi 1 dolar AS = Rp14.836,55).
Minuman boba diinisiasi di Taiwan sekitar tahun 1987. Kala itu, seorang karyawan kedai teh Chun Shui Tang Teahouse di Taichung, Taiwan bernama Lin Hsui Hui menambahkan bola tapioka ke dalam minuman teh susu yang disajikan.
Inovasi minuman teh dengan olahan tapioka tersebut berhasil meraup popularitas dan begitu disukai oleh banyak kalangan. Usaha boba pun dengan cepat berekspansi ke berbagai belahan dunia dan Asia Tenggara jadi salah satu pangsa pasar terbesar untuk minuman boba.
Indonesia kuasai hampir setengah total pasar minuman boba di Asia Tenggara
Indonesia jadi pangsa pasar terbesar minuman boba di Asia Tenggara dengan omset tahunan yang diperkirakan menembus 1,6 miliar dolar AS atau setara dengan Rp23,74 triliun pada tahun 2021. Adapun nilai pasar minuman boba di Indonesia mencakup 43,7 persen dari total pasar minuman boba di kawasan Asia Tenggara.
Adapun mayoritas konsumen minuman boba di Indonesia berasal dari generasi muda yakni sekitar 41 persen dengan rentang usia antara 15 hingga 39 tahun. Besarnya pasar minuman boba di Indonesia didorong oleh faktor meningkatnya jumlah pemesanan secara delivery yang pesat selama masa pandemi Covid-19.
Meskipun gerai atau toko ritel telah pulih secara kuat, pemesanan secara online tetap sanggup bertahan oleh karena kenyamanan yang diberikan. Konsumen tidak perlu menghawatirkan kemacetan atau cuaca saat ingin memesan minuman boba dan dengan melakukan pemesanan secara online, konsumen tinggal menunggu ojek online datang mengantarkan minuman boba.
Sementara itu, Thailand menempati posisi ke-2 dengan raihan omset tahunan sebesar 749 juta dolar AS. Thailand menjadi negara dengan rata-rata konsumsi minuman boba tertinggi dibandingkan negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Diperkirakan ada lebih dari 31 ribu toko minuman boba yang tersebar di negeri gajah putih tersebut.
Posisi ke-3 diraih oleh Vietnam dengan total nilai pasar atau omset tahunan sebesar 362 juta dolar AS sepanjang tahun 2021. Disusul Singapura di posisi ke-4 dengan raihan sebesar 342 juta dolar AS.
Meskipun Singapura memiliki jumlah populasi paling sedikit di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya, namun Singapura menghasilkan omset tahunan yang cukup besar untuk minuman boba. Hal ini disebabkan oleh rata-rata harga minuman boba di Singapura hampir 2 kali lipat lebih mahal dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Berikutnya, Malaysia menempati posisi ke-5 dengan total omset tahunan sebesar 330 juta dolar AS dan terakhir Filipina di posisi ke-6 dengan raihan nilai pasar sebesar 280 juta dolar AS sepanjang tahun 2021.
Mixue jadi pemain terbesar di Asia Tenggara
Di sisi lain, pemain terbesar untuk minuman boba di kawasan Asia Tenggara jatuh kepada Mixue dengan total lebih dari 1.000 gerai tersebar di negara-negara Asia Tenggara. Berdiri sejak tahun 1997, Mixue menargetkan pasar skala besar dengan trafik penjualan yang tinggi serta harga terjangkau.
Saat ini Mixue memiliki lebih dari 20.000 gerai yang tersebar di China. Sementara itu, Mixue pertama kali berekspansi ke Asia Tenggara pada tahun 2018 dengan membuka gerai pertamanya di Vietnam.
Strategi yang diterapkan Mixue ialah dengan menetapkan harga jual yang rendah untuk meraup skala pasar yang lebih besar dari berbagai latar belakang. Selain itu, Mixue juga membangun supply chain sendiri untuk menjaga biaya operasional tetap rendah.
Berikutnya, Chatime berada di posisi ke-2 dengan 595 gerai tersebar di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2021. Di Indonesia, Chatime dioperasikan oleh Grup Kawan lama Sejahtera dengan lebih dari 200 gerai tersebar di berbagai daerah di tanah air.
Gong cha menempati posisi ke-3 dengan total 276 gerai beroperasi di Asia Tenggara. Gong cha membuka kembali gerai pertamanya di Indonesia yang berlokasi di Lotte Shopping Avenue pada tahun 2020.
Terakhir, KOI The bersaing tipis di posisi ke-4 dengan total 270 gerai tersebar di Asia Tenggara. KOI The sendiri menyasar pasar di segmen kelas menengah ke atas. Kedai minuman teh susu asal Taiwan ini berekspansi ke Indonesia pada tahun 2013 dengan membuka gerai pertamanya di Emporium Pluit, Jakarta.
Temuan lainnya dari survei ini mengungkapkan bahwa pasar minuman boba di Indonesia sendiri lebih banyak difokuskan untuk segmen lokal berskala besar hingga segmen kelas menengah, terutama di Jakarta.
Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya