Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor komoditas beras di Indonesia selama periode Januari hingga November 2024 mengalami peningkatan signifikan, mencapai 3,85 juta ton. Data ini menunjukkan bahwa kebutuhan beras dalam negeri masih bergantung pada pasokan dari luar negeri, baik untuk konsumsi maupun kebutuhan lainnya.
Jika melihat perkembangan volume impor beras dari Januari hingga November 2023 dan 2024, terjadi peningkatan signifikan mencapai 52%. Pada periode Januari–November 2023, volume impor beras tercatat sebesar 2,53 juta ton. Sementara itu, pada periode Januari–November 2024, volume impor mengalami lonjakan drastis hingga mencapai 3,85 juta ton.
Hal ini mencerminkan adanya peningkatan kebutuhan beras nasional dalam kurun waktu satu tahun. Peningkatan sebesar 1,32 juta ton ini menunjukkan semakin tingginya ketergantungan Indonesia terhadap beras impor.
Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa impor beras terbesar berasal dari kategori beras setengah giling atau beras yang digiling seluruhnya.
“Impor ini terutama berasal dari beras setengah giling atau digiling seluruhnya dengan kode HS 10063099, sebanyak 3,39 juta ton atau kira-kira 88,20% dari total impor beras. Selain itu, terdapat jenis beras lain, seperti beras basmati dan beras pecah, yang juga diimpor, namun volumenya sangat kecil dibandingkan dengan kategori beras pada kode HS sebelumnya,” ujarnya saat menyampaikan pemaparan Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia serta Disagregasi PMTB dan Stok Kapital pada Senin (16/12/2024).
Thailand Jadi Pemasok Terbesar
BPS mencatat bahwa sepanjang Januari hingga November 2024, asal utama impor beras Indonesia berasal dari Thailand dengan volume sebesar 1,19 juta ton, atau mencakup 30,97% dari total impor beras. Posisi kedua ditempati oleh Vietnam, dengan kontribusi sebesar 1,12 juta ton, atau 29,10% dari total impor. Myanmar menyumbang 663,41 ribu ton, atau 17,24%, sementara Pakistan memberikan kontribusi sebesar 642,14 ribu ton, atau 16,69%.
India juga menyumbang 205,80 ribu ton, atau 5,35% dari total impor beras, meskipun jumlah ini lebih kecil dibandingkan negara-negara utama lainnya. Sementara itu, negara-negara lain hanya menyumbang 25,09 ribu ton, atau 0,65%, menunjukkan bahwa mayoritas impor beras Indonesia terkonsentrasi pada lima negara utama tersebut.
Dengan angka impor yang mencapai 3,85 juta ton, penting bagi pemerintah untuk memperkuat produksi beras dalam negeri melalui modernisasi pertanian, optimalisasi lahan, dan dukungan teknologi bagi para petani. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menargetkan Indonesia dapat menghentikan impor empat komoditas utama, termasuk beras, pada tahun 2025, sebelum akhirnya mencapai swasembada pangan sepenuhnya pada 2027.
Ke depannya, kebijakan yang berfokus pada swasembada pangan diharapkan tidak hanya mengurangi volume impor beras tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan nasional secara keseluruhan. Selain itu, diversifikasi sumber impor dari berbagai negara tetap perlu dipertimbangkan sebagai langkah antisipasi hingga kemandirian pangan benar-benar tercapai.
Dengan strategi yang tepat dan pelaksanaan kebijakan yang konsisten, Indonesia berpeluang besar untuk mengurangi ketergantungan impor serta mewujudkan kemandirian pangan dalam beberapa tahun mendatang.
Baca Juga: Simak Komoditas Ekspor dengan Indeks Value Terendah dan Tantangan yang Dihadapinya
Penulis: Habib Muhammad R.
Editor: Editor