Gubernur Wanita Pertama Tokyo Dipastikan Menang untuk Ketiga Kalinya

Gubernur Tokyo Yuriko Koike dipastikan akan memenangkan masa jabatan ketiga berturut-turut dalam pemilihan gubernur 2024 dengan perolehan suara 47%.

Gubernur Wanita Pertama Tokyo Dipastikan Menang untuk Ketiga Kalinya Illustrasi Yuriko Koike | BBC

Gubernur Tokyo Yuriko Koike dipastikan akan memenangkan masa jabatan ketiga berturut-turut dalam pemilihan gubernur yang berlangsung pada hari Minggu, menurut hasil survei keluar. Koike yang berusia 71 tahun, merupakan gubernur wanita pertama dari kota terpadat di Jepang, dan akan mempertahankan posisinya untuk empat tahun ke depan.

Kemenangannya dianggap sebagai kabar baik bagi Perdana Menteri Fumio Kishida yang sedang berjuang dan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang mendukungnya dalam pemilihan kali ini.

Yuriko Koike kembali terpilih sebagai gubernur Tokyo untuk ketiga kalinya.
Yuriko Koike kembali terpilih sebagai gubernur Tokyo untuk ketiga kalinya | GoodStats

Koike terpilih pada tahun 2016, menjadi wanita pertama yang memimpin Tokyo. Kepemimpinan konservatifnya berhasil membawa kota ini melalui tantangan yang dihadapi selama pandemi virus Corona dan Olimpiade musim panas yang tertunda pada tahun 2021.

Selama masa jabatannya, ia telah menangani berbagai isu signifikan, termasuk rendahnya angka kelahiran di Tokyo, yang berada pada 0,99 anak per wanita berusia antara 15 hingga 49 tahun, terendah di seluruh wilayah di Jepang.

Sebagai gubernur Tokyo, Koike memimpin kota yang menyumbang sekitar 11% dari populasi Jepang dan hampir 20% dari total PDB negara tersebut. Peran ini juga memberinya kendali atas anggaran kota yang besar, yang mencapai 16,55 triliun yen (US$100 miliar; £80 miliar) pada tahun fiskal ini.

Menurut Reuters, Koike mendapatkan lebih dari 40% suara dalam pemilihan ini. Secara mengejutkan, Shinji Ishimaru, 41 tahun, mantan wali kota sebuah kota di prefektur Hiroshima, berada di posisi kedua, menggantikan posisi yang sebelumnya diperkirakan akan diraih oleh Renho Saito.

Renho, 56 tahun, didukung oleh Partai Demokrat Konstitusional Jepang (CDPJ), berada di posisi ketiga. Kesuksesan Ishimaru diakibatkan karena mobilisasi pemilih muda melalui pengikut online yang besar dan kampanyenya yang berfokus pada kemajuan ekonomi dan industri Tokyo.

Yuriko Koike memulai kariernya sebagai jurnalis, bekerja sebagai pembawa berita televisi sebelum beralih ke dunia politik pada awal 1990-an. Namun, baru pada tahun 2016 ia menjadi terkenal secara nasional setelah memenangkan pemilihan gubernur Tokyo untuk pertama kalinya. Meskipun bukan kandidat resmi dari LDP, ia berhasil menang dengan aman, mendapatkan lebih dari 2,9 juta suara dan menjadi wanita pertama dalam peran tersebut.

Lebih lengkap, berikut biografi politik dari Yuriko Koike sebelum menjadi gubernur.

Posisi Tanggal Menjabat Tanggal Akhir Jabatan
Gubernur Tokyo 1 Agustus 2016 Sekarang
Menteri Pertahanan 4 Juli 2007 27 Agustus 2007
Menteri Urusan Okinawa dan Wilayah Utara 27 September 2004 26 September 2006
Menteri Lingkungan Hidup 22 September 2003 26 September 2006
Anggota Dewan Perwakilan (Hyōgo Distrik ke-2) 19 Juli 1993 14 Juli 1996
Anggota Dewan Perwakilan (Hyōgo Distrik ke-6) 14 Juli 1996 2003
Anggota Dewan Perwakilan (Kinki) 2003 2005
Anggota Dewan Perwakilan (Tokyo Distrik ke-10) 2005 2009
Anggota Dewan Perwakilan (Tokyo) 2009 2012
Anggota Dewan Perwakilan (Tokyo Distrik ke-10) 2012 2016
Anggota Dewan Penasihat (Proportional District) 26 Juli 1992 4 Juli 1993

"Saya akan memimpin politik Tokyo dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, Tokyo yang belum pernah Anda lihat," janji Koike kepada para pendukungnya pada malam pemilihan. Ia resmi meninggalkan LDP pada tahun 2017 untuk mendirikan partai politiknya sendiri, meskipun masih mendapat dukungan dari banyak anggota partai – yang mendukungnya dalam pemilihan tahun 2024.

Koike berjanji untuk fokus pada isu-isu lokal selama masa jabatannya, termasuk mengatasi kepadatan di transportasi umum serta budaya kerja berlebihan di kota ini. Namun, isu global saat ini masih mendominasi waktunya di kantor. Munculnya Covid-19 memaksa Tokyo untuk menunda Olimpiade musim panas yang direncanakan pada tahun 2020.

Koike memenangkan masa jabatan keduanya pada tahun tersebut setelah sukses menangani masalah terhadap pandemi. Tidak hanya itu, Koike juga mendapatkan pujian lebih lanjut karena berhasil mengelola Olimpiade yang tertunda, yang diadakan di kota tersebut pada tahun 2021 di bawah bayang-bayang virus Corona.

Meskipun demikian, Koike tidak luput dari skandal. Tuduhan bahwa ia tidak pernah lulus dari Universitas Kairo – pertama kali dilaporkan selama masa jabatan pertamanya – belum sepenuhnya hilang. Meskipun ada penyangkalan berulang dari dirinya dan pernyataan yang mengonfirmasi kelulusannya dari universitas tersebut, laporan bahwa ia memalsukan dokumen kelulusannya masih tetap ada selama upaya ketiganya menjadi gubernur.

Dari 56 kandidat yang maju, sebelumnya diperkirakan bahwa Renho Saito akan menjadi pesaing utama Koike. Mantan anggota dewan perwakilan atas tersebut didukung oleh partai oposisi utama Partai Demokrat Konstitusional, serta Partai Komunis Jepang dan Partai Sosial Demokrat. Namun, Renho meninggalkan CDP sebelum kampanye resmi dimulai pada 20 Juni. Ia kehilangan kursinya di Dewan Perwakilan Atas ketika mengajukan pencalonannya.

Renho bangkit memimpin kelompok tengah-kiri pada tahun 2016 sebagai ketua wanita pertama, namun mengundurkan diri setahun kemudian karena hasil yang buruk dalam pemilihan prefektur Tokyo. Media Jepang memproyeksikan pemilihan ini sebagai perang proksi antara partai-partai nasional, di mana petahanan konservatif ditantang oleh politisi oposisi yang cenderung ke kiri.

Pemilihan gubernur juga berlangsung di tengah iklim ketidakpercayaan umum terhadap politik. Kritikus mengatakan hal ini terkait dengan kesulitan ekonomi yang dihadapi Jepang diikuti dengan berakhirnya periode panjang deflasi historis dan melemahnya yen.

Baca Juga: Jepang Masih Klaim Posisi Negara Tercerdas di Dunia

Penulis: Willy Yashilva
Editor: Editor

Konten Terkait

Persebaran Kasus Cacar Monyet di Uni Afrika Hingga Tahun 2024

Cacar monyet menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan di Afrika dalam usahanya untuk mengendalikan penyebaran dan melindungi masyarakat.

Lebih dari 60% Kasus Cacar Monyet Dunia Ditemukan di Amerika

Sistem pelaporan dan deteksi kasus yang berbeda antar negara memengaruhi jumlah kasus yang tercatat.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook